Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Suku Bunga BI Naik Lagi, Begini Dampaknya

20 Okt 2022, 16:26 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 19 sd 20 Oktober 2022 menyatakan kenaikan suku bunga BI-7 day Reverse Repo Rate sebesar 50 Bps menjadi 4,75%. Kenaikan ini menjadi yang ketiga kalinya dan sesuai dengan konsensus pasar yang memproyeksikan naik 50 Bps menurut survey Reuters dari 30 analis. 


Figure 1. Suku Bunga BI (7 day Reverse Repo Rate)


Source : Tradingview


Mengapa BI Menaikkan Suku Bunga?  

Alasan BI menaikkan suku bunga ada beberapa hal yaitu sebagai berikut : 


  1. Mengantisipasi Risiko Global 

Alasan BI menaikkan suku bunga kali ini adalah untuk mengantisipasi risiko global yang masih cukup tinggi. Diantaranya ada  lima tantangan yang potensi dihadapi ke depan, antara lain : 

  1. Eskalasi Geopolitik Masih Berlanjut

Ketegangan geopolitik antara Rusia - Ukraina dan AS - China masih menjadi masalah yang berkelanjutan. Ini berdampak pada pasokan yang semakin terbatas, sehingga rantai perdagangan global menjadi terganggu. Hal ini menjadi penyebab dari krisis pangan dan energi di negara-negara maju dan juga emerging market. 


  1. Inflasi Tinggi di Negara Maju 

Selain dari sisi permintaan, masalah pasokan terbatas akibat ketegangan geopolitik yang berlanjut, turut menjadi pendorong inflasi tinggi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang bahkan telah beberapa kali mencetak rekor tertinggi selama beberapa dekade terakhir. 


Diketahui, hingga periode September 2022 Inflasi AS mencapai 8,2% YoY dan Eropa 9,2% YoY. Kemudian di beberapa negara emerging market seperti Brazil dan Turki yang mencatatkan inflasi lebih dari 50%. 


  1. Perlambatan Ekonomi Global 

BI juga mengantisipasi terjadi perlambatan ekonomi secara global. BI memproyeksi ekonomi global bisa melambat di 2023 menjadi 3%, kemudian 2024 melambat jadi 2,6%. Perlambatan ekonomi diperkirakan terjadi di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China. Oleh karena itu, tahun depan risiko resesi global bisa saja terjadi, terbaru probabilitas AS memasuki resesi sebesar 50%. 


  1. Risiko dari Persepsi Investor 

Dari beberapa risiko global diatas menyebabkan ketidakpastian di market yang membuat investor cenderung menarik dananya dari emerging market atau dari aset high risk ke aset low risk untuk mengamankan dananya dulu dan menumpuknya di tunai. Fenomena ini juga sering disebut “Cash is the king”. 


  1. Menjaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah 

Alasan selanjutnya, adalah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah mengingat kebijakan moneter the Fed dan negara maju lain yang masih agresif, sehingga penguatan dolar AS masih berlanjut dan berdampak pada depresiasi mata uang emerging market termasuk Indonesia.


BACA JUGA: Jangan Panik, Ekonomi Indonesia Aman Kok, Asal......

Bersyukurnya depresiasi Rupiah terhadap Dolar AS dibandingkan negara lain secara YTD masih lebih baik, terlihat seperti di grafik berikut (Figure 2). 

Figure 2. Perbandingan Kurs Rupiah Terhadap Negara Lainnya

 

Source : Google Finance


  1. Mengendalikan Ekspektasi Inflasi & Pertumbuhan Ekonomi 

Alasan lainnya dari BI menaikkan suku bunga adalah untuk mengendalikan ekspektasi inflasi IHK dan inflasi inti tetap terjaga dengan proyeksi maksimal kuartal 3/2023 di rentang 2% sd 4%. 


Selain itu, masih berhubungan dengan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ini juga berhubungan pada inflasi karena dolar yang menguat akan berdampak pada penyesuaian harga barang-barang impor atau imported inflation. Oleh karena itu, BI harus menaikkan suku bunga agar imported inflation terkendali, sehingga inflasi dalam negeri pun bisa terjaga.


  1. Ketahanan Perbankan Masih Kuat 

Tidak hanya dari sisi global, alasan BI menaikkan suku bunga juga menilai dari kondisi perbankan nasional yang masih kuat, sehingga risiko sistematik dari kenaikan suku bunga masih bisa ditahan. 


Kondisi perbankan nasional per September 2022 mencatatkan penyaluran kredit yang masih ekspansif terlihat dari loan growth tumbuh 11% YoY seiring dengan likuiditas yang terjaga terlihat dari rasio Alat LIkuid terhadap DPK sebesar  27,35% dan modal yang kuat terlihat dari CAR per Agustus 2022 di 25,13%.


Likuiditas yang terjaga dan permodalan yang kuat mendukung kemampuan bank dalam penyaluran kredit dan memastikan bank masih bisa menghadapi risiko kredit ke depan. 


Bagaimana Strategi BI Ke Depan 

Kebijakan kenaikan suku bunga bulan ini tentu saja bukan tanpa strategi, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan terdapat strategi berikut yang mendasari pengambilan keputusan suku bunga naik 50 bps :


  1. Frontloaded

Merupakan strategi untuk menaikkan suku bunga besar diawal, sehingga kedepannya BI tidak perlu mendadak menaikkan suku bunga secara agresif.

  1. Preventif

Merupakan tindakan pencegahan yang BI ambil, terutama terkait pengendalian inflasi. Dimana inflasi IHK diperkirakan dapat melebihi 6% di akhir tahun ini karena penyesuaian harga BBM dan depresiasi rupiah..

  1. Forward Looking

Merupakan strategi dimana BI melihat kondisi ekonomi Indonesia kedepan yang masih kuat, terutama dari sisi pertumbuhan ekonomi dan kredit. Sehingga momentum ini dapat dimanfaatkan untuk menaikkan suku bunga dengan harapan dampak negatif terhadap ekonomi lebih terjaga.


Strategi-strategi BI ini ke depan juga akan terus bersinergi dengan kebijakan fiskal pemerintah  seperti menambah subsidi dan pemberian subsidi dengan target sesuai sasaran agar daya beli masyarakat masih terjaga. 


Bagaimana Dampak Kenaikan Suku Bunga BI? 

Dampak dari kenaikan suku bunga biasanya tidak akan secara langsung mempengaruhi industri namun cenderung memberikan risiko secara sistematik. Salah satu sektor yang paling terdampak dari kenaikan suku bunga BI adalah perbankan, namun tetap membutuhkan waktu untuk transmisi dampaknya. 


Walaupun begitu, karena kondisi perbankan yang masih kuat terdorong dari likuiditas tinggi dan modal kuat, maka risiko sistematik dari kenaikan suku bunga bisa diminimalisir. 


Selanjutnya, ada beberapa sektor yang menurut kami perlu diantisipasi karena potensi dirugikan lebih tinggi yaitu sektor teknologi karena fundamental yang belum establish dan likuiditas rendah, kemudian konstruksi karena tingkat utang yang tinggi.. 


Mau belajar trading dan investasi saham secara praktis? yuk upgrade ke VIP member Emtrade. 

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.


Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-TN-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.

Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

13 Mar 2024, 15:55 WIB
article
ArtikelInsight

Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

19 Feb 2024, 14:10 WIB
article
ArtikelInsight

Kembangkan Bisnis FTTH, ISAT Akuisisi Pelanggan MNC Play

21 Nov 2023, 12:01 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kinerja Marketing Sales Emiten Properti di Kuartal III/2023, Siapa Juaranya?

24 Okt 2023, 17:14 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Telegram
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi