Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Prospek Pasar Saham Ketika Inflasi Lagi Tinggi

18 Jun 2022, 14:38 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Belakangan ini inflasi sedang ramai dibicarakan hingga menyebabkan kepanikan di pasar saham Amerika Serikat (AS). Alasannya karena inflasi AS per Mei 2022 sudah mencapai angka 8,6%, yang mana merupakan inflasi tertinggi sejak tahun 1980-an.

Kenaikan inflasi bukan hanya didorong oleh naiknya harga minyak, tetapi sudah meluas ke banyak hal, mulai dari pelayanan hingga mobil bekas. Sehingga The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga dengan lebih cepat sebanyak 75 basis poin dalam upaya menjinakkan inflasi. Itu artinya The Fed melihat adanya ancaman inflasi yang sangat serius. Lantas, bagaimana dampaknya ke pasar saham? Apakah masih ada peluang?

Dot Plot The Fed


The Fed memberikan proyeksi suku bunga atau dot plot di mana suku bunga direncanakan bakal naik sampai 3,4% di akhir tahun 2022. Satu hal yang menarik untuk market adalah bahwa The Fed sudah memberikan tanda bahwa suku bunga akan peaking di 2023 sekitar 3,8%. Maka di tahun depan suku bunga hanya perlu dinaikkan satu kali lagi melihat rate di akhir tahun sudah mendekati titik puncaknya. Sedangkan di tahun 2024 ada potensi pemotongan suku bunga ke 3,4%.

Baca juga: Mau Jadi Trader Sukses? Pahami Hierarki Trading Ini!

Inflasi di Indonesia


Bagaimana dengan Indonesia? Secara historis, ada kenaikan inflasi sejak awal pandemi. Namun angkanya bisa dibilang masih terkendali melihat harga beras yang cukup stabil serta BBM yang masih disubsidi oleh pemerintah. Sementara itu, jika kita lihat di luar negeri, harga gas dan suku bunga mortgage sudah banyak mengalami kenaikan yang kemudian berimbas pada harga saham yang turun.

Dengan kondisi seperti ini, Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa inflasi Indonesia masih terpantau aman, sehingga pihaknya tidak berencana untuk menaikkan suku bunga dalam jangka pendek. Langkah BI dirasa cukup tepat karena inflasi Indonesia masih berada di bawah level tahun 2016 dan 2017. Selain itu Rupiah juga masih cukup stabil. Mata uang Rupiah terhadap USD jika dibandingkan semua mata uang Asia lainnya, termasuk yang terkuat selama kurang lebih 1-1,5 tahun terakhir. Maka secara ekonomi, Indonesia sedang berada di kondisi yang baik.

Baca juga: Apakah yang Dimaksud dengan Inflasi dan Mengapa Perlu Diperhatikan?

Kelas Aset yang Menarik Saat Inflasi


Berdasarkan data di atas, ketika inflasi turun (falling inflation), kinerja komoditas, mining equities, dan energy equities menurun. Sedangkan kinerja saham dan pendapatan tetap cenderung lebih bagus. Di sisi lain apabila inflasi naik (rising inflation), komoditas menjadi aset yang paling perform dibandingkan saham dan pendapatan tetap.

Perlu diketahui, biasanya peak suatu sektor baru akan terjadi apabila ada saham yang masuk top 10 market cap. Contohnya tahun lalu banyak emiten bank digital atau tech holding yang masuk ke top 10 market cap. Namun saat ini belum ada emiten komoditas yang masuk ke top 10 kecuali BYAN, sehingga ke depannya masih ada peluang untuk komoditas manggung di IHSG.

Tonton juga: Amerika Terncam Stagflasi, Apa itu Stagflasi?

Potensi Super Cycle Komoditas


Gambar di atas adalah perbandingan indeks S&P 500 energi dengan S&P 500 teknologi. Terlihat di tahun 1992-1995 sektor tech mengungguli kinerja sektor energi. Sedangkan mulai tahun 2000-2008 sektor energi mengungguli kinerja sektor tech. Siklus tersebut terulang lagi pada periode tahun 2009-2021 di mana sektor tech kembali outperform sektor energi.  

Dari sini kita melihat pergantian siklus biasanya berlangsung selama beberapa tahun. Ditambah lagi ada kemungkinan super cycle komoditas akan dimulai mengingat sektor teknologi sudah berada di penghujung masa kejayaannya.

  • Minyak


Total investment untuk minyak terus mengalami penurunan selama 6 tahun terakhir bahkan di bawah rata-rata. Tanpa investasi baru, sudah pasti suplai akan terus menurun. Terlihat saat ini ketersediaan minyak perlahan-lahan semakin turun bahkan sejak sebelum terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina. Padahal demand ke depannya masih sangat besar yang mana menurut IEA di tahun 2023 angkanya akan jauh lebih tinggi dibandingkan suplai. Sehingga tahun depan harga minyak berpotensi masih berada di level yang tinggi.

Yang perlu diperhatikan adalah ketika harga minyak naik dan melewati budget pemerintah, biasanya secara otomatis harga BBM akan naik. Dan ketika ini terjadi, akan ada peluang IHSG turun dalam. Walaupun begitu selama tren komoditas masih bagus, biasanya pasar saham akan rebound bahkan ke titik yang lebih tinggi.

  • Batu Bara

Freeport LNG yang merupakan salah satu eksportir utama AS yang menyuplai gas ke Eropa berhenti beroperasi sampai September 2022. Ditambah lagi Gazprom, main supplier gas di Rusia berhenti ekspor ke banyak negara Eropa yang menyebabkan krisis energi di sana. Imbasnya harga gas di Eropa langsung terbang tinggi beberapa hari belakangan ini.


Oleh sebab itu ada potensi orang-orang akan beralih ke batu bara yang main supplier-nya berasal dari Australia dan Indonesia. Namun pemerintah Australia pun sedang mempertimbangkan pelarangan ekspor batu bara akibat krisis listrik. Alhasil ini membawa peluang baik bagi Indonesia dengan suplai batu bara yang tidak hanya mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri tapi juga ekspor.

  • Tembaga


Untuk sekarang tembaga masih oversupply selama 1-2 tahun ke depan. Namun pada tahun 2024 nanti demand-nya akan melebihi suplai untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pabrik mobil yang kini condong ke electric vehicle.

  • Nikel


Suplai nikel juga tengah “terancam”. Untuk membuat suplai nikel baru di luar Indonesia, harga nikel harus berada di level rata-rata US$34,000. Sebab produsen atau calon investor menilai tidak ekonomis untuk membangun proyek di harga sekarang.

Baca juga: 3 Cara Menjual Saham ARB untuk Meredam Kerugian

Kesimpulan

Harga komoditas diperkirakan masih bisa bertahan di level tinggi seperti saat ini dalam jangka menengah. Penyebabnya, supply atau pasokan masih terganggu, bukan hanya oleh perang Rusia-Ukraina, tapi juga pemulihan permintaan pasca pandemi covid-19. Di sisi lain, dibutuhkan waktu yang lumayan lama untuk mendorong pertumbuhan produksi komoditas lebih tinggi lagi. 


Namun, kondisi itu bukan berarti membuat kita fear of missing out (FOMO) saham sektor komoditas. Ingat, gambaran prospek sektor komoditas ini untuk jangka panjang, sedangkan untuk jangka pendek, bakal ada potensi fluktuasi harga dari sisi komoditas maupun saham terkait. 


Jadi, tetap ingat strategi kamu, trading jangka pendek, menengah, atau investasi jangka panjang. Jika trading, kamu bisa memantau analisis teknikal atau kalau masih bingung bisa belajar dan praktik langsung lewat trading signal real time maupun konten edukasi yang tersedia di aplikasi Emtrade.

Tonton juga: Peluang dan Tantangan Saat Inflasi Tinggi

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-RE-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelPemula

Perhitungan Break Even Point Supaya Kamu Tahu Sudah Untung atau Belum

13 Jan 2023, 16:28 WIB
article
ArtikelPemula

Istilah Price In Harga Saham, Apa Maksudnya?

10 Nov 2022, 16:18 WIB
price in harga saham
ArtikelPemula

Aset Safe Haven Emas, Pahami Maksud dan Keuntungannya Di Sini

11 Nov 2022, 16:21 WIB
aset safe haven emas
ArtikelPemula

Ekonomi AS Diprediksi Double-Dip Recession, Apa Maksudnya?

2 Nov 2022, 15:45 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi