Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Saham SIDO Anjlok, Waktunya Serok?

1 Agu 2022, 17:22 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Saham PT. Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk (SIDO) tercatat telah turun 14% dalam satu pekan terakhir. Turunnya SIDO membuat imbal hasil dari perusahaan jamu tradisional tersebut turun 2,3% sepanjang tahun ini. Apa penyebab di balik turunnya saham SIDO? Dan apakah ini momentum yang tepat untuk serok saham SIDO? Berikut 3 fakta dari kinerja SIDO di semester I/2022 yang dirangkum tim riset Emtrade.


Laba Bersih Turun 49% di Kuartal II/2022

Di sepanjang kuartal II/2022, kinerja SIDO tercatat melandai dengan turunnya penjualan sebesar 17% menjadi Rp732 miliar dibandingkan dengan kuartal I/2022. Meski beban pokok produksi ikut turun 10%, namun naiknya beban operasional perusahaan sebesar 58% membuat laba SIDO tergerus 50% menjadi Rp151 miliar secara kuartalan.


Naiknya beban operasional memang dianggap kambing hitam atas anjloknya laba bersih perusahaan di kuartal II/2022, di mana naiknya beban iklan dan promosi mendorong total beban operasional melambung 58%. Meski demikian, manajemen masih mampu mempertahankan rasio beban operasional terhadap penjualan semester I/2022 sebesar 18,3% dibandingkan dengan 18,6% pada semester I/2021.


BACA JUGA: Begini Ciri-ciri Laporan Keuangan yang Bagus


Dengan turunnya laba bersih di kuartal ke-2, maka laba SIDO secara akumulatif di semester pertama tahun ini ikut tergerus 11,2% menjadi Rp446 miliar. Alhasil, margin bersih SIDO ikut terseret turun menjadi 27,6% dibandingkan dengan 30,3% pada periode sama tahun lalu. 


Turunnya kinerja SIDO memang patut dipersoalkan mengingat membaiknya daya beli masyarakat di sepanjang kuartal II/2022. Hal ini terefleksi dengan level Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di sepanjang kuartal kedua yang berada di area level optimis, atau di atas level 100. 


Maka tidak heran bila masyarakat mulai menangkap sinyal adanya perlambatan daya beli di akhir kuartal kedua seiring dengan naiknya harga barang pokok, yang diikuti oleh tingkat persaingan bisnis yang tercatat semakin ketat di industri jamu.


Sementara itu, SIDO juga dikenal defensif terhadap melambungnya harga komoditas karena sebagian besar bahan baku SIDO tidak diimpor. Karena itu, tidak heran bila investor mengambil langkah taking profit terhadap perusahaan farmasi yang dianggap paling defensif saat ini tersebut.


Target Penjualan 15% di 2022 Berpotensi Kandas

Berdasarkan keterangan manajemen, SIDO berkeinginan untuk mencapai pertumbuhan kinerja penjualan sebesar 15% di tahun 2022. Sebagai gambaran, dengan raihan penjualan tahun 2021 sebesar Rp4 triliun maka capaian penjualan yang harus dicapai manajemen di tahun 2022 adalah Rp4,6 triliun.


Dengan raihan penjualan sebesar Rp1,6 triliun di 1H22, maka ini baru merefleksikan 35% dari target penjualan perusahaan di tahun 2022 yang sejatinya harus mencapai 45%-50%. Rendahnya raihan kinerja terhadap target manajemen inilah yang mendorong pesimisnya pemegang saham terhadap target manajemen yang berpotensi akan tidak terealisasi pada tahun 2022.


Dengan Price to Earnings Ratio (P/E) sebesar 19 kali, SIDO dinilai overvalued?

Dengan mempertimbangkan bahwa valuasi sektor konsumer saat ini sebesar 15 kali, maka penawaran SIDO di P/E 19 kali dianggap mulai terasa mahal bagi pelaku pasar. Sebagai catatan, SIDO tidak dinilai lebih murah dari PT Indofood CBP Tbk. (ICBP) yang hanya dihargai 15,7 kali, PT Ultrajaya Milk Industri Tbk. (ULTJ) di 12,4 kali, bahkan dengan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) sekalipun di 10,3 kali. 


Hal ini mendorong adanya rotasi portfolio bagi Big Fund ke saham defensif lainnya yang dianggap masih memiliki peluang pertumbuhan yang disertai valuasi yang nyaman. 


Demikian ulasan dari alasan dibalik turunnya saham SIDO selama satu pekan terakhir. Sebagai catatan, meski SIDO belum terklasifikasi sebagai saham index Dividen 20, namun dalam beberapa tahun terakhir SIDO konsisten membagikan dividen payout hingga 100% dari total bersih. Hal ini tentunya menarik untuk dipertimbangkan bagi pemegang saham yang mengincar dividen yield.


Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.


Pakai promo bulan Agustus beli VIP member 12 bulan GRATIS 5 bulan, total dapat 17 bulan! Berlaku untuk new member dan perpanjangan membership. Klik link di bawah ini dan ketik kode promo: MERDEKA. Buruan! Karena kuota terbatas hanya untuk 17 orang pertama setiap harinya!

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.


-WS-


Emtrade.id/Disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.




Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Laba Bersih ICBP Terkoreksi Efek Pembengkakan Beban Keuangan

2 Mei 2024, 17:20 WIB
article
ArtikelInsight

Performa Keuangan ASII di Kuartal I/2024 Menurun, Ini Penyebabnya

30 Apr 2024, 16:18 WIB
article
ArtikelInsight

Performa Keuangan UNVR Membaik, Gimana Efek Penarikan Es Krim?

26 Apr 2024, 15:09 WIB
article
ArtikelInsight

BBRI Cetak Laba Bersih Naik Tipis 2,7% Jadi Rp15,6 Triliun

25 Apr 2024, 13:06 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi