Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconPemula

4 Tips Menghadapi Pasar Saham Saat Bearish

21 Jul 2022, 15:38 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Sebagai orang yang aktif di market, tentu kita senang kalau saham lagi bullish. Namun gimana kalau arahnya berbalik ke bearish? Banyak orang yang mulai panik, emosional, dan bingung. Ini jadi salah satu faktor mengapa harga saham bisa turun cepat tapi naiknya pelan. Sebab biasanya trader atau investor sulit untuk percaya diri lagi ketika sudah rugi, sehingga pergerakan pasar akan cenderung lambat.

Untuk itu, mari simak beberapa tips menghadapi pasar saham saat bearish ala Ellen May, Founder dan CEO Emtrade di artikel ini, ya!

Pakai Uang Dingin dan Sesuaikan Nominalnya

Satu hal yang paling penting adalah selalu gunakan uang dingin atau uang nganggur. Jangan sesekali pakai uang panas seperti dari hasil ngutang, uang yang dialokasikan untuk kebutuhan sehari-hari, atau uang yang akan dipakai dalam waktu dekat.

Kita tidak pernah tahu kapan market akan turun. Modal dari uang panas justru bikin risikonya jadi berkali-kali lipat. Alhasil kita tidak bisa menghadapi market dengan tenang karena takut menimbulkan masalah-masalah baru. Jika sudah begini, bukan tidak mungkin pengambilan keputusannya menjadi kurang tepat dan pada gilirannya menambah kerugian.

Selain itu kita mesti usahakan supaya uang yang dipakai ini sesuai dengan risiko yang siap ditanggung. Artinya, nominal uang tersebut harus sepadan dengan tingkat toleransi risiko kita. Ambil contoh dari saham BBCA yang pernah turun dalam sampai 40%. Kalau modalnya Rp50 juta dan skenario terburuknya turun sampai 40%, berarti sudah hilang modal Rp20 juta. Apakah siap atau tidak? Jika kurang siap, maka harus disesuaikan lagi.

Baca juga: 5 Cara Manajemen Risiko Saat Pasar Saham Jatuh

Beralih ke Value Investing


Tips selanjutnya saat pasar saham sedang bearish kita bisa beralih ke value investing. Value investing adalah strategi membeli saham untuk jangka panjang yang valuasinya murah atau harganya jauh lebih rendah dari nilai intrinsik tapi berpotensi naik ke depannya. 

Kenapa demikian? Karena secara timing akan ada banyak saham yang valuasinya terdiskon. Maka dari itu alokasinya boleh dimaksimalkan untuk value investing mengingat ini adalah kesempatan emas untuk menabur value stock di perusahaan berfundamental kuat.

Beda ceritanya kalau pasar lagi naik di mana kita perlu alokasikan lebih banyak untuk trading. Sebab akan lebih mudah untuk mencari profit dalam jangka pendek dan saham-saham value investing pasti valuasinya menjadi mahal. Jadi bisa dibilang kurang ideal untuk dibeli dan disimpan jangka panjang.

Baca juga: Value Investing vs Growth Investing, Apa Bedanya?

Lihat Cara Berpikir Big Fund

Jika ingin value investing, kita lihat cara berpikir fund manager reksa dana. Mereka punya modal yang besar untuk menggerakkan harga saham. Jadi ketika mereka masuk atau beli suatu saham, besar kemungkinan harganya bisa naik. Dengan alasan tersebut, penting untuk terus pantau selera big fund ini lebih condong ke saham apa?

Seperti yang kita tahu, perusahaan big bank memiliki kapitalisasi dan free float yang besar serta fundamental yang kuat. Biasanya big fund akan terlebih dahulu masuk ke saham tersebut ketika harganya turun dalam. Namun belakangan ini menjadi sedikit terbalik di mana empat perbankan besar, yaitu BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI mulai turun, sedangkan saham consumer goods seperti ICBP, INDF, dan UNVR itu mulai merangkak naik.

Alasannya karena valuasi dari saham-saham perbankan sudah terlalu tinggi. Di sisi lain saham-saham consumer goods masih cukup murah akibat crash pandemi 2020 kemarin dan merupakan satu-satunya sektor yang masih belum gerak.

Baca juga: 3 Cara Mengetahui Big Investor Masuk ke Saham Tertentu

Diversifikasi

Diversifikasi adalah kunci penting dalam berinvestasi maupun trading saham guna meminimalisir risiko pasar dengan cara mengalokasikan modal ke beberapa saham atau sektor yang berbeda. Intinya, tidak all in ke satu saham saja. Sehingga apabila pasarnya sedang bearish, maka nilai portofolio akan tetap stabil dan tidak semuanya merah.

Sebagai contoh, 30-40% dari portofolio dialokasikan untuk saham perbankan besar karena pergerakannya cenderung stabil. Apabila ada saham lain yang turun, saham perbankan besar berperan sebagai bantalan supaya portofolio kita tidak terlalu bumpy.

Baru kemudian kita bisa cari perusahaan-perusahaan lain yang juga stabil selama bertahun-tahun seperti ASII. Alasannya karena perusahaan ini merupakan konglomerasi. Jadi kalau harga komoditas naik, dia akan diuntungkan, tapi terlepas dari komoditas naik atau turun, ASII masih punya sumber income dari lini bisnisnya yang lain, seperti otomatif dan sebagainya. Alokasinya boleh sekitar 20%.

Selebihnya boleh pilih saham lain seperti TLKM, ICBP, dan INDF. Untuk Unilever sendiri ruang pertumbuhannya agak sedikit challenging. Dalam jangka pendek sampai beberapa bulan ini kemungkinan masih ada ruang untuk naik, tapi untuk jangka panjang perlu diulik lebih jauh lagi.

Nah, kalau 70-80% portofolio sudah diisi dengan perusahaan besar, sisanya boleh cari saham dari perusahaan yang fundamentalnya bagus dengan kapitalisasi yang tidak terlalu besar. Contoh dari sektor properti seperti BSDE, PWON, dan SMRA. Kemudian kita bisa kombinasikan dengan perusahaan yang sekiranya akan turnaround setelah pandemi seperti pulp and paper, poultry, dan ritel. Porsinya harus lebih kecil karena risikonya cukup tinggi.

Baca juga: Cara Trading Saham Saat Market Bearish

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-RE-

Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelRisk Management

Tips Mengatasi Fear and Greed di Pasar Saham

25 Jul 2022, 14:51 WIB
fear and greed
ArtikelInsight

Duh Dunia Katanya Bisa Resesi Lagi, Investasi Apa yang Aman?

30 Jun 2022, 15:24 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi