Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconPerencanaan Keuangan

Ngumpulin Dana Pensiun, Titip Lembaga Dapen atau Investasi Sendiri?

17 Sep 2022, 13:22 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Semua orang pasti punya impian untuk menikmati hari tua dengan nyaman dan sejahtera tanpa beban pikiran. Ketika usia bertambah, otomatis tingkat produktivitas juga semakin menurun. Sehingga orang-orang yang memasuki usia tertentu pun sudah tidak aktif lagi bekerja dan berhenti mendapatkan penghasilan.

Namun bagaimana pun juga kebutuhan sehari-hari pasca pensiun tetap harus terpenuhi. Ini menjadi alasan kuat mengapa dana pensiun penting untuk segera dikumpulkan karena nominalnya tidak sedikit. Belum lagi semakin tua akan semakin rentan terserang penyakit kritis dengan biaya berobat yang tentunya semakin mahal karena faktor inflasi.

Nah, jika tidak dipersiapkan dengan baik, bukan tidak mungkin anak kita kelak akan kesulitan menanggung hidup orang tuanya. Jadi selain membekali diri sendiri di masa mendatang, dana pensiun juga merupakan suatu usaha memutus rantai generasi sandwich. Pertanyaannya, gimana cara mengumpulkannya? Apakah pakai Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)? Investasi secara mandiri? Atau dua-duanya?

Apa itu DPLK?

DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) adalah produk keuangan yang diterbitkan oleh perbankan atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program pensiun iuran. Bagi karyawan mandiri yang tidak punya fasilitas DPLK dari kantor bisa daftar sendiri untuk program DPLK ini.

Cara kerja DPLK mirip dengan reksa dana sebagai sebuah wadah investasi yang mana ketika kita beli produknya, sama seperti membeli portofolio yang terdiri dari saham, pendapatan tetap, dan instrumen pasar uang. Adapun DPLK yang isinya saham dan reksa dana. Bedanya, DPLK tidak bisa dicairkan sembarang waktu. Tidak seperti reksa dana yang proses redemption-nya bisa dilakukan kapan aja, fleksibel.

Iuran DPLK dilakukan secara berkala, tidak bisa sekaligus atau lump sum. Nominal iuran disesuaikan dengan keinginan atau kemampuan sendiri.


Sebelum memilih program DPLK, baca dulu fund fact sheet-nya. Jika diperhatikan, fund fact sheet DPLK juga mirip seperti reksa dana. Tertulis persentase alokasi setiap instrumen yang dihitung dengan satuan Nilai Aktiva Bersih (NAV), total dana kelolaan, perbandingan kinerja dengan tolok ukur, dan lain-lain.

Baca juga: Cara Mengumpulkan Dana Pensiun Paling Mudah

Jenis-Jenis Pencairan DPLK

  • Pensiun normal

Jenis ini sudah ditentukan waktu pencairannya tergantung di usia berapa dana pensiun ingin dicairkan.

  • Pensiun dipercepat

Dengan jenis pencairan ini kita bisa mencairkan dana pensiun lebih awal sebelum masa pensiun berlangsung. Biasanya 10 tahun sebelum pensiun tapi ada juga yang 6 bulan setelah buka rekening. Masing DPLK punya aturan yang berbeda.

  • Meninggal dunia / cacat tetap

Jenis ini mencairkan dana pensiun ketika kita meninggal dunia atau cacat tetap. Sekilas seperti asuransi jiwa, tapi bedanya DPLK tidak berdasarkan uang pertanggungan melainkan sesuai dengan tabungan yang sudah ada.

  • Kepesertaan berakhir

Jenis pencairan ini kurang lebih sama seperti pensiun normal.

Perlukah Investasi Sendiri?

Perlu diketahui, selain dari DPLK, ada juga program JHT BPJSTK yang menjadi instrumen penambah dana pensiun. Dengan catatan JHT tidak dicairkan sebelum pensiun. Sehingga nantinya bisa direalisasikan dari tiga sumber yang berbeda, yaitu DPLK, JHT BPJSTK, dan hasil investasi sendiri. Kenapa tetap harus investasi?

Pada intinya investasi itu harus dilakukan. DPLK sifatnya hanya membantu. Boleh punya, boleh tidak tergantung dari masing-masing individu. Jika kurang bisa komitmen dalam hal menyisihkan uang untuk dana pensiun, maka DPLK bisa jadi solusi. Namun jika kita mampu berkomitmen untuk menyisihkan uang, ada baiknya investasi sendiri. Salah satunya dengan berinvestasi di reksa dana.


Ada empat jenis reksa dana yang bisa dpilih antara lain reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham dan indeks. Dari keempat jenis, reksa dana pasar uang menjadi yang paling minim risiko. Namun instrumen ini kurang tepat untuk dana pensiun. Lebih cocok untuk dana darurat atau dana taktis.

Sementara itu reksa dana pendapatan biasanya untuk tujuan investasi mid-term antara 3-5 tahun. Yang paling ideal untuk dana pensiun adalah reksa dana campuran dan reksa dana saham. Lalu apa bedanya reksa dana dan DPLK?


Jadi mana yang lebih cocok, reksa dana atau DPLK? Semua kembali ke preferensi dan kenyamanan masing-masing.

Baca juga: Strategi Investasi Terbaik untuk Reksa Dana

Tips dan Trik Ngumpulin Dana Pensiun

  • Pilih gaya hidup yang ideal

Berhubung tolok ukur dana pensiun adalah gaya hidup, mesti tahu dulu nih bagaimana gaya hidup yang akan dijalani saat pensiun nanti. Apakah lebih sederhana, sama seperti saat ini, atau lebih mewah dari saat ini?

Biasanya preferensi gaya hidup lebih sederhana karena kemampuan investasi rendah, jumlah aset lancar sedikit, beban keuangan tinggi, dan bukan peserta program pensiun.

Sedangkan kalau gaya hidupnya sama seperti saat ini konsekuensinya harus punya kemampuan investasi yang cukup baik, jumlah aset lancar cukup, dan beban keuangan terkontrol. Dengan kata lain masih punya net cash flow (pemasukan dikurangi pengeluaran) setidaknya 20% dari pemasukan. Sehingga bisa diinvestasikan lagi untuk dana pensiun.

Kalau mau lebih mewah, otomatis net cash flow harus lebih tinggi. Jika biasanya nabung 30% per bulan, naik jadi 40%. Selain itu ini biasanya berlaku bagi orang yang jumlah aset lancar berlimpah dan beban keuangan rendah.

  • Pasang target tinggi untuk dana pensiun

Caranya gimana? Bisa dengan meninggikan asumsi inflasi dan kurangi asumsi imbal hasil investasi saat mengkalkulasi dana pensiun. Sehingga dana yang dibutuhkan terlihat lebih besar. Efeknya kita akan merasa bahwa tujuan ini adalah urgensi yang harus diprioritaskan. Inilah trik supaya kita lebih berambisi untuk bisa achieve dana pensiun.

  • Tambah amunisi investasi

Artinya menambah sumber penghasilan untuk mengumpulkan dana pensiun.  Berikut adalah cash flow quadran menurut Robert Kiyosaki penulis buku Rich Dad Poor Dad.

Baca juga: 5 Cara Menabung dengan Cepat untuk Wujudkan Tujuan Keuangan

  • Terapkan active investing dan passive investing

Active investing adalah kegiatan berinvestasi dengan cara mengelola portofolio sendiri di mana kita tahu risiko dan potensi dari instrumen yang dibeli. Sedangkan di passive investing kita hanya perlu beli produknya kemudian tunggu sampai nilainya bertumbuh karena return yang ditawarkan cukup stabil.




  • Jangan lupa alokasi aset dan diversifikasi

Diversifikasi bisa dilakukan berdasarkan usia. Kenapa? Karena hal ini berkaitan dengan tingkat produktivitas seseorang dalam mendapatkan penghasilan serta jangka waktu sampai usia pensiun. Maka otomatis profil risiko seseorang akan mengikuti kedua hal ini. Biasanya semakin tua, semakin berkurang porsi dari investasi berisiko tinggi.


  • Amankan keuangan sebelum investasi

Gimana caranya dan apa aja yang harus diperhatikan? Pertama, miliki dana darurat supaya tidak kewalahan saat ada hal-hal yang mendadak. Contohnya, gadget rusak, perbaikan ringan aset, hingga kehilangan penghasilan. Besaran yang diperlukan untuk yang masih single sekitar 3x pengeluaran bulanan, yang sudah berumah tangga 6x pengeluaran bulanan, sedangkan pengusaha minimal pengeluaran selama 1 tahun.

Lalu miliki asuransi kesehatan dan jiwa. Jika sudah punya BPJS Kesehatan, sebaiknya tetap miliki asuransi kesehatan swasta agar bisa mendapatkan akses pengobatan terbaik. Sementara itu asuransi jiwa dibutuhkan apabila sudah punya tanggungan.

  • Jangan menunda investasi

Semakin ditunda semakin besar uang yang harus diinvestasikan karena jangka waktunya jadi semakin singkat. Selain itu toleransi terhadap risiko juga semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Perhatikan ilustrasi di bawah ini.


Baca juga: 3 Instrumen Pasar Modal Selain Saham untuk Investasi

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-RE-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelPerencanaan Keuangan

4 Metode Membuat Tujuan Keuangan 2023 Agar Cepat Tercapai

27 Des 2022, 16:22 WIB
article
ArtikelPerencanaan Keuangan

Begini Cara Menghitung Dana Darurat yang Ideal Saat Mengelola Uang

11 Nov 2022, 16:21 WIB
cara menghitung dana darurat yang ideal
ArtikelPerencanaan Keuangan

Financial Checkup Sebelum Berinvestasi yang Wajib Dilakukan

2 Nov 2022, 15:49 WIB
article
ArtikelPerencanaan Keuangan

Delayed Gratification: Rahasia Menuju Financial Freedom

4 Okt 2022, 16:12 WIB
delayed gratification
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi