Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Sri Lanka Bangkrut, Begini Penyebab dan Nasib Pasar Sahamnya

11 Jul 2022, 16:06 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
sri lanka bangkrut

Sri Lanka sudah menjadi topik hangat selama beberapa pekan terakhir lantaran negaranya yang dinyatakan bangkrut. Hal tersebut memicu demonstrasi yang menunjukkan tekanan rakyat pada pemerintah Sri Lanka memuncak pada pembakaran kediaman Perdana Menteri serta penyerbuan di kediaman Presiden Gotabaya Rajapaksa pada hari Minggu kemarin (10/07).

Bahkan krisis ekonomi ini telah mendorong Perdana Menteri dan Presiden mereka untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Lantas, bagaimana nasib pasar saham Sri Lanka?

Asal Mula Krisis Ekonomi di Sri Lanka

Sebelum kita bahas kondisi pasar sahamnya, mungkin kamu bertanya-tanya alasan di balik terjadinya krisis ekonomi yang menerpa Sri Lanka. Banyak yang berpendapat bahwa sebenarnya krisis telah berlangsung selama bertahun-tahun akibat dari kinerja pemerintah yang buruk.  

Selama beberapa dekade terakhir pemerintah Sri Lanka telah meminjam sejumlah besar uang dari asing untuk mendanai layanan publik. Hal tersebut bertepatan dengan melemahnya perekonomian, yang disebabkan baik dari bencana alam seperti hujan muson, hingga bencana buatan, termasuk larangan pemerintah terhadap pupuk kimia yang merusak panen petani.

Serangkaian masalah di tahun-tahun berikutnya semakin memperparah keadaan di mana pada tahun 2018 pemecatan Presiden atas Perdana Menteri menyebabkan krisis konstitusional. Kemudian di tahun 2019 pelaku terror melakukan pengeboman di sejumlah gereja saat perayaan Paskah. Ditambah lagi pandemi Covid-19 di tahun berikutnya kian mendorong pelemahan ekonomi negara.

Menghadapi defisit besar-besaran, Presiden Gotabaya Rajapaksa memangkas pajak dalam upaya perbaikan ekonomi yang justru memukul pendapatan pemerintah. Alhasil, Sri Lanka kehilangan akses ke pasar luar negeri setelah pertama kalinya dinyatakan gagal bayar oleh lembaga pemeringkat.

Baca juga: Siklus Ekonomi, Fakta di Balik Terjadinya Rotasi Sektoral di Saham

Endapan Utang yang Menjadi Bumerang

Sri Lanka pada akhirnya harus mengandalkan cadangan devisa untuk melunasi utang pemerintah. Sehingga berimbas pada penyusutan yang semula US$6,9 miliar di tahun 2018 menjadi US$2,2 miliar pada tahun ini. Menipisnya cadangan devisa memberikan dampak pada impor bahan bakar dan kebutuhan pokok lainnya yang membuat harganya melonjak.

Ditambah, andalan devisa Sri Lanka hanya berasal dari pariwisata. Soalnya, sejak perang saudara usai pada 2009, Sri Lanka membuat kebijakan fokus untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, ketimbang mendongkrak ekspor. 

Bank Sentral Sri Lanka awalnya mengupayakan untuk mengambangkan mata uang nasionalnya guna mendapatkan pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF). Namun malah mengakibatkan devaluasi sebesar 36% dan mengacaukan harga dari seluruh kebutuhan di negara tersebut, termasuk bahan bakar yang membatasi transportasi dalam negeri, mengambat aktivitas ekonomi, dan menyebabkan pedaman listrik selama berjam-jam setiap hari.

Sebagai informasi, Sri Lanka masih berkewajiban untuk bayar utang sebesar US$4 miliar pada tahun 2022, termasuk obligasi negara internasional (ISB) senilai US$1 miliar yang jatuh tempo bulan ini dengan cadangan devisa yang hanya tersisa US$2,2 miliar. Dilansir dari The Indian Express, ISB merupakan bagian terbesar dari utang luar negeri Sri Lanka sebesar US$ 12,55 miliar dengan Asian Development Bank, Jepang, dan China di antara pemberi pinjaman lainnya.

Berdasarkan tinjauan IMF terhadap perekonomian Sri Lanka bulan April 2022, status utang publik telah berubah menjadi tidak berkelanjutan dan cadangan devisa sudah tidak cukup untuk pembayaran utang jangka pendek.

Sejauh ini sudah ada beberapa pihak yang dikabarkan siap membantu. Di antaranya adalah  World Bank yang akan meminjamkan US$600 juta dan India US$1,9 miliar dan mungkin meminjamkan tambahan US$1,5 miliar untuk impor. Negara-negara industri terkemuka G7 juga menyatakan bantuan dalam mengamankan keringanan utang. Sementara itu Sri Lanka tengah berdikusi dengan China untuk merestrukturisasi utang.

Baca juga: Alasan Trading dan Investasi Saham Wajib Pantau Makroekonomi

Kondisi Pasar Saham Pasca Krisis Ekonomi

Tahukah kamu? Colombo Stock Exchange (CSE) sempat menjadi indeks dengan reli terbaik di dunia. Sejumlah saham penggerak indeks naik 81,97% sepanjang2021, mengalahkan semua bursa utama dunia. Meski investor asing mencatatkan net sell 50 miliar rupee atau sekitar Rp2 triliun pada tahun lalu.

Pasar saham Sri Lanka bisa mencatatkan peforma luar biasa karena disokong investor domestik. Tercatat, 79% investor saham di Sri Lanka adalah investor domestik, bahkan pertumbuhan jumlah akun saham di Sri Lanka naik 70% sejak 2019 sampai 2021. 

Geliat investasi saham pun meningkat, apalagi ketika pasar saham mulai rebound dari efek pandemi Covid-19. Ditambah, bank sentral yang melonggarkan moneter sehingga peredaran uang di masyarakat meningkat, serta tingkat suku bunga yang rendah. Akhirnya, mendorong transaksi di pasar saham Sri Lanka hingga memiliki peforma terbaik di dunia.

Sayangnya krisis ekonomi di negara tersebut telah sedikit banyak mengubah nasib pasar saham mereka. Pasar merespons negatif pengunduran 26 menteri di tengah krisis yang mengakibatkan saham blue chip anjlok 5,92% di awal bulan April lalu. Alhasil perdagangan di CSE disetop 30 menit.

Tidak sampai situ, Komisi Sekuritas Sri Lanka kembali menghentikan perdagangan saham pada tanggal 18 April – 22 April 2022 untuk mencegah keruntuhan pasar. Begitu dibuka kembali di tanggal 25 April, CSE hampir 13% terjun bebas dan lagi-lagi diberhentikan.

Pada perdagangan minggu lalu, All Share Price Index (ASPI) dan S&P SL20 yang merupakan indeks utama Sri Lanka berhasil naik tipis pada hari Jumat (08/07) setelah turun selama empat hari bursa berturut-turut. ASPI ditutup 0,32% ke 7.080, naik dari penutupan terendah tanggal 26 April 2020 dan S&P SL20 naik 0,71% ke level 2.244. Meski begitu, seorang analis menilai prospeknya tetap negatif melihat adanya kenaikan suku bunga dan risiko politik.

sri lanka bangkrut

Sumber

Melansir Economy Next, nilai turnover hanya mencapai Rp72,5 miliar, terendah sejak 25 April lalu dan kurang dari seperdelapan turnover rata-rata harian tahun ini, yaitu sebesar Rp625,9 miliar. Sejauh ini indeks ASPI sudah turun sebanyak 3,78% pada bulan Juli setelah jatuh dalam 9,3% di bulan Juni, 23% di bulan April, dan 14,5% di bulan Maret.

Meskipun CSE menjadi salah satu indeks terbaik dunia dengan pengembalian 80% di tahun 2021, pasar sudah turun sebanyak 42,1% pada 2022. Gagal bayar negara memberikan sentimen negatif, sehingga asing memutuskan untuk net sell yang jumlahnya mencapai Rp175 miliar sepanjang tahun.

Baca juga: Mengenal Hiperinflasi, ‘Hantu’ Ekonomi yang Ditakuti Dunia

5 Harga Saham Big Caps di Sri Lanka

Per hari ini (11/07), berikut adalah pergerakan harga saham dari 5 emiten dengan market cap terbesar di CSE sejak awal tahun:

  1. Expolanka Holdings PLC turun 57,7% dari 386 ke 163.

  2. LOLC Holdings PLC turun 69,8% dari 1209 ke 364.

  3. John Keells Holdings PLC turun 19,7% dari 152 ke 122.

  4. LOLC Finance PLC turun 74,6% dari 26,8 ke 6,8.

  5. Ceylon Tobacco Company PLC turun 36,1% dari 878 ke 561.

Baca juga: Prospek Pasar Saham Ketika Inflasi Lagi Tinggi

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-RE-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelPemula

Perhitungan Break Even Point Supaya Kamu Tahu Sudah Untung atau Belum

13 Jan 2023, 16:28 WIB
article
ArtikelPemula

Istilah Price In Harga Saham, Apa Maksudnya?

10 Nov 2022, 16:18 WIB
price in harga saham
ArtikelPemula

Aset Safe Haven Emas, Pahami Maksud dan Keuntungannya Di Sini

11 Nov 2022, 16:21 WIB
aset safe haven emas
ArtikelPemula

Ekonomi AS Diprediksi Double-Dip Recession, Apa Maksudnya?

2 Nov 2022, 15:45 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi