Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconRisk Management

5 Cara Manajemen Portofolio Saham yang Harus Kamu Tahu

5 Feb 2022, 13:23 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Manajemen portofolio menjadi salah satu yang terpenting sebelum memulai trading dan investasi saham. Jika tidak direncanakan dengan baik, bisa jadi portofolio saham berantakan, misalnya ada portofolio trading jadi investasi gara-gara nyangkut dan investasi jadi trading gara-gara cuan.

Manajemen portofolio meliputi strategi pengelolaan komposisi saham pada portofolio sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi risiko pasar.. Berikut adalah 5 cara manajemen portofolio saham yang harus kamu tahu.

Paham Dulu dengan Tujuannya

Sebelum melakukan manajemen portofolio, tentukan dulu tujuannya, apakah mau investasi atau trading? Karena beda tujuan, beda juga cara mengelolanya.

Berinvestasi berarti menyimpan saham dalam jangka waktu yang lama, lebih dari setahun. Maka dari itu idealnya portofolio dicek rutin dalam beberapa periode. Misalnya satu bulan sekali atau beberapa bulan sekali.

Sedangkan trading saham punya rentang waktu yang lebih singkat. Bisa berbeda-beda tergantung dengan strategi yang dipakai. Untuk swing trading, biasanya kurang dari satu bulan. Di sisi lain super trading bisa lebih dari tiga bulan. Karena durasinya singkat, portofolio harus dicek setiap hari agar tidak kehilangan momen untuk profit taking.

Baca juga: Istilah Breakout dan Breakdown Saham, Apa yang Perlu Dipahami Trader?

Positioning


Sebenarnya tidak ada patokan pasti terkait berapa saham yang harus dimiliki.  Namun biasanya akan lebih ideal kalau punya maksimal 10 saham aja. Tujuannya supaya bisa dikelola atau dipantau dengan lebih mudah. Jumlah saham yang terlalu banyak membuat investor kewalahan, sehingga ketika market koreksi, bingung harus cut loss yang mana dulu?

Tapi perlu diingatkan lagi, ketentuan porsi saham masing-masing investor dapat berbeda satu dengan lain tergantung besaran modalnya. Jika modalnya kecil, 5 saham boleh jadi sudah terlalu banyak. Beda halnya dengan yang modalnya sampai miliaran, mungkin akan jadi kurang cocok kalau jumlah sahamnya terlalu sedikit.

Lalu gimana pembagian porsinya? Positioning yang disarankan untuk investasi sekitar 70-80% dan trading sekitar 20%-30% dari modal keseluruhan. Setelah menentukan porsi untuk setiap tujuan, porsi beli setiap saham juga perlu diatur. Trading entry 10% dari modal trading, sedangkan investasi 25% dari modal investasi yang dibeli dalam jumlah sama.

Mengapa saham harus dibeli dalam jumlah sama? Perhatikan contoh perhitungan di bawah ini.


Tabel kiri untuk pembelian dengan jumlah acak dan tabel kanan untuk pembelian dengan jumlah yang sama. Keduanya punya gain dan loss yang sama, tapi ternyata membeli saham dengan jumlah yang tidak beraturan menghasilkan kerugian sebesar Rp100 ribu. Sementara itu jika saham dibeli dengan jumlah yang sama, justru bisa memaksimalkan keuntungan menjadi Rp2 juta.

Baca juga: Strategi Trading Saham Saat Downtrend

Batasi Risiko


Cara manajemen portofolio saham berikutnya adalah disiplin dalam membatasi risiko. Untuk investasi, pembatasan dilakukan berdasarkan kondisi fundamental. Misalnya perusahaan membukukan kerugian selama beberapa periode, utang terus membesar, atau ada masalah internal perusahaan. Kondisi ini dapat dijadikan pertimbangan untuk cut loss investasi.

Bagaimana dengan pembatasan risiko untuk trading?

·         Swing trading: Pasang area stop loss ketika harga berada di bawah support, sekitar 5% dari harga beli.

·         Super trading: Pasang area stop loss ketika saham patah uptrend line atau MA 20 daily.

Namun seringkali investor atau trader mengalami nyangkut di beberapa saham gara-gara beli di pucuk atau harga sahamnya memang lagi downtrend hingga ruginya menjadi besar. Dalam kasus ini, investor harus menjual saham mulai dari porsi yang paling kecil terlebih dahulu.

Apabila performa teknikal dan fundamentalnya menurun, pertimbangkan untuk cut loss semua atau cicil jual. Sebelum mencicil jual, harus perhatikan dulu technical rebound. Jika ada pantulan dari penurunan bisa manfaatkan untuk exit.

Selain itu bisa juga gunakan keuntungan dari trading untuk cut loss. Misalnya saham trading profit Rp10 juta, sebesar Rp2 juta dari keuntungan tersebut bisa digunakan untuk cut loss dari jumlah saham yang merugi.

Baca juga: Cara Mengetahui Likuiditas Saham Lewat Bid dan Offer

Rebalancing Portofolio

Rebalancing berarti mengatur ulang portofolio sesuai dengan profil risiko dan tujuan. Di bawah ini adalah cara dan tips melakukan rebalancing:

1.       Pisahkan portofolio investasi dan trading

Bedakan akun untuk investasi dan trading. Mengapa demikian? Alasannya biar bisa tetap fokus. Jika saham investasi sudah mulai untung, investor jadi tidak tergiur untuk segera take profit. Kebanyakan kasus ketika investasi untung, tujuannya berubah menjadi trading dan ketika saham trading loss, berubah jadi investasi karena ingin menunggu sampai harganya rebound lagi.

2.       Kurangi posisi perlahan jika porsi tidak sesuai

Seiring berjalannya waktu, porsi saham akan berubah mengikuti kondisi pasar. Ketika porsinya sudah tidak sesuai dengan profil risiko, kurangi posisi dengan cara profit taking. 

3.       Aware dengan situasi dan kondisi pasar

Hal ini menjadi penting karena saat ini di pasar saham ada kategori saham old economy dan new economy, yang mana keduanya bergerak berlawanan arah.Dengan memahami kondisi pasar, pengaturan portofolio menjadi lebih teratur. Akan terjadi diversifikasi di mana apabila performa saham old economy menurun  saham new economy yang masih perform akan membuat portofolio lebih stabil.

Baca juga: Rebalancing Portofolio: Seni Mengelola Risiko yang Perlu Dilakukan Saat Berinvestasi

Pertimbangkan Sektor Penting dalam Portofolio Investasi


Banking

·         Menjadi penggerak IHSG dengan bobot hampir 24% ke indeks

·         Pilihan untuk menjaga performa portofolio sejalan dengan IHSG

·         Menjadi sektor yang paling sensitive terhadap pertumbuhan ekonomi

Consumer Goods

·         Sektor defensif di saat pasar menghadapi uncertainty

·         Konsumsi tidak pernah akan berkurang

·         Indonesia merupakan negara penduduk terbesar ketiga di dunia

Properti

·         Aset hedging ketika inflasi tinggi

·         Pemerintah masih suportif dengan relaksasi diskon PPN properti

·         Valuasi sektor yang terdiskon (RNAV & PBV)

Telco/Towers

·         Defensif dan memiliki revenue serta net profit growth yang stabil

·         Memiliki hubungan erat dengan pertumbuhan sektor teknologi

·         Indonesia masuk fase spektrum 5G

Teknologi

·         Potensi pertumbuhan teknologi di Indonesia

·         Populasi internet terbesar di Asia Tenggara dan tiga terbesar di Asia

·         Penetrasi internet di Indonesia masih rendah

Baca juga: Alasan Investor Cari Saham Price to Earning Ratio (P/E) yang Rendah

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-RE-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Telegram
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi