Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Divestasi INCO ke MIND ID Rp3.050 per Saham, Gimana Dampak dan Prospeknya?

27 Feb 2024, 14:09 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Kesepakatan divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) akhirnya selesai pada hari Senin kemarin (26/02). Harga jual saham INCO adalah Rp3.050 untuk tiap lembar saham. Perjanjian ini ditandatangani oleh Vale Canada Limited (VCL), MIND ID, dan Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM). 


Vale Canada dan Sumitomo Metal Mining menjual 14% saham INCO ke MIND ID. Untuk diketahui, total saham INCO keseluruhan adalah 9.936.338.720 saham. Dengan menjual 14% sahamnya, jumlah saham yang dijual adalah 1.391.087.420 saham. Jadi, dengan harga Rp3.050 per saham, nilai divestasi saham INCO sebesar Rp4,2 triliun.


Sebelumnya, MIND ID sudah memiliki 20% saham INCO, sedangkan Vale Canada memiliki 43,79% dan Sumitomo Metal Mining 15,03%. Setelah penjualan saham, MIND ID menjadi pemilik terbesar dengan 34% saham INCO. Vale Canada dan Sumitomo Metal Mining sekarang masing-masing memiliki 33,9% dan 11,5%. Sisanya, 20,6% saham, dimiliki oleh publik.


Transaksi ini dilakukan agar INCO memenuhi syarat agar bisa memperpanjang izin pertambangannya dengan mendapatkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).


Asal tahu saja, harga divestasi Rp3.050 per saham ini lebih murah jika dibandingkan dengan harga pasar pada penutupan hari Senin (26/02), yaitu Rp3.830 per saham. Artinya, sekitar 20% di bawah harga pasar.


Dilansir dari Bisnis, analis menilai hal ini berpotensi memunculkan ketidakpercayaan dari investor yang akan memengaruhi citra INCO di masa depan. Adapun selisih harga sekitar 20%-an dari harga pasar saat ini tergolong tidak wajar jika dilihat dari sisi investor. 


Walaupun begitu, pasar telah mengantisipasi harga divestasi ini mengingat angkanya mirip dengan pernyataan yang disampaikan Kementerian ESDM dan BUMN pekan lalu di harga Rp3.000-an di saat harga saham INCO relatif turun dalam. 


Perlu diketahui, saham INCO sudah turun 11,14% sejak awal tahun seiring dengan ketidakpastian divestasi. Dengan kesepakatan yang saat ini sudah ditekan, pasar pun sudah mendapatkan kepastian. Penurunan harga saham INCO diyakini analis sudah mencapai batas bawah. Sehingga potensinya tidak turun lebih jauh dari harga akuisisi oleh MIND ID.


Baca juga: Daftar Saham yang Berpotensi Akan Bagi-Bagi Dividen Jumbo

Dampak Divestasi ke INCO

INCO adalah perusahaan pertambangan nikel yang kini berkembang dengan membangun pembangkit listrik tenaga air, fasilitas pengolahan limbah pertambangan, dan melakukan program rehabilitasi pascatambang.


Posisi MIND ID sebagai pemegang saham terbesar diharapkan dapat meningkatkan kinerja INCO sebagai salah satu perusahaan tambang nikel paling efisien. Hal ini dikarenakan INCO memiliki smelter, pembangkit listrik tenaga air, dan pelabuhan sendiri, semuanya berada di lokasi yang sama.


Dengan demikian, INCO bisa mengolah bijih nikel menjadi barang jadi, mendapatkan energi untuk operasinya, dan mengirimkan produknya dengan lebih mudah dan efisien, tanpa perlu mengandalkan fasilitas dari luar yang mungkin lebih mahal atau kurang praktis. Alhasil, biaya produksi bisa lebih rendah yang pada akhirnya bisa meningkatkan keuntungan dan kinerja perusahaan.


Keberadaan MIND ID sebagai pemegang saham dominan memberikan dukungan finansial dan strategis yang dapat membantu INCO mempertahankan dan meningkatkan integrasi operasionalnya, yang meliputi memiliki semua fasilitas penting di satu lokasi. Ini berarti MIND ID bisa membantu dalam pengambilan keputusan strategis dan investasi yang mendukung efisiensi operasional INCO, termasuk pemeliharaan atau ekspansi fasilitas yang mereka miliki.


Baca juga: ANTM Eksplorasi 2 Blok Tambang Nikel Baru, Gimana Prospeknya?

Sekilas Prospek INCO

Tahun ini harga nikel diperkirakan akan stabil dan tidak banyak berubah, berada di sekitar US$16.000 sampai US$17.000 uper ton. Salah satu alasannya adalah ekonomi di China, yang merupakan salah satu negara konsumen nikel terbesar di dunia, diperkirakan tidak akan tumbuh secepat sebelumnya. 


International Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa ekonomi China hanya akan bertumbuh sekitar 4,6% tahun ini, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 5,2% pada tahun sebelumnya. Hal ini penting karena jika ekonomi China melambat, permintaan terhadap banyak barang, termasuk nikel, mungkin juga akan turun.


Selain itu, penurunan investasi di sektor properti China, terutama setelah bangkrutnya dua perusahaan pengembang besar, juga memengaruhi hal ini karena industri properti membutuhkan banyak material yang mengandung nikel.


Adapun tantangan lainnya seperti jenis baterai baru yang tidak menggunakan nikel, seperti Lithium Ferro Phosphate (LFP). Baterai ini menjadi lebih populer, terutama di Asia, karena beberapa kelebihannya dibandingkan dengan baterai yang menggunakan nikel. Misalnya, produsen mobil listrik seperti BYD dan Tesla untuk pasar China memilih menggunakan baterai LFP.

Dengan harga nikel yang tampaknya tidak akan banyak berubah, bisa berdampak pada tingkat profitabilitas INCO yang juga akan stabil. Namun, stabilitas harga juga akan mengurangi risiko ketidakpastian, sehingga bisa memberikan lingkungan bisnis yang lebih terprediksi bagi INCO.


Efisiensi operasional bisa lebih ditingkatkan dan biaya produksi bisa lebih ditekan. Ini berarti mereka bisa mencoba meningkatkan margin keuntungan meskipun harga nikel tidak naik.


Baca juga: AUTO Cetak Kinerja Positif, Berapa Potensi Dividennya?


Lalu, apakah saat ini saham INCO cukup menarik untuk trading? Bagaimana strateginya? Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-RE-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.



Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Gaji Dipotong Tapera, Apa dan Gimana Dampaknya?

30 Mei 2024, 13:05 WIB
article
ArtikelInsight

BBRI Masih Nyaman di Level 4000-an, Apa yang Mesti Dilakukan Holder?

29 Apr 2024, 14:20 WIB
article
ArtikelInsight

Harga Nikel Cetak Rekor, Sahamnya Menyala

22 Apr 2024, 16:23 WIB
article
ArtikelInsight

Rupiah Ambruk ke Level Terendah Empat Tahun, Begini Korelasinya ke IHSG Secara Historis

17 Apr 2024, 11:51 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi