Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Kisah Isaac Newton yang Nyangkut di Saham Karena FOMO

19 Jul 2022, 15:11 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
saham isaac newton

Siapa sih yang tidak kenal dengan Isaac Newton? Fisikawan penemu teori gravitasi ini juga merupakan seorang matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, teolog, dan penulis Inggris yang secara luas diakui sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh sepanjang sejarah. Dari sini sudah terbayang dong betapa jeniusnya Newton?

Namun menjadi orang jenius pun tidak menjamin bisa menguasai market. Jarang orang tahu bahwa Isaac Newton sempat mengalami kerugian yang cukup besar di pasar saham. Ini terjadi ketika ada fenomena yang disebut South Sea bubble pada tahun 1720. Gimana ceritanya? Dan apa pelajaran yang bisa diambil? Baca selengkapnya di artikel ini agar kamu tidak nyangkut di pucuk seperti Newton.

Menilik South Sea Bubble Lebih Jauh

South Sea bubble dikenal sebagai market crash pertama di dunia. Semuanya dimulai ketika perusahaan yang bergerak di bidang pengiriman pekerja, South Sea Company didirikan pada tahun 1711.

Perusahaan ini bekerja sama dengan pemerintah Inggris untuk mengkonsolidasikan, mengendalikan, serta mengurangi utang nasional sekaligus membantu Inggris meningkatkan perdagangannya di Amerika. Tagihan utang sebagian besar dari kontraktor yang memasok militer Inggris selama Perang Penerus Spanyol.

Pemerintah Inggris menawarkan saham South Sea kepada para kreditur di mana saham tersebut tidak menjanjikan pelunasan penuh uang yang terutang, tetapi menjanjikan pembayaran bunga secara berkala. Sebagai imbalannya, South Sea mendapatkan hak monopoli atas perdagangan di Amerika Selatan. Dari situ perusahaan memperoleh keuntungan dan meningkatkan kepercayaan publik untuk berinvestasi dengan menawarkan bunga sebesar 6%.

Namun Perjanjian Utrecht yang merupakan hasil akhir dari Perang Penerus Spanyol pada tahun 1713 memberlakukan beberapa aturan yang mempersempit ruang gerak perdagangan Inggris. Alhasil, banyak yang mulai skeptis dengan profitabilitas dari aktivitas perdagangannya. Sebagian orang yang terlibat dalam investasi tersebut bahkan menyuap rekan mereka untuk membeli saham supaya harganya bisa naik.

Kemudian pada tahun 1720 parlemen mengizinkan South Sea untuk mengambil alih sebagian besar utang negara. Skemanya adalah perusahaan akan menggunakan uang yang dihasilkan dari penjualan saham untuk membayar bunga utang atau secara langsung menukar saham dengan bunga. Di sinilah detik-detik gelembung mulai pecah.

Baca juga: Apa itu Dot Com Bubble? Peristiwa Runtuhnya Industri Startup

Kejatuhan Isaac Newton di Pasar Saham

Kepemilikan lahan merupakan penanda kekayaan serta status sosial di Inggris. Namun Newton punya caranya sendiri, yaitu dengan berinvestasi pada obligasi pemerintah dan saham Bank of England dan South Sea Company. Di sisi lain hal ini juga yang menyebabkan tergerusnya nilai kekayaan bersih Newton.

Sebagai informasi, saham South Sea merupakan saham terpopuler kala itu. Sesaat sebelum harganya melonjak sepanjang musim panas 1720, Newton tertarik untuk beli saham South Sea di harga 100 pounds per saham pada Februari 1720.  Melihat sahamnya sudah profit lebih dari 100%, Newton memutuskan untuk profit taking dua bulan setelahnya di harga 350 pounds per saham. Dia pun mendapatkan keuntungan senilai 7.000 pounds.

Begitu dijual, saham South Sea lanjut naik ke level harga yang lebih tinggi dari sebelumnya. Orang-orang yang masih hold otomatis untung lebih banyak. Tidak mau kalah, Newton beli lagi sahamnya di level sekitar 700 pounds per saham sebulan setelah profit taking. Dan benar saja harga saham South Sea melejit hingga 1.000 pounds per saham pada Agustus 1720.

saham isaac newton

Titik puncak itu menjadi turning point di mana para investor menyadari kenaikan harga tidak didasari oleh fundamental perusahaan. South Sea hanya memperdagangkan sahamnya sendiri dengan utang yang dibelinya. Dengan begitu harga saham turun hingga ke bawah 200 pounds per saham. Newton yang beli di pucuk mengalami kerugian yang cukup besar setelah cut loss di sekitar 300-150 pounds per saham. Total kerugiannya diperkirakan sebesar 20.000 pounds.

Baca juga: Alasan Kenapa Trading Saham Nggak Cukup Pakai Analisis Teknikal Beserta Tipsnya

Pelajaran yang Bisa Diambil

Sebenarnya Newton sudah mengambil keputusan dengan akal sehat di mana ketika market mulai tidak kondusif, dia melakukan profit taking. Sayangnya, Newton terjebak FOMO (Fear of Missing Out) begitu harga sahamnya lanjut naik. Alhasil keputusannya menjadi kurang objektif dan hanya berdasarkan emosi sesaat.

Dari sini kita belajar tentang betapa pentingnya untuk mengendalikan emosi saat trading maupun investasi saham. Supaya bisa bertahan di market, kita harus mulai dengan mindset yang tepat serta kesiapan mental dalam menghadapi gejolak pasar. Baru kemudian kemampuan analisis menjadi pendampingnya.

Dalam kasus saham yang lagi uptrend seperti South Sea, ada satu strategi beli yang bisa diterapkan guna meminimalisir risiko, yaitu buy on retracement. Artinya, saham dibeli ketika turun sementara hingga menyentuh support. Nah, support ini menjadi area pembelian karena posisinya dinilai sudah cukup rendah dan berpotensi membuat harga saham kembali memantul ke atas.

Apabila sudah menyentuh resisten disertai candle reversal, boleh lakukan profit taking mengingat kenaikannya berpotensi tertahan dan bisa kembali bergerak turun. Maka dari itu sebaiknya amankan modal terlebih dahulu.

Namun jika harganya terlanjur turun, harus disiplin batasi risiko. Salah satu kesalahan yang sering dilakukan adalah takut untuk cut loss. Padahal mungkin saja saham tersebut lanjut turun yang justru semakin memperparah kerugian. Untuk swing trading area stop loss umumnya sekitar maksimal 5% dan trend following maksimal 10%.

Lain halnya untuk yang investasi jangka panjang. Biasanya pembatasan risiko dilakukan kalau ada perubahan fundamental yang cukup signifikan, sehingga prospek ke depannya menjadi tidak menarik lagi.

Baca juga: Arti Buy on Retracement di Saham: Apa dan Gimana Strateginya

Mau lebih banyak belajar saham biar bisa sustain di market? Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-RE-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelPemula

Perhitungan Break Even Point Supaya Kamu Tahu Sudah Untung atau Belum

13 Jan 2023, 16:28 WIB
article
ArtikelPemula

Istilah Price In Harga Saham, Apa Maksudnya?

10 Nov 2022, 16:18 WIB
price in harga saham
ArtikelPemula

Aset Safe Haven Emas, Pahami Maksud dan Keuntungannya Di Sini

11 Nov 2022, 16:21 WIB
aset safe haven emas
ArtikelPemula

Ekonomi AS Diprediksi Double-Dip Recession, Apa Maksudnya?

2 Nov 2022, 15:45 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Telegram
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi