Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconRisk Management

5 Golden Rules Money Management Saham Supaya Cuan Maksimal

24 Jan 2024, 11:19 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
money management saham

Pemula yang baru pertama kali masuk ke saham sering kali punya ekspektasi yang keliru dari awal. Pakai modal besar sekaligus untuk all in di satu saham karena berharap untung besar dan cepat. Padahal harga saham tidak selalu naik. Ada kalanya turun bahkan sampai jangka waktu yang lama.

Nah, kalau sudah masuk ke fase downtrend, yang ada malah makin boncos karena belum menerapkan money management yang tepat. Money management adalah strategi yang berfokus pada pengelolaan dana agar profit yang didapat lebih maksimal dan kerugian pun dapat dimitigasi dengan baik.

Lalu, bagaimana cara menerapkannya? Berikut adalah 5 golden rules money management saham yang wajib kamu pahami.

Start Small

Idealnya pemula mulai berinvestasi saham pakai modal dengan nominal yang kecil. Alias, nominal yang benar-benar bisa bikin kamu tenang dan leluasa. Jadi kalau ternyata rugi, kamu tidak merasa keberatan dengan uang kerugian tersebut. Anggap saja sebagai uang belajar. Modal boleh ditambah apabila sudah merasa mahir baik secara praktik maupun psikologi.

Sebagai contoh, punya modal sebesar Rp100 juta. Jika harga saham turun separah-parahnya 40% (worst scenario dari penurunan saham blue chip BBCA), itu artinya kamu rugi Rp40 juta. Apakah siap kehilangan uang sebesar Rp40 juta? Jika tidak, maka perlu disesuaikan kembali.

Selain itu penting untuk pastikan bahwa modal yang dipakai adalah uang dingin. Tidak boleh pakai uang hasil ngutang, uang pendidikan anak, uang dari tabungan dana darurat, dan sebagainya yang sifatnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama. Hindari trading atau berinvestasi saham dengan uang panas kalau kamu tidak mau menimbulkan masalah-masalah baru di kemudian hari.

Baca juga: Berapa Nominal yang Ideal untuk Trading Saham?

Trading atau Investasi?

Pahami dulu tujuan kamu di market apakah untuk trading atau investasi jangka panjang? Soalnya, beda tujuan akan berbeda pula cara mengelola modalnya.


Konsekuensi yang biasa dihadapi oleh investor jangka panjang adalah return tidak langsung didapat dan mungkin malah rugi dulu (floating loss). Sehingga bisa menyebabkan kegalauan tetap hold atau jual.

Sedangkan konsekuensi trading adalah kerugian yang direalisasikan atau hilang barang. Misalnya, setelah cut loss ternyata naik atau sudah take profit harga sahamnya naik. Adapun trader yang susah meraup keuntungan karena sahamnya terus menyentuh stoploss.

Kedua tujuan ini wajib ada di portofolio tetapi timing-nya bisa berbeda. Ketika saham-saham banyak yang valuasinya murah, secara money management kita bisa alokasikan lebih banyak untuk investasi. Untuk pemula di masa-masa bearish seperti tahun 2020 bisa alokasikan 70% untuk investasi dan 30% untuk trading.

Jika tren sudah membaik dan saham-saham investing sudah mulai mahal, alokasinya bisa up to 50% untuk investasi dan selebihnya untuk trading. Namun, ini juga tergantung dengan skill yang dimiliki.

Baca juga: Tips Trading Saham Buat Kamu yang Belum Siap dengan Risiko

Diversifikasi Efektif

Diversifikasi adalah strategi manajemen risiko dengan cara mengalokasikan modal ke beberapa jenis saham yang berbeda. Diversifikasi berbicara tentang tiga hal. Pertama, berapa banyak uang yang boleh dipakai untuk modal saham? Kedua, berapa banyak modal per saham? Ketiga, berapa banyak saham yang ideal dalam satu portofolio?

Jawabannya, semua tergantung modal. Jika modal yang dimiliki di bawah Rp10 juta, bisa 3-5 saham. Disarankan tidak kurang dari 3 saham karena kalau terlalu concentrated berarti risikonya hanya ada di saham itu saja.

Semakin banyak modal semakin terdiversifikasi. Modal di atas Rp500 juta – Rp1 miliar maksimal boleh beli 10 saham. Dengan catatan, bukan langsung dibeli semua dalam satu waktu. Belinya secara bertahap sambil melihat adanya peluang yang bagus.

Lalu, bagaimana untuk yang modalnya kurang dari Rp5 juta? Kalau hanya bisa beli 1 saham, maka harus pilih saham yang benar-benar strong secara fundamental seperti perbankan besar.

Berapa nominal belinya? Tips untuk trader, belilah saham dengan nominal yang sama supaya tidak terbawa emosi. Strategi ini memudahkan perhitungan untung rugi setiap transaksi tanpa harus menggunakan kalkulator. Jadi sebaiknya hindari memakai modal dengan nominal berubah-ubah. Artinya, beli banyak saat yakin dan beli sedikit saat ragu.

Misalnya kamu yakin saham A bisa naik, lalu langsung hajar beli banyak Rp10 juta. Ternyata setelah dibeli sahamnya malah jatuh dalam. Karena jadi kurang pede, porsi belinya mengecil katakanlah Rp2 juta. Begitu untung, keuntungannya pun jadi kecil padahal secara persentase di portofolio komposisinya besar. Hasil tersebut nantinya akan susah diukur.

Sedangkan untuk investor, 40-50% dialokasikan untuk saham-saham investing. Khusus saham-saham big caps perbankan dan defensif seperti consumer goods disarankan persentasenya lebih besar. Baru sisanya untuk saham long term investing lainnya.

Selebihnya boleh untuk trading atau investing non blue chip. Sebagai gambaran, 50% investing blue chip, 30% investing non blue chip, dan 20% trading. Pembagian ini tidak saklek. Porsi trading boleh diperbesar kalau merasa sudah lebih berani dan paham dengan pembatasan risikonya.

Baca juga: Cara Cut Loss di Saham Investing untuk Meredam Kerugian

Tahu Cara Stoploss

Pembatasan risiko harus disiplin dilakukan dengan cara mengetahui area stoploss. Ada dua cara yang bisa diterapkan, yakni mathematical stoploss dan technical stoploss. Mathematical stoploss termasuk yang paling mudah karena hanya perlu melihat kerugian secara persentase. Biasanya rata-rata 5% untuk swing trader dan 10% untuk super trader.

Sedangkan technical stoploss dilakukan apabila harga saham bergerak turun dari support (breakdown). Sehingga, trader harus paham cara menentukan area support dan resistance dulu untuk bisa menggunakan strategi ini.

Pertanyaannya, bagaimana seorang investor melakukan pembatasan risiko? Biasanya investor tidak melihat faktor teknikal, melainkan lebih ke fundamental. Maka dari itu harus cek kinerja perusahaan (pangsa pasar dan model bisnis) dan valuasi sahamnya supaya bisa tentukan apakah masih bisa hold atau harus jual.

Baca juga: Cara Mudah Menentukan Stop Loss bagi Trader Pemula

Manage Fear and Greed

Jaga ekspektasi caranya dengan menyadari bahwa pasar saham memiliki risiko. Sebab meskipun hal ini sudah menjadi satu fakta yang jelas, tidak semua orang mau menerima kenyataan tersebut. Untuk itu penting sekali untuk sadar bahwa saham bisa rugi. Dengan begitu kita bisa atur strategi supaya tidak greedy.

Kemudian cukupkan diri dengan apa yang dimiliki. Logikanya kalau masuk saham pakai uang lebih, berarti kebutuhan hidup kita sudah tercukupi. Sehingga tanpa mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat pun kita bisa tetap hidup tenang dan bahagia. Nah, mindset inilah yang sangat berperan terhadap keberhasilan trader dan investor.

Kalau kamu merasa stres saat trading, sebaiknya berhenti dulu dan konsultasikan ke Emtrade untuk dapat arahan tentang apa yang mesti dilakukan. Kenapa harus rehat sejenak? Karena saat ketakutan, informasi yang diterima terjebak di otak amigdala. Jika dipaksa terus-terusan, pengambilan keputusan akan semakin berantakan karena cenderung akan balas dendam.

Baca juga: Kenapa Orang Terburu-Buru di Market? Gimana Cara Mengubah Kebiasaan Ini?

Gimana? Sudah ada gambaran ya tentang money management saham yang baik? Kalau kamu mau belajar lebih banyak sekaligus dapat trading signal secara real-time, upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade.

Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-RE-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelRisk Management

Saham Lagi Turun, Lebih Baik Average Down atau Beli Saham Lain?

10 Jan 2023, 14:04 WIB
article
ArtikelRisk Management

Cara Kurangi Posisi Saat Porsi Saham di Portofolio Melewati Batas Maksimum

2 Jan 2023, 16:06 WIB
article
ArtikelRisk Management

Berapa Persentase Floating Loss yang Ideal untuk Average Down?

4 Nov 2022, 15:31 WIB
article
ArtikelRisk Management

Tips Menghadapi Risiko di Pasar Saham

25 Okt 2022, 15:31 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Telegram
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi