India dan China Berburu Impor Batu bara, Begini Prospek Sahamnya
https://emtrade.id/blog/8558/coal-dirty-energy-in-greening-era
Tensi geopolitik Rusia-Ukraina meluas ke negara barat dan beberapa asia timur lain. Sanksi ekonomi telah diberikan beberapa negara kepada Rusia dengan bentuk penghentian aktivitas bisnis, larangan investasi dan transaksi keuangan, hingga larangan ekspor-impor di beberapa sektor.
BACA JUGA: Begini Prospek Saham PTBA
Sektor batu bara menjadi salah
satunya, Uni Eropa melarang impor batu bara rusia pada 8 April 2022 [source],
diikuti oleh Jepang dan Korea Selatan [source].
Menurut Bloomberg, Eropa, Jepang, dan Korea Selatan memiliki porsi 55% terhadap
total ekspor Rusia pada 2020 atau mewakili setidaknya 95 juta ton batubara per
tahun.
Larangan impor dari 3 regional tersebut dapat menambah 9,6% permintaan
batu bara baru yang dapat dimanfaatkan negara eksportir batu bara lainnya. Indonesia
menjadi negara yang paling diuntungkan secara geografis.
India Kekurangan Pasokan Batu bara?
Beberapa media menyebutkan India mengalami kekurangan pasokan batu bara, meskipun terdapat bantahan dari Menteri Tenaga Listrik RK Singh. Pemerintah India mengizinkan kenaikan produksi batu bara domestik sebesar 10% dari kapasitas maksimal, serta mendorong negara bagiannya untuk meningkatkan impor batubara demi amankan pasokan.
Di samping itu, pemerintah India menghapuskan bea masuk batu bara PCI dan kokas untuk menekan biaya produksi
industri domestik.
India mengambil kebijakan itu karena adanya kenaikan permintaan listrik sebesar 15% sepanjang 2022. Kenaikan permintaan listrik disebabkan ekonomi yang mulai bangkit, tetapi produksi batu bara India tidak secepat permintaan listrik. Pembukaan pertambangan yang membutuhkan waktu membuat peningkatan impor batu bara India tidak bisa dielakkan.
China Pangkas Tarif Impor Batu bara
Sebagaimana yang dilansir oleh Bloomberg, Kementerian Keuangan China memangkas tarif impor batu bara menjadi 0% dibandingkan dengan sebelumnya sebesar 3-6% mulai 1 Mei 2022. Langkah tersebut dilakukan untuk mengamankan pasokan batu bara domestik, mengingat impor batu bara China hingga Maret 2022 mengalami penurunan 24% sedangkan China merupakan importir bersih batu bara.
Kebijakan tersebut akan menguntungkan Indonesia sebagai eksportir terbesar batu bara ke China.
Harga Global Atraktif, How High Can You Go?
Sampai 20 Mei 2022, harga batu bara Newcastle
ditutup di harga US$421 per ton, telah mengalami peningkatan sebesar 177%
sepanjang tahun. Ganguan 15% ekspor batu bara global dan rantai pasokan energi
dari Rusia menjadi penyebab utama kenaikan tersebut.
Bagi Indonesia sebagai negara eksportir batu bara terbesar di dunia diuntungkan dengan rata-rata harga jual yang meningkat. Terlihat pada neraca dagang dan current account yang mencatatkan positif selama beberapa periode terakhir.
Dampak serupa juga
terlihat pada emiten batu bara Indonesia yang mengalami kenaikan kinerja keuangan
meskipun beberapa diantaranya mengalami penurunan volume penjualan.
Kami menilai harga batu bara dapat diperdagangkan pada level atraktif hingga akhir tahun, melihat eskalasi Rusia-Negara Barat yang tidak memperlihatkan titik terang.
Revisi Peraturan Pemerintah Indonesia akan Meningkatkan Tarif Royalti
Hambatan profitabilitas datang dari sentimen dalam negeri dimana keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 tahun 2022 akan membentuk skema pajak progresif baru yang akan meningkatkan tarif royalti dari 13,5% menjadi 14% hingga 28% dari harga batubara acuan (HBA) Indonesia dengan rincian sebagai berikut:
·
HBA
· HBA US$70-80/ton : 17%
· HBA US$80-90/ton : 23%
· HBA US$90-100/ton : 25%
· HBA >US$100/ton : 28%
Meski begitu di sisi lain tarif
pajak efektif akan turun dari 45% menjadi 22%. PP tersebut akan berlaku pada
pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus yang merupakan perpanjangan dari Coal
Contract of Work (CCoW).
ADRO menjadi emiten yang paling berpotensi
terkena PP tersebut, dimana CCoW ADRO akan berakhir pada Oktober 2022.
Pilih Emiten Mana?
Sensitivitas Performa Keuangan Terhadap Harga Batubara Global
Pendapatan dari 6 emiten yang kami pilih seluruhnya mengalami pertumbuhan dengan rata-rata pertumbuhan kuartalan sejak kuartal I/2021 sebesar 10,1%, dengan HRUM memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi sebesar 21,4% dibandingkan dengan ADRO 6,4%, INDY 5,5%, ITMG 9,1%, PTBA 7,4%, TOBA 10,5%).
Rata-rata kenaikan HRUM menjadi yang tertinggi karena meningkatnya
volume penjualan sebesar 21% ditengah volume industri yang relatif flat.
Dari sisi laba, PTBA mencatatkan laba bersih yang paling konsisten di mana sejak kuartal I/2020 hingga kuartal I/2022 tetap mencatatkan laba, di saat pesaing lainnya setidaknya mengalami kerugian satu kali.
Secara tahunan, ITMG menjadi yang kinerjanya paling outperform dengan kenaikan laba bersih sepanjang 2021 sebesar 12 kali dibandingkan dengan ADRO 535%, HRUM 25,6%, PTBA 232%, TOBA 95,7% dibandingkan kenaikan harga batubara sebesar 86% sepanjang 2021.
Dari sisi margin bersih, HRUM mencatatkan rata-rata kenaikan tertinggi sebesar 414 bps sejak kuartal I/2020 hingga kuartal I/2022 dibandingkan dengan ADRO 365 bps, INDY 115 bps, ITMG 294 bps, PTBA 116 bps, TOBA 46 bps.
Kami melihat kenaikan margin bersih HRUM juga
didorong oleh laba bersih investasi dari tambang nikelnya yang mulai terkonsolidasi
sejak 2021.
Kapasitas Produksi dan Eksposur Ekspor
Melihat dari kapasitas bisnis, ADRO memiliki kapasitas bisnis terbesar dibandingkan 5 pesaing lainnya. ADRO memiliki kapasitas produksi sebesar 58 juta ton per tahun yang pernah tercapai pada 2019, disusul oleh INDY dan ITMG yang memiliki kapasitas produksi 36-40 juta ton per tahun.
Pemulihan aktivitas penambangan sepanjang 2021 mendorong volume
produksi ke 6 emiten tersebut naik 21,3% secara rata-rata, meskipun volume
penjualan relatif flat dengan naik hanya 1,1%.
Dari sisi eksposur penjualan, HRUM dan TOBA memiliki eksposur ekspor tertinggi dengan seluruh penjualannya ditujukan kepada pasar ekspor. Hal ini memungkinkan mengingat kedua emiten tersebut memiliki batubara kalori tinggi yang tidak terkena peraturan DMO.
Sektor Paling Terdiskon di IHSG
Valuasi sektoral IDX Energy merupakan yang terendah di antara 11 sektor di IHSG. Per 23 Mei IDX Energy diperdagangkan pada valuasi price to earning ratio (P/E) sebesar 7,2 kali atau berada di bawah rata-rata historis 5 kuartal di 34,2 kali. Sedangkan IHSG berada pada 16,2 kali .
4 dari 6 emiten batu bara pilihan kami saat ini diperdagangkan dibawah rata-rata P/E 5 tahunnya, mengambarkan harga saham yang naik 44,5% Ytd belum mengimbangi performa keuangan historisnya.
INDY menjadi emiten dengan valuasi terendah di 3,4 kali P/E dibandingkan dengan ADRO
5,4 kali; HRUM 16,6 kali; ITMG 3,8 kali; PTBA 4,8 kali; TOBA 12,2 kali.
Lalu, bagaimana strategi trading dan investasi saham batu bara? yuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.
https://emtrade.id/blog/8558/coal-dirty-energy-in-greening-era
Kembangkan Bisnis FTTH, ISAT Akuisisi Pelanggan MNC Play
Adu Kinerja Marketing Sales Emiten Properti di Kuartal III/2023, Siapa Juaranya?
Tren Harga Batu Bara Lagi Naik, Sahamnya Ikutan Naik?
Holding Geothermal Bakal Segera Dibentuk, PGEO Jadi Induknya
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2023, PT Emtrade Teknologi Finansial