Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Investasi di Saham Rokok, Masih Relevan Gak Sih?

22 Feb 2022, 09:05 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Berbicara tentang rokok, maka cukai akan menjadi kata pertama yang tercetus dalam benak kita. Bagaimana tidak, hanya karena kebijakan Pemerintah yang secara agresif meningkatkan tarif cukai rokok, harga saham rokok telah runtuh 62%-73% dalam 3 tahun terakhir.


Sebut saja PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), dimana harga sahamnya telah terpeleset -73% dalam 3 tahun terakhir. PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) pun demikian, mengalami depresiasi -62% dalam 3 tahun terakhir.


Figure 1: 


 

Cukai memang menjadi biang kerok menurunnya kinerja saham rokok di Indonesia. Berdasarkan laporan keuangan HMSP, 68% dari total biaya cost of goods sold (COGS) atau harga pokok penjualan merupakan beban pita cukai.


GGRM malah lebih besar, dimana beban pita cukai mencapai 86% terhadap total biaya COGS. Dan perlu dicatat, komponen biaya COGS merupakan 82%-89% komponen biaya terhadap penjualan bagi HMSP dan GGRM. Maka, biaya cukai jelas menjadi the main issue bagi perusahaan rokok di Indonesia, karena kehadiran cukai tentu akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan usaha di industri rokok. 


Figure 2:


Secara historis, perusahaan di industri tembakau Indonesia akan membebankan biaya cukai kepada konsumen dengan melakukan penyesuaian harga jual (Average Selling Price). Namun, jika biaya cukai naik terus menerus, harga jual rokok akan semakin mahal.


BACA JUGA: Laba EXCL Naik 246,6%! Begini Prospeknya


Jika harga rokok makin mahal, frekuensi kehadiran rokok ilegal yang lebih murah akan semakin marak. Dan jika itu terjadi, perusahaan rokok yang resmi akan kehilangan banyak penjualan dan “market-share”, yang berujung pada penurunan volume produksi. Jadi jelas, kenaikan cukai pada dasarnya adalah musuh utama bagi perusahaan yang bergerak di sektor rokok di Indonesia saat ini yang perlu diwaspadai oleh investor.

 

HMSP & GGRM : Cukai vs. Kinerja 

Berbicara lebih dalam terkait HMSP, maka rasanya kurang tanpa mereview kinerja produsen A-Mild ini. Hingga kuartal III/2021, HMSP mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp73 triliun, meningkat 7.35% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.


Namun sayang, laba kotor HMSP tergerus 10,5% menjadi Rp 12,7 triliun. Kenaikan biaya COGS sebesar 11%, yang lagi-lagi terdampak dari kenaikan tarif cukai sebesar 12.5% pada tahun 2021. Tidak heran jika sampai di bottom-line, HMSP hanya mencatatkan laba bersih sebesar Rp5,5 triliun, turun -20% meskipun manajemen mampu mempertahankan biaya operasional lebih stabil dengan kenaikan hanya sebesar 3,6% yoy. 


Figure 3:


Ibarat pepatah sakit tapi tidak berdarah, GGRM pun mengalami penurunan laba kotor lebih dalam. Hingga kuartal III/2021, kinerja laba kotor GGRM telah tergerus 20,1%, meskipun penjualan mencatatkan kenaikan sebesar 11% menjadi Rp92 triliun. Di bottom-line sendiri, GGRM mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 26% meskipun manajemen telah mengontrol biaya operasional dengan penurunan -3,6%.


Dengan demikian, secara jelas dapat disimpulkan bahwa jika berbicara tentang sektor rokok, cukai menjadi musuh utama dan pemain di industri ini, terlepas dari apapun sentimen positif yang dapat mendorong kinerja sektor tembakau di Indonesia. Maka untuk mengukur relevansi investasi di sektor rokok terutama HMSP, tentu kita harus menginvestigasi potensi kenaikan cukai di tahun mendatang.

 

Figure 4:



Hantu itu bernama Cukai

Secara rata-rata dalam 8 tahun terakhir, Pemerintah telah meningkatkan tarif cukai rokok dengan kenaikan 10%-11%. Meskipun demikian, di tahun 2021 Pemerintah secara mengejutkan meningkatkan tarif cukai rokok menjadi 23%. Secara matematika, kebijakan ini logis dimana pemerintah mengkompensasi kenaikan tarif cukai di tahun 2019 yang diputuskan nihil (0%) akibat dari Pemilu.


Maka dari itu, pemerintah meningkatkan 2x tarif rata-rata cukai di 2020 menjadi 23%, atau 11.5% tiap tahunnya. Di 2021 sendiri, pemerintah meningkatkan tarif cukai sebesar 12.5%, lebih besar dari rata-rata 10 tahun terakhir. Secara keseluruhan, maka di 3 tahun terakhir pemerintah sudah menaikan tarif cukai rokok rata-rata 1%-3% lebih tinggi dari kenaikan 5-10 tahun yang lalu. Maka jangan heran jika saham rokok terjun bebas dalam 3 tahun terakhir.

 

Figure 5:



Pertanyaan berikutnya yang perlu diinvestigasi adalah: seberapa jauh Pemerintah akan kembali meningkatkan tarif cukai rokok?

 

Melansir dari beberapa sumber, Sri Mulyani (SM) memang kerap mengatakan seberapa besar dampak rokok terhadap kesehatan. Karena alasan ini, pemerintah terlihat akan melakukan langkah apapun untuk melindungi masyarakat (dan anak dibawah umur) dari ketergantungan barang berbahaya seperti rokok, dengan meningkatkan tarif cukai secara agresif. Membaca dari ketegasan SM inilah, maka jelas cukai masih akan terus meningkat, setidaknya sampai pemerintahan Jokowi selesai di 2024.


Ini artinya, pemerintah masih akan meningkatkan cukai 11%-13% di 2023, meskipun kelihatannya di 2024 pemerintah akan kembali untuk tidak menaikan tarif cukai akibat Pemilu yang akan kembali diselenggarakan. Ini artinya, prospek sektor rokok diekspektasikan akan tetap “gloomy” setidaknya dalam 1 tahun kedepan.   

 

Diversifikasi menjadi Koentji

Melihat dari tantangan yang akan terjadi kedepan, beberapa perusahaan rokok kelihatannya mulai sadar arti peran diversifikasi. Sebut saja GGRM, yang pelan-pelan mengembangkan bandara di Kediri yang diprediksikan akan beroperasi pada pertengahan 2023.


Bandara yang memiliki runaway sepanjang 3.300 meter dengan lebar landasan 45 meter ini diprediksikan akan menambah potensi pendapatan GGRM yang sebagian besar masih didominasi penjualan rokok. Meskipun demikian, seberapa besar dampak pendapatan dari bandara ke total pendapatan masih menjadi misteri.


Namun tetap saja, diversifikasi saat ini menjadi kunci manajemen GGRM untuk menghambat potensi perlambatan yang bisa terjadi dalam beberapa tahun kedepan, karena bandara Kediri diprediksikan akan mengambil sebagian penerbangan ke Bandara Juanda yang saat ini traffic-nya cukup padat.

 

Figure 6:


HMSP, disisi lain mulai memperlebar potensi penerimaan pendapatannya. Sayangnya, sektor bisnis yang ditekuni HMSP masih berkutat di sektor rokok listrik dengan merek IQOS. Pada November 2021 lalu, HMSP memutuskan untuk melakukan investasi pabrik rokok elektrik dengan biaya investasi Rp2,3 triliun.


Pabrik ini akan dibangun dan beroperasi di Karawang dengan target bisa memproduksi IQOS untuk tujuan ekspor di kawasan Asia. Sekilas prospektif, namun sayang realisasi data menunjukan permintaan IQOS tidak seindah permintaan produk rokok konvensional. Maka jika berbicara diversifikasi, GGRM sedikit jauh lebih sedap dipandang dibandingkan HMSP yang masih mengandalkan rokok sebagai bagian dari cerita masa depan yang akan dijual.


Kesimpulan: buy or bye?


Merunut dari penjelasan diatas, jelas bahwa berinvestasi di saham rokok bukanlah ide yang tepat untuk saat ini, setidaknya hingga 1 tahun kedepan. Meskipun kedua emiten GGRM dan HMSP relatif sudah dibawah dari -2 SD P/E forward dalam 5 tahun, investor masih belum menganggap investasi di sektor rokok sebagai pilihan investasi yang tepat untuk saat ini. Hal ini jelas mengingat downside-risk masih kemungkinan bisa terjadi di 2022-2023 akibat realisasi cukai rokok, yang akan kembali berdampak pada kinerja produsen rokok.

 

Figure 7:



Figure 8:


Dalam perspektif EV/CFO, dengan kapitalisasi pasar HMSP di saat ini sebesar Rp119 triliun maka EV/CFO saat ini berkisar di antara 7,4 kali. Sementara GGRM jauh lebih undervalue, dengan EV/CFO saat ini di 4,7 kali.


Meskipun demikian, HMSP mampu memberikan Economic Value Added (EVA) sebesar Rp2,1 triliun pada kuartal III/2021. Di sisi lain, GGRM justru membukukan defisit EVA sebesar Rp2,8 triliun.


Tingginya biaya modal akibat anggaran pembangunan Bandara Kediri sebesar Rp9 triliun - Rp10 triliun menjadi biang kerok tingginya biaya modal GGRM sehingga menggerus laba operasional perusahaan termasuk EVA-nya. Meskipun demikian, pembangunan bandara ini sedikit diharapkan dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi GGRM dalam melawan potensi penurunan pendapatan di bisnis rokok didepan.

 

Dividen mungkin akan menjadi satu-satunya pemanis saat berinvestasi di saham rokok. HMSP dan GGRM yang konsisten men-deliver dividen payout sebesar 90%-100% memberikan nuansa positif bagi investor yang agresif dengan penghasilan portofolio dari dividen.


Dengan mengasumsikan payout masih sama dengan apa yang sudah terealisasi, maka investor berpeluang mendapatkan dividend yield yang atraktif, atau mencapai 7%-8%. Angka ini jauh lebih baik dari tabungan yang Anda tempatkan di deposito yang hanya memberikan 1%-4% bunga terhadap modal Anda.

 

Investasi di sektor rokok, bagaimanapun masih akan menarik bagi investor yang menganggap valuasi saat ini sudah relatif murah secara P/E, dan dengan dividen yang atraktif. Namun risiko kenaikan cukai masih akan mengiringi prospek kedua saham rokok kedepan, dengan potensi downside risk yang masih cukup tinggi.


Ibarat pisau jatuh, kami melihat baik GGRM dan HMSP memang belum sepenuhnya tergeletak di lantai, sehingga siapapun yang menengadah tentunya terluka. Jadi apakah investasi di sektor rokok menarik? Tergantung perspektif Anda. Namun, diluar sana masih ada sektor yang lebih prospektif dengan downside risk yang lebih terjangkau. Please,do your own research!


Mau tau strategi trading dan investasinya?


Temukan strateginya di VIP member Emtrade

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing,  dan seminar rutin setiap akhir pekan.


-WS-


emtrade.id/disclaimer


Setiap saham yang dibahas menjadi case study, merupakan bagian dari edukasi bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.






Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi