Jika kamu bertanya siapa sih orang paling kaya di Indonesia? Untuk saat ini Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono menempati posisi pertama orang terkaya di Indonesia tahun 2021 versi majalah Forbes. Per 13 Desember 2021 saja kekayaan Hartono bersaudara sudah mencapai US$42,6 miliar atau sekitar Rp627 triliun.
Harta tersebut sebagian besar berasal dari perusahaan rokok kretek Djarum yang dimulai oleh sang ayah, Oei Wie Gwan pada tahun 1951. Selain itu Hartono bersaudara juga dikenal sebagai pemegang saham mayoritas di salah satu perbankan terbesar, yaitu Bank Central Asia (BBCA).
Pasang Surut Perusahaan Djarum
Berdirinya Djarum bermula ketika Oei Wie Gwan membeli perusahaan NV Murup dengan merek dagang ‘Djarum Gramofon’ yang tengah mengalami masalah finansial. Kemudian Oei membenahi struktur manajemen perusahaan dan mengganti merek dagangnya menjadi ‘Djarum’. Semenjak itu Djarum berkembang pesat, bahkan kapasitas produksinya mencapai 329 juta batang per tahun pada 1962.
Sayangnya perjalanan perusahaan rokok ini tidak semulus perkiraan awal. Ada musibah kebakaran besar di pabrik rokok pada tahun 1962 yang menyebabkan kerugian besar. Sebelumnya pabrik tersebut juga pernah mengalami kebakaran akibat ulah perampok yang membawa obor. Hal ini cukup memukul keluarga Hartono secara keuangan, bahkan Budi Hartono sampai harus terpaksa putus sekolah.
Tak lama pasca kebakaran yang kedua, Oei Wie Gwan meninggal dunia. Bisnis Djarum pun dialihkan ke anaknya, Bambang Hartono dan Budi Hartono. Selagi melanjutkan bisnis tersebut, Hartono bersaudara mulai memodernisasikan peralatan pabrik sebagai langkah awal untuk membangkitkan Djarum yang “mati suri”. Beberapa mesin pengolahan tembakau dengan teknologi baru didatangkan langsung dari Jerman Barat dan Inggris.
Usaha kakak beradik ini membuahkan hasil di mana pada tahun 1965-1968, perusahaan mencatatkan pencapaian yang fantastis berkat produksi rokok yang terjual sekitar 3 miliar batang. Bisnis Hartono bersaudara mulai melebarkan pangsa dengan melakukan ekspor rokok ke mancanegara pada tahun 1973 seperti Amerika Serikat, Jepang, Arab Saudi, dan masih banyak lagi.
Dilansir dari CNN Indonesia, produksi Djarum di Indonesia mencapai 48 miliar batang per tahun atau 20% dari total produksi nasional.
Baca juga: Apa itu Volume Saham dan Mengapa Penting Diperhatikan Trader?
Daftar Sumber Kekayaan Hartono Bersaudara
Selain Djarum, Bambang dan Budi mendiversifikasikan usaha mereka ke beberapa bidang bisnis. Ini menjadi faktor utama yang membuat kekayaan mereka bertambah signifikan dari waktu ke waktu. Dari elektronik hingga media, ini dia lini bisnis yang dimiliki Hartono bersaudara.
Elektronik
Pada 1975 Hartono bersaudara mendirikan PT Indonesia & Electronic Engineering yang setahun kemudian namanya diganti menjadi PT Hartono Istana Electronic. Setelah merger, nama tersebut diganti lagi menjadi PT Hartono Istana Teknologi. Perusahaan ini memproduksi barang-barang elektronik seperti kulkas, speaker, TV, dan sebagainya di bawah merek dagang ‘Polytron’.
Properti
Grup Djarum dikenal memiliki real estate bergengsi antara lain Grand Indonesia, Menara BCA, Hotel Indonesia Kempinski, dan Kempinski Residence. Selain itu proyek mereka juga terdiversifikasi untuk kelas menengah ke bawah seperti WTC Mangga Dua, Karawang Resinda, Daan Mogot Mall, dan Padma Hotel Karawang.
Menara Telekomunikasi
Adapun Menara telekomunikasi yang masuk ke dalam bagian bisnis Hartono bersaudara, yakni PT Menara Nusantara Tbk (TOWR) melalui PT Sapta Adhikari Investama. Kepemilikan sahamnya di TOWR mencapai 27,73 miliar saham atau setara 54,35%. Pada tahun 2021 TOWR melakukan akuisisi terhadap mayoritas saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) melalui anak usahanya, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo).
Digital
Duet Hartono mendirikan Blibli.com pada tahun 2010 melalui PT Global Digital Niaga yang merupakan anak usaha dari PT Global Digital Prima. Kemudian Blibli mengakuisisi 70,56% saham PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) di tahun 2021.
Tidak hanya itu, kekayaan Hartono bersaudara berasal dari ekspansi bisnis dalam bidang modal ventura GDP Venture yang banyak berinvestasi ke perusahaan startup besar. Mulai dari Gojek, Halodoc, IDN Media, Kumparan, Tiket.com, dan lain-lain.
Agribisnis
Bisnis ini dijalankan melalui PT Hartono Plantation Indonesia yang berdiri pada tahun 2008. Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang pengadaan kelapa sawit yang terletak di Kalimantan Barat dengan luas perkebunan 65.000 hektar. Perusahaan ini juga mengembangkan komoditas lain seperti cengkeh, tebu, jarak kepyar, dan minyak atsiri.
Makanan dan Minuman
Melalui PT Savoria Kreasi Rasa, grup Djarum memiliki bisnis minuman dengan merek Yuzu. Adapun kopi dengan merek Delizio Caffino melalui PT Sumber Kopi Prima.
Media
Hartono bersaudara merambah ke bisnis media melalui Djarum Media dengan nama Djarum Super Soccer TV dan Mola TV.
Baca juga: Bernilai US$327,66 Miliar, Yuk Intip Portofolio Opa Warren Buffett
Jadi Pemegang Saham Mayoritas BBCA
Selain lini bisnis yang sudah disebutkan di poin sebelumnya, kekayaan Hartono bersaudara juga berasal dari sektor perbankan dengan mengakuisisi BBCA pada masa krisis moneter tahun 1997-1998. Grup Djarum ambil alih BBCA, yang sebelumnya dimiliki oleh Grup Salim, dan terpaksa masuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional.
Aksi akuisisi dilakukan melalui konsorsium FarIndo Investments (Mauritius) Ltd dan Farallon Capital Management LLC. Kala itu ada sebanyak 51,15% saham BCA yang berhasil dikuasai.
Kini keduanya menjadi pemegang saham mayoritas dengan total 67,72 miliar saham atau sekitar 54,94% melalui PT Dwimuriya Investama Andalan. Hartono bersaudara mendapatkan sebagian besar kekayaan mereka dari investasi di BCA.
Baca juga: Nicolas Darvas: Penari yang Cuan Besar Lewat Trading Saham
Demikian adalah informasi mengenai sumber kekayaan Hartono bersaudara, Bambang Hartono dan Budi Hartono. Ingin mulai membangun kekayaan di pasar saham? Yuk belajar dulu dengan cara upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade.
Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.