Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

The Fed dkk Sudah Naikkan Suku Bunga, Kenapa BI masih Mempertahankan?

21 Jul 2022, 16:22 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Pasca rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 21 Juli 2022, BI memutuskan tetap menahan suku bunga acuan di level 3,5%. Ini menjadi yang ke-18 kali nya BI menahan suku bunga tetap rendah. Kira-kira hal apa saja yang menjadi alasan BI menahan suku bunga lagi? 


Alasan BI Menahan Suku Bunga Tetap Rendah

Pada dasarnya BI masih menahan suku bunga tetap rendah dengan tujuan mempertahankan pertumbuhan ekonomi tetap positif, berdasarkan hal-hal sebagai berikut : 


          1. Inflasi Inti Masih Terkendali 

Walaupun inflasi IHK per Juni-22 sudah naik ke 4,35%, namun BI lebih mencermati pada Inflasi inti per Juni-22 di level 2,63% sebagai pertimbangan menahan suku bunga acuan. Karena  menurut BI, inflasi inti masih cukup terkelola dan masih dibawah target BI di level  4%.


BACA JUGA: Begini Siklus Harga Saham yang Wajib Trader dan Investor Pahami


Menurut BI, sumber kenaikan inflasi IHK lebih kepada kenaikan harga pangan secara global dan kenaikan harga energi yang tidak subsidi, sedangkan inflasi inti lebih mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran dalam perekonomian nasional. Sehingga tekanan-tekanan inflasi secara fundamental saat ini masih terkelola. 



2. Depresiasi Rupiah Relatif Rendah DIbanding Negara Lain 

Alasan kedua, meski nilai tukar rupiah kita saat ini cenderung melemah mencapai lebih dari Rp 15.000/USD. Menurut BI depresiasi masih relatif rendah dibandingkan negara lainnya. 


Dalam RDG BI hari ini (21/7), Perry Warjiyo selaku Gubernur BI menyampaikan depresiasi rupiah terhadap dolar AS secara YTD sebesar -5,25% masih relatif rendah dibandingkan negara lainnya seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. 


3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Masih Positif

Bersamaan dengan rilis keputusan suku bunga Indonesia, BI juga memberi perkiraan pertumbuhan ekonomi global yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Ekonomi global diperkirakan tumbuh 2,5% tahun ini, lebih rendah dibandingkan perkiraan BI sebelumnya di 3,5%. Terdapat beberapa risiko yang membuat BI menurunkan perkiraannya:


  1. Tekanan inflasi global yang masih tinggi karena kenaikan harga komoditas

  2. Masalah rantai pasokan karena masalah geopolitik

  3. Kebijakan protectionism dari beberapa negara untuk mengamankan pasokan pangan

  4. Pengetatan kebijakan moneter global


Meski demikian BI memperkirakan ekonomi (produk domestik bruto) Indonesia masih akan tumbuh 4,5% hingga 5,3% tahun ini (vs 3,69% pada tahun 2021), ditopang oleh konsumsi, ekspor, dan aliran modal masuk ke Indonesia. Hal tersebut terlihat pada beberapa indikator seperti harga indeks PMI Manufaktur yang masih ekspansif, penjualan ritel yang bertumbuh, serta indeks keyakinan konsumen yang optimis.


Disamping itu, ekonomi Indonesia yang solid juga terlihat pada potensi current account atau neraca berjalan Indonesia pada tahun ini yang dapat mencapai surplus 0,3% dibanding PDB dengan worse scenario hanya defisit 0,5% dibanding PDB.




Selain itu, meski BI masih menahan suku bunga acuan di level rendah, namun BI tetap melakukan akselerasi kebijakan moneter dengan langkah-langkah preventif dan forward looking,  dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan cara : 


  1. Menaikan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap mencapai 9% hingga September 2022.  

  2. Menaikkan suku bunga pasar uang secara bertahap untuk jangka waktu jatuh tempo jangka pendek (antara rentang 1 minggu sd 1 tahun)

  3. Melakukan penjualan SBN di pasar sekunder untuk meningkatkan yield obligasi 


Risiko Sistemik dari Ekonomi Global

Potensi perekonomian Indonesia yang masih solid bukan berarti tanpa risiko, terdapat beberapa risiko dari perekonomian global yang harus diwaspadai :


  1. Pelemahan ekonomi global dapat mempengaruhi ekspor

Perkiraan perekonomian global yang melemah dapat diikuti pelemahan permintaan komoditas ekspor Indonesia yang berdampak pada risiko menipisnya surplus neraca dagang.

  1. Inflasi umum (IHK) yang tinggi dapat mempengaruhi konsumsi swasta

Perkiraan inflasi umum yang masih meningkat bisa menjadi tekanan bagi konsumsi sektor swasta apabila daya beli tidak bisa mengimbangi kenaikan harga.


Kesimpulannya, keputusan BI menahan suku bunga di level rendah saat ini masih akan berdampak positif pada emiten-emiten di Bursa, mengingat suku bunga yang rendah tidak akan terlalu membebani beban kredit perusahaan, sehingga stabilitas perekonomian nasional masih tetap terjaga. 


Mau belajar trading dan investasi saham lainnya secara praktis? yuk upgrade ke VIP member Emtrade. 

 

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-AVV & TN-


emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

13 Mar 2024, 15:55 WIB
article
ArtikelInsight

Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

19 Feb 2024, 14:10 WIB
article
ArtikelInsight

Inflasi Turun Jadi 2,57% di Januari 2024, Simak Dampaknya ke Saham

1 Feb 2024, 15:05 WIB
article
ArtikelInsight

Kembangkan Bisnis FTTH, ISAT Akuisisi Pelanggan MNC Play

21 Nov 2023, 12:01 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi