Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Apa itu Resesi Ekonomi dan Bagaimana Strategi Investasinya di 2023?

8 Nov 2022, 16:14 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Apa itu resesi ekonomi? - Emtraders mungkin sudah banyak baca berita tentang isu resesi global yang diperkirakan bakal terjadi tahun 2023. Tapi sudah tahu belum sebenarnya apa sih penyebab yang bikin ekonomi dunia berpotensi melambat?

Semua bermula dari tingginya angka inflasi di banyak negara yang kemudian mendorong bank sentral untuk agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga. Tak terkecuali negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang pada September lalu mencetak inflasi 8,2% secara tahunan, tertinggi dalam 40 tahun terakhir. 

Era inflasi dan suku bunga tinggi seperti saat ini membuat kurs mata uang dunia terhadap dolar AS berfluktuasi yang pada akhirnya dapat menyebabkan risiko resesi. Lalu bagaimana strategi investasinya? Berikut ulasannya.

Sekilas Tentang Apa itu Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi adalah situasi terjadinya penurunan pada indikator-indikator ekonomi secara berkepanjangan dan menyebabkan gejolak keuangan. Apabila suatu negara mengalami resesi dalam periode waktu yang lama, hal ini sangat berisiko bagi negara lain yang memiliki koneksi perdagangan dengan negara tersebut. Dari sinilah muncul risiko resesi global.

Resesi global baru akan dikonfirmasi apabila produk domestik bruto (PDB) per kapita dunia turun. Ini harus dibarengi oleh melemahnya indikator lain seperti lapangan kerja, produk industri, investasi per kapita, perdagangan, dan lain-lain.

Baca juga: Memahami Apa itu Resesi Global yang Kerap Bikin Panik Warga Dunia

Krisis 1998 Bakal Terulang?

Dengan kondisi AS yang kabarnya bakal esesi di 2023, apakah akan berdampak ke Indonesia seperti resesi atau krisis 1998? Setelah tahu apa itu resesi ekonomi, penting untuk simak perbandingannya di bawah ini.

  • Krisis mata utang

Pada tahun 1998 silam nilai tukar rupiah turun tajam hanya dalam setahun. Kurs rupiah sempat merosot hingga 18% dari Rp5.400/dolar AS pada akhir 1997 hingga menyentuh Rp15.400/dolar AS pada Januari 1998. Kemudian merosot lagi hingga menyentuh rekor terlemah sepanjang sejarah di Rp16.800/dolar AS pada 17 Juni 1998.

Bagaimana dengan sekarang? Saat ini walaupun rupiah terdepresiasi dengan dolar, tingkat depresiasi yang terjadi masih tidak separah jika dibandingkan dengan negara-negara lain sebesar 8,97%. Sementara itu kurs pound sterling merosot 15,10%, yen 21,66%, ringgit 11,87%, dan baht 11,90%.

  • Inflasi

Akibat kurs rupiah merosot, inflasi di Indonesia pada 1998 melonjak hingga 77%, bahkan mencapat peak di 82,94%. Selain itu ekonomi juga terkontraksi lebih dari 13,7%. Namun, jika dibandingkan dengan sekarang, inflasi Indonesia masih cukup terkendali, yaitu di bawah ekspektasi Bank Indonesia 6%.

  • Sentimen lain

Cadangan devisa di tahun 1998 tidak cukup untuk bayar utang jatuh tempo. Adapun problematika lain selain suku bunga adalah masalah politik yang tengah memanas.

Sedangkan di tahun ini cadangan devisa masih cukup untuk bayar impor 5 bulan, di atas stand internasional 3 bulan. Berbeda dengan tahun 1998, saat ini di Indonesia belum masuk masa-masa politik dan suku bunga pun masih terkendali.

Baca juga: Untung Besar di Momen Santa Claus Rally, Bisakah? Ini Penjelasannya

Kondisi Ekonomi AS Saat Ini

Inflasi AS masih cukup tinggi, yakni 8,2% di bulan September. Sehingga The Fed berpotensi masih akan agresif dalam menaikkan suku bunga hingga 2023 dengan target peak ada di 5%.  

Semantara itu PDB kuartal III/2022 naik 2,6% secara kuartalan dari dua kuartal sebelumnya yang minus. Angka ini di atas konsensus analis yang hanya memperkirakan 2,4%. Namun data yang membaik hanya di data kuartalan, sedangkan basis untuk menentukan resesi atau tidak tetap mengacu ke data tahunan.

Perlu diketahui, PDB tahunan AS masih tumbuh stagnan. Sehingga potensi perlambatan masih ada di tahun depan karena pengaruh dari kenaikan suku bunga itu lagging (telat) dan inflasi juga masih tinggi.

Source : Trading Economic

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tahun depan ada risiko AS potensi double-dip recession. Soalnya, kontraksi PDB dalam 2 kuartal beruntun sebenarnya sudah tergolong resesi.  Apa itu resesi ekonomi double dip? Singkatnya adalah resesi yang terpisahkan oleh masa ekspansi yang singkat. 

Kenapa AS berisiko kena double dip resesi 2023? 

  • Survei terbaru yang dilakukan Wall Street Journal terhadap para ekonom menunjukkan sebanyak 63% memprediksi Amerika Serikat akan mengalami resesi 12 bulan ke depan. Persentase tersebut naik dari survei bulan Juli sebesar 49%.

  • Ketika perekonomian AS masih tumbuh kuat, maka bank sentralnya (The Fed) akan terus agresif menaikkan suku bunga. Kenapa gitu? 

  • The Fed lebih memilih yang resikonya lebih ringan terjadi yaitu resesi yang akan diikuti dengan kenaikan tingkat pengangguran, dibandingkan risiko dari inflasi tinggi yang lebih korosif dan mengakar

Baca juga: Kala Suku Bunga AS Mereda, Gimana Dampaknya ke Indonesia?

Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Ini

Di tengah kehebohan resesi global, BI sempat menegaskan bahwa Indonesia tidak akan resesi, melainkan hanya mengalami perlambatan saja. Hal ini dikarenakan ekonomi dalam negeri dinilai masih cukup kokoh.

Berdasarkan perkiraan Bloomberg, risiko kemungkinan resesi menerpa Indonesia sangat kecil, yakni 3% jika dibandingkan negara-negara lain seperti Sri Lanka 85%, New Zealand 33%, Korea Selatan 25%, Malaysia 13%, Vietnam 10%, Thailand 10%, Filipina 8%, dan lain sebagainya.


Adapun beberapa proyeksi terkait ekonomi Indonesia di 2023 menunjukkan pertumbuhan positif:

  • IMF: Ekonomi Indonesia di 2023 jadi 5%

  • World Bank: Pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 4,6%

  • Presiden Jokowi memperkirakan ekonomi Indonesia di 2023 5,3%

  • Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,3%

Proyeksi positif tersebut didukung oleh fakta neraca dagang yang masih surplus. Kalau pun ekspor turun, hal ini tidak akan terlalu berpengaruh terhadap Indonesia.  Sebab porsi neraca terhadap PDB Indonesia berdasarkan data semester I/2022 hanya 5%. Ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi masyarakat dengan kontribusi sebesar 54% terhadap PDB Indonesia.

Selain itu industri Indonesia masih ekspansi ditambah penanaman modal asing ke industri juga masih tinggi mencapai perolehan tertinggi di 4 kuartal terakhir. Data terbaru di kuartal III/2022 mencapai angka Rp168,9 triliun. Itu artinya di 3 kuartal awal 2022 penanaman modal asing secara kumulatif mencapai Rp479,3 triliun, naik 44,8% secara tahunan.

Bagitu pun dari sisi manufaktur yang masih ekspansi. Artinya, daya beli masyarakat bisa terjaga. Terlihat dari IKK Indonesia yang berada di atas 100 selama 12 bulan terakhir dan inflasi Indonesia yang lebih rendah dibandingkan AS.


Ditambah lagi pemerintah yang secara fiskal masih menggenjot bantuan sosial guna menjaga daya beli masyarakat menengah ke bawah dengan BLT. Realisasi penyaluran BLTM BBM bantuan sudah mencapai 99% dan BSU mencapai 77% per 25 Oktober 2022.

Baca juga: Ekonomi Indonesia Tahan Banting, Kata Siapa Resesi?

Deretan Aset Investasi yang Bisa Dilirik di 2023

Dalam hal pengelolaan keuangan, penting untuk terus meningkatkan pendapatan aktif yang dimiliki. Apalagi ketika ada isu resesi seperti saat ini meskipun secara data ekonomi Indonesia masih solid. 

Tips praktis yang layak dicoba:

  • Berhemat. Mindset-nya dengan berhemat, maka kita bisa menabung lebih banyak uang. Misalnya mengatur aset alokasi dengan menyisihkan uang di awal dan  jangan menyisakan di akhir. Soalnya kalau disihkan di akhir bulan, biasanya akan sulit untuk konsisten karena jumlahnya bisa jadi tidak sama. 

  • Menambah pemasukan melalui side hustle seperti bangun bisnis kecil atau jadi freelancer.

  • Berinvestasi dengan bijak dan lakukan diversifikasi agar risiko terjaga.

Pertanyaannya, investasi apa saja yang bisa dipilih di tahun depan?

  • Emas: aset lindung nilai (safe haven) rendak risiko untuk diversifikasi investasi

  • SBN (Surat Berharga Negara): jenis obligasi pemerintah ini bisa dibeli di pasar sekunder seperti FR dan ORI yang kasih keuntungan kupon tetap per bulan. Risikonya rendah karena dijamin oleh pemerintah dan tertuang dalam Undang-Undang.

  • Saham: bisa pilih saham blue chip yang defensif dan rutin bagi-bagi dividen seperti banking.

Nah, mungkin ada yang bingung pilihan beli saham saat resesi. Beberapa sektor yang bisa dlirik antara lain perbankan besar, dan komoditas batu bara.

Baca juga: Tips Mengatur Portofolio Investasi Saat Ada Resesi

Ingin dapat bocoran saham potensial walaupun market lagi diterpa sentimen resesi? Jika kamu mau tahu deretan sahamnya, yuk upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade

Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-RE-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Inflasi Turun Jadi 2,57% di Januari 2024, Simak Dampaknya ke Saham

1 Feb 2024, 15:05 WIB
article
ArtikelInsight

Dampak Suku Bunga BI yang Ditahan Saat The Fed Masih Berpotensi Hawkish

22 Sep 2023, 16:01 WIB
article
ArtikelInsight

Dampak Ketentuan Suku Bunga LPR China ke Saham Indonesia

23 Agu 2023, 11:24 WIB
article
ArtikelInsight

Keruntuhan SVB: Apa yang Sebenarnya Terjadi dan Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?

17 Mar 2023, 14:39 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi