Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

10 Saham Big Caps di BEI, Bagaimana Kinerja Keuangannya?

4 Jan 2023, 14:14 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Investor pemula yang cenderung konservatif biasanya lebih menyukai saham-saham yang pergerakannya tidak terlalu fluktuatif. Contohnya seperti big caps atau saham dengan kapitalisasi pasar yang besar. Alasannya karena lebih rendah risiko sehingga bisa menjaga psikologi dari harga saham yang bergerak stabil.

Lalu, saham mana saja yang masuk dalam deretan big caps? Di bawah ini adalah 10 big caps yang ada di bursa per 4 Januari 2023.

BBCA (Rp1.054 Triliun)

Big bank BBCA mencatatkan laba bersih sebesar Rp29 triliun per September 2022. Perolehan ini naik 24,3% secara tahunan dari sebelumnya Rp23,2 triliun. Beberapa hal yang menopang laba bersih, antara lain peningkatan total kredit 12,6% serta pendanaan, dana giro, dan tabungan naik 15,1%.

Selain itu BBCA juga membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 9,3% menjadi Rp46,1 triliun seiring dengan kredit dan likuiditas yang bertumbuh. Sedangkan pendapatan selain bunga naik 7,8% menjadi Rp16,7 triliun, ditopang kenaikan fee dan komisi 15,2%.

Secara keseluruhan pendapatan operasional BBCA mencapai Rp62,8 triliun, atau tumbuh 8,9%.

Baca juga: Kinerja All Time High, Laba Bersih BBCA Naik 25%

BBRI (Rp735 Triliun)

Secara konsolidasi BBRI membukukan kenaikan pada laba bersih 103,35% secara tahunan dari Rp19,25 triliun menjadi Rp39,31 triliun hingga September 2022. Kinerja positif tersebut didorong oleh NII yang naik 15,60% dari Rp82,95 triliun menjadi Rp96,5 triliun dan adanya efisiensi bisnis dengan turunnya beban bunga yang menyusut 17%, CKPN turun 16,35%, dan beban operasional lainnya yang turun 12,23%.

Di sisi lain pendapatan premi tercatat Rp 6,44 triliun dan beban klaim Rp 5,61 triliun. Secara total, pendapatan bunga bersih dan pendapatan premi bersih BBRI konsolidasian Rp97,33 triliun per akhir September 2022 dari sebelumnya Rp83,69 triliun.

Baca juga: Laba Bersih BBRI Naik 103%, Begini Pendorongnya

BYAN (Rp708 Triliun)

Produsen batu bara BYAN mencatatkan laba bersih seebsar US$1,62 miliar atau Rp25,32 triliun sampai kuartal III/2022, atau naik 148,96% secara tahunan dari periode sama tahun lalu US$650,32 juta. Pertumbuhan kinerja bottom line BYAN ditopang oleh kenaikan pendapatan 

Total pendapatan BYAN didominasi ekspor batu bara pihak ketiga lain-lain, senilai US$ 2,48 miliar. Ditambah ekspor batu bara ke China National Machinery Import and Export Corporation senilai US$ 372,28 juta dan penjualan domestik senilai total US$ 323,7 juta. Sedangkan pendapatan perseroan dari lini non-batu bara sekitar US$5,93 juta, naik 54,77% secara tahunan dari sebelumnya US$3,82 juta.

BMRI (Rp460 Triliun)

Laba bersih konsolidasi BMRI selama sembilan bulan pertama di 2022 menembus angka Rp30,7 triliun atau tumbuh 59,4% secara tahunan dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp19,23 triliun saja.

Hal tersebut didorong oleh NII yang tercatat meningkat menjadi Rp63,98 triliun dari sebelumnya Rp53,32 triliun. Adapun laba operasional perseroan naik 53,95% dari Rp27,39 triliun menjadi Rp42,17 triliun.

Sedangkan realisasi kredit perseroan secara konsolidasi tumbuh 14,28% menjadi Rp1.167 triliun dan CKPN turun 27,96% menjadi Rp11,8 triliun.

Baca juga: Begini perbedaan Laba Kotor, Laba Operasional, dan Laba Bersih

TLKM (Rp376 Triliun)

Hingga kuartal III/2022 TLKM mencatatkan laba bersih Rp16,58 triliun. Angka tersebut menurun 12,13% secara tahunan dari periode kuartal III/2021 sebesar Rp18,87 triliun. Sementara itu perolehan pendapatan naik tipis 2,66% dari Rp106,04 triliun menjadi Rp108,87 triliun.

Kinerja pendapatan TLKM ditopang oleh pendapatan telepon selular sebesar Rp9,12 triliun, telepon tidak bergerak Rp1,17 triliun, pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informatika sebesar Rp63,8 triliun, dan pendapatan Indihome sebesar Rp20,88 triliun.

ASII (Rp230 Triliun)

Perusahaan konglomerasi ASII memperoleh laba bersih Rp23,33 triliun sepanjang sembilan bulan pertama 2022, naik 56% secara tahunan. Angka tersebut jika memasukkan keuntungan atas investasi di GOTO. Tanpa memperhitungkan keuntungan tersebut, laba bersih ASII tercatat Rp22,25 triliun. Capaian ini meningkat 49% dari periode sama tahun lalu Rp14,98 triliun.

Sementara itu pendapatan bersih naik 32% secara tahunan dari Rp167,4 triliun menjadi Rp221,35 triliun. Segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi menjadi kontribusi terbesar terhadap pendapatan bersih perseroan sebesar Rp91,54 triliun atau 41% dari total pendapatan bersih.

Adapun segmen otomotif menyumbang Rp87,73 triliun (39%), layanan keuangan Rp19,46 triliun (9%), dan agribisnis Rp16,51 triliun (7%). Segmen lainnya yang menyumbang Rp8,56 triliun (4%) terdiri dari infrastruktur dan logistik Rp5,72 triliun, teknologi Rp2,04 triliun, dan properti Rp808 miliar.

TPIA (Rp217 Triliun)

Hingga September 2022 TPIA alami rugi bersih sebesar US$111,54 juta. Padahal periode sama tahun lalu TPIA berhasil memperoleh laba bersih US$166,43 juta. Di sisi lain pendapatan bersih naik tipis 3,5% secara tahunan dari US$1,8 miliar menjadi US$1,94 miliar atau setara Rp30,36 triliun.

Penurunan pada kinerja bottom line TPIA disebabkan oleh beban pokok yang bertambah 24,3% menjadi US$1,95 miliar. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga minyak mentah imbas dari perang Rusia-Ukraina. Adapun faktor lainnya seperti penurunan permintaan dari Tiongkok dampak dari diberlakukan kembali lockdown dan efek musiman lebaran.

UNVR (Rp176 Triliun)

Laba bersih UNVR tercatat Rp4,61 triliun hingga September 2022. Angka ini naik 5,3% secara tahunan jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu Rpengan periode sama tahun lalu Rp4,37 triliun. Hal ini seiring dengan pendapatan yang tumbuh 5,02% menjadi Rp31,53 triliun.

Pertumbuhan kinerja UNVR didorong oleh tumbuhnya penjualan sekitar 5% menjadi Rp31,53 triliun dari sebelumnya Rp30,02 triliun. Penjualan segmen kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh tercatat Rp20,83 triliun, dengan penjualan dalam negeri sebesar Rp20,04 triliun dan penjualan ekspor sebesar Rp796,41 miliar.

Selanjutnya, penjualan segmen makanan dan minuman tercatat Rp10,70 triliun, dengan penjualan dalam negeri sebesar Rp10,16 triliun dan penjualan ekspor sebesar Rp532,69 miliar.

Baca juga: Berapa Beban Operasional Emiten yang Ideal? Baca Penjelasannya di Sini

BBNI (Rp171 Triliun)

BBNI membukukan laba bersih sebesar Rp13,69 triliun dalam Sembilan bulan pertama tahun 2022. Angka ini naik 76,6% jika dibandingkan dengan perolehan periode sama tahun lalu Rp7,7 triliun.

Perolehan tersebut ditopang oleh pendapatan bunga dan pendapatan syariah BBNI yang tumbuh 5,2% menjadi Rp30,2 triliun. Adapun pendapatan premi dan hasil investasi sebesar Rp1,1 triliun atau naik 19,5% dari sebelumnya Rp930 miliar. Sedangkan pendapatan operasional lainnya naik 16,8% menjadi Rp13,8 triliun.

ICBP (Rp118 Triliun)

Laba bersih produsen Indomie ICBP mengalami penurunan 33% secara tahunan dari Rp4,69 triliun menjadi Rp3,3 triliun di kuartal III/2022. Hal ini dikarenakan beban pokok penjualan yang naik 21% menjadi Rp32,92 triliun per September 2022.

Di sisi lain pendapatan perseroan tumbuh 15% dari Rp42,62 triliun menjadi Rp38,91 triliun. Kinerja ini ditopang oleh penjualan neto yang meningkat 15% menjadi Rp 48,91 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 42,62 triliun.

Segmen yang menyumbang kontribusi terbesar adalah penjualan mi instan yang menembus RP 34,84 triliun. Disusul oleh segmen produk dairy sebesar Rp 7,04 triliun, makanan ringan sebesar Rp 2,85 triliun, penyedap makanan sebesar Rp 2,1 triliun, minuman sebesar Rp 1,16 triliun, serta nutrisi dan makanan khusus sebesar Rp 852,89 miliar.

Baca juga: Kepentingan Non-Pengendali pada Laporan Keuangan itu Apa Sih?

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-RE-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.



Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Pemilu di Depan Mata, Ini Deretan Emiten yang Terafiliasi Masing-Masing Paslon

13 Feb 2024, 12:11 WIB
article
ArtikelInsight

Daftar Saham MNC Group yang Terdaftar di BEI, Ada yang Menarik?

17 Jan 2024, 12:55 WIB
article
ArtikelInsight

GGRM Berpotensi Bagi Dividen Jumbo, Gimana Prospek Kinerja Keuangannya?

20 Okt 2023, 15:24 WIB
article
ArtikelInsight

Kenapa Saham GOTO All Time Low di Tengah Penutupan TikTok Shop?

18 Okt 2023, 16:01 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi