Ekonomi Indonesia tahan banting, kata siapa akan resesi? Ini Alasannya!
https://emtrade.id/blog/9969/ekonomi-indonesia-tahan-banting-kata-siapa-akan-resesi-ini-alasannya
Presiden Jokowi dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani kembali mengingatkan jika ancaman resesi global 2023 potensial terjadi. Walaupun begitu, pemerintah masih optimis ekonomi Indonesia masih akan kuat menghadapi risiko tersebut. Kira-kira apa yang menjadi alasan ekonomi kita kuat?
Kekhawatiran Risiko Global
Sebelum bahas tentang alasan ekonomi Indonesia yang resilient, kita bahas dulu sebenarnya apa yang terjadi di secara global mengingat kekhawatiran risiko resesi global bisa terjadi ini bukan tanpa sebab. Apa saja itu? .
1. Pandemi Covid-19 & Perang Rusia - Ukraina
Pertama, isu global yang menjadi pemicu potensi terjadi resesi tahun depan adalah pandemi Covid-19. Dua tahun berselang sejak awal pandemi ini membuat mobilitas terbatas sehingga berdampak ke semua sektor yang membuat pertumbuhan ekonomi melambat.
Selain itu, adanya isu perang Rusia-Ukraina yang sampai sekarang masih berlanjut juga menyebabkan rantai pasokan komoditas global terganggu, terutama di sektor energi dan pangan. Ketika pasokan menjadi semakin terbatas, harga barang baku membumbung naik yang membuat inflasi meroket di berbagai negara.
2. Inflasi Naik Tinggi
Akibat pasokan yang terbatas, sementara permintaan semakin meningkat jelang musim dingin membuat harga barang-barang menjadi lebih mahal.Akibatnya, inflasipun pun naik tinggi. Sebagai catatan, inflasi di AS dan Eropa bahkan sempat cetak rekor tertinggi sejak 40 tahun terakhir (Figure 1).
Figure 1. Inflasi AS
Source : Bloomberg, Data diolah Emtrade
3. Kebijakan Agresif Bank Sentral
Selanjutnya, dari kenaikan inflasi yang masih tinggi ini membuat bank-bank sentral di berbagai negara melakukan intervensi dengan menerapkan kebijakan moneter agresif seperti menaikkan suku bunga. Seperti di AS yang sudah menaikkan suku bunga 5 kali di sepanjang 2022 (Figure 2).
Figure 2. Tren Suku Bunga AS
Karena kebijakan yang agresif ini menjadi risiko sistematik di berbagai sektor karena meningkatkan risiko kredit dan menurunkan daya beli masyarakat. Sehingga pertumbuhan ekonomi jadi lambat dan berujung pada risiko terjadi resesi (Figure 3).
Figure 3. GDP AS
Source : Bloomberg, Data diolah Emtrade
Permasalahan di atas ini terjadi secara sistematik dan belum sepenuhnya selesai, sehingga kita masih harus tetap mengantisipasi adanya risiko ini. Seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dan risiko volatilitas market tinggi karena outflow asing yang cenderung konservatif mengamankan dananya lebih dulu dari risk asset.
Bersyukurnya posisi Indonesia saat ini masih kuat secara ekonomi dan masih potensi mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif, sehingga risiko terjadi resesi kemungkinannya relatif lebih kecil dibandingkan negara lainnya (Figure 4),
Figure 4. Probabilitas Resesi Indonesia VS Negara Lain
Source : Bloomberg
Apa Alasan Ekonomi Indonesia masih Kuat
Ada beberapa alasan yang mendasari kenapa ekonomi Indonesia masih kuat, diantaranya adalah:
Neraca Dagang Surplus
Alasan pertama kenapa ekonomi Indonesia kuat karena kita punya neraca dagang yang masih surplus, bahkan sudah 29 bulan berturut-turut. (Figure 5). Surplus neraca dagang terjadi karena ekspor yang atraktif dari demand batubara meningkat jelang winter seiring dengan harga batubara yang masih tinggi. Selain itu, dari sisi impor Indonesia masih diuntungkan karena harga minyak mentah masih dalam tren turun (Figure 6)
BACA JUGA: Begini Tips Hadapi Risiko di Pasar Saham
Figure 5. Tren Neraca Dagang
Source : Trading Economic
Figure 6. Harga Batubara & Minyak Mentah
Source : Bloomberg, Data diolah Emtrade
Manufaktur Ekspansif & Konsumen Tetap Optimis
Alasan kedua, karena kondisi sektor manufaktur kita masih ekspansif dengan kepercayaan konsumen yang tetap optimis. Ini terlihat dari indeks PMI Manufaktur Indonesia per Sept-22 di 53,70 (vs.Agustus-22: 51,70) dan indeks kepercayaan konsumen (IKK) per :Sept-22 di 117,2. (Figure 7).
Figure 7. PMI Manufaktur & IKK Sep-22

Source : Trading Economic
Nilai PMI diatas 50 menunjukkan kondisi manufaktur masih di level ekspansif, sedangkan IKK diatas 100 menunjukkan level optimis kepercayaan konsumen akan pertumbuhan ekonomi yang tetap positif.
Kenaikan Inflasi & Depresiasi Rupiah Terjaga
Alasan ketiga, walaupun inflasi Indonesia masih dalam tren naik namun masih di level yang terjaga menurut Bank Indonesia dan relatif lebih rendah dibandingkan inflasi AS (Figure 8).
Figure 8. Inflasi Indonesia VS AS
Source : Bloomberg, Data diolah Emtrade
Selanjutnya, walaupun depresiasi rupiah akan dolar semakin meningkat mendekati Rp 15.600/USD. Namun, jik dibandingkan negara lain ternyata depresiasi rupiah masih lebih baik (Figure 9).
Figure 9. Perbandingan Depresiasi Rp/USD Vs Negara Lain
Source : Google Finance
Suku Bunga Acuan BI Terkendali
Alasan keempat, kami menilai kenaikan suku bunga acuan BI masih cukup terkendali. Jika dibandingkan AS yang sudah menaikkan suku bunga 5 kali, BI baru menaikkan suku bunga 3 kali hingga Oktober 2022 (Figure 10).
Figure 10. Suku Bunga Acuan BI VS The Fed
Source : Bloomberg, Data diolah Emtrade
Suku bunga BI yang terkendali ini menariknya juga seiring dengan kondisi perbankan big caps yang over liquidity. Oleh karena itu, walaupun suku bunga naik, bank masih bisa menjaga suku bunga kredit tidak buru-buru naik dan mempertahankan cost of fund tetap murah, sehingga minat kredit tetap terjaga.
Figure 11. Loan to Deposit Ratio 4 Big Bank
Konsumsi Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi
Alasan selanjutnya, yang membuat ekonomi Indonesia masih kuat adalah konsumsi domestik yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Ini terlihat dari kontribusi konsumsi ke GDP mencapai 55% (Figure 12).
Figure 12. Kontribusi Konsumsi ke PDB
Source : Bloomberg, Data diolah Emtrade
Dengan kontribusi konsumsi yang dominan, maka ada potensi di masa depan jika resesi global benar terjadi, maka konsumsi masih bisa menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jadi, bersyukur dengan masyarakat Indonesia yang besar dan konsumtif, pemulihan ekonomi menjadi semakin bergerak ke arah positif.
Anomali IHSG Terus Menguat VS Global
Terakhir, menyambung dari alasan-alasan diatas membuat optimisme investor juga masih tinggi akan pasar saham Indonesia. Ini terlihat dari penanaman modal asing (PMA) menurut Kementerian Investasi yang mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp 168.9 triliun hingga Sept 2022, naik 63% secara tahunan.
Optimisme investor asing dan domestik ini terefleksi dari pergerakan IHSG yang terus menguat berbanding terbalik dengan indeks US market yang masih dalam tren turunnya (Figure 13)
Figure 13. IHSG VS US Stock Market
Source : Google Finance
Kesimpulannya, walaupun kondisi global masih banyak risiko-nya yang bisa berujung resesi, tetapi ekonomi Indonesia masih baik-baik saja dan kuat dalam menghadapi risiko resesi. Selain itu, masih ada peluang pertumbuhan positif ditopang likuiditas melimpah perbankan big caps dan konsumsi domestik yang dominan.
Mau belajar trading dan investasi saham secara praktis? yuk upgrade ke VIP member Emtrade.
Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
-TN-
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.
https://emtrade.id/blog/9969/ekonomi-indonesia-tahan-banting-kata-siapa-akan-resesi-ini-alasannya
Nasib Inflasi Jelang Bulan Puasa, Begini Efeknya ke Harga Saham
Inflasi Indonesia DIproyeksi Melandai, Gimana Prospeknya?
Saham Menarik Ketika Natal dan Tahun Baru, Gimmick atau Fenomena?
Kenaikan Suku Bunga BI Mulai Melandai, Begini Efeknya ke Saham
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2023, PT Emtrade Teknologi Finansial