Mau Beli IPO Bisnis Rumah Sakit Saratoga? Cek Dulu Fakta-Fakta Ini!
https://emtrade.id/blog/9897/mau-beli-ipo-bisnis-rumah-sakit-srtg-cek-dulu-fakta-fakta-ini
Primaya Hospital atau PT Famon
Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY) berencana akan IPO pada 8 November mendatang. PRAY
merupakan salah satu investee SRTG
yang bergerak di bidang holding, konsultasi manajemen, dan jasa layanan
kesehatan.
Sebagai informasi, sektor kesehatan merupakan salah satu sektor yang SRTG kategorikan sebagai growth focus, atau sektor yang memiliki potensi pertumbuhan disamping investasinya di perusahaan yang sudah mature dan sektor teknologi.
Rencana IPO, Harga Penawaran Rp900-950/saham
PRAY berencana IPO pada tanggal 8 November tahun ini, dimana saat ini pada tanggal 14-21 Oktober merupakan masa penawaran awal (book building) dengan harga penawaran antara Rp900 hingga Rp950 per saham. PRAY akan menerbitkan 302,2 juta saham atau setara dengan 2,28% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan setelah IPO. Sehingga melalui PO tersebut perusahaan maksimal akan mendapatkan modal sebesar Rp287,1 miliar.
Penerbitan Convertible Bond
Bersamaan dengan IPO tersebut,
PRAY juga akan menerbitkan 697 juta saham untuk penerbitan Mandatory Convertible
Bond (“MCB”) atau obligasi konversi kepada Archipelago Investment Pte. Ltd
dengan nilai nominal sebesar Rp627,3 juta. Melalui pelaksanaan MCB tersebut,
kepemilikan masyarakat menjadi 2,17%. Meskipun kepemilikan tersebut relatif
kecil, apabila obligasi konversi MCB sepenuhnya dikonversi, free float akan menjadi 7,16, atau
berada di bawah ketentuan bursa 7,5%. Sehingga tidak menutup kemungkinan PRAY
akan melaksanakan right issue untuk
memenuhi kewajiban tersebut.
Saratoga Jadi Pemilik Minoritas PRAY
Meskipun SRTG tercatat sebagai salah satu investor PRAY, SRTG hanya sebagai pemilik minoritas saham PRAY. Apabila menghitung kepemilikan dari konversi obligasi Archipelago, kepemilikan SRTG hanya sebesar 2,85% dari total saham PRAY.
Dana IPO akan Digunakan untuk Ekspansi Bisnis
Dari perkiraan total modal
Rp287,1 miliar yang akan didapatkan PRAY dari IPO, perusahaan akan menggunakan dananya
untuk penggunaan:
1. 50% Modal untuk Pembelian Tanah
Tanah tersebut
nantinya akan digunakan untuk membangun rumah sakit baru di kota-kota besar di
Pulau Sumatera dan Jawa. Saat ini perusahaan telah dalam tahap survey pembelian
tanah di Jakarta dan Medan.
2. 25% Modal untuk Pengembangan Gedung dan
Layanan Rumah Sakit yang Sudah Ada
Pengembangan
yang dimaksud terkait dengan sarana, prasarana, dan layanan pada rumah sakit
yang sudah ada untuk meningkatkan kapasitas tempat tidur dan diversifikasi
layanan dengan menambah lantai bangunan dan menambah alat medis dan spesialis
baru.
3. 25% Modal untuk Pembangunan Gedung
Rumah Sakit Baru
Alokasi ini akan
diberikan untuk pembangunan gedung rumah sakit baru dari anak usaha yang sudah
ada maupun baru.
Profitabilitas Turun Pasca Covid
Sepanjang semester pertama 2022,
PRAY mencatatkan penurunan kinerja baik dari sisi pendapatan maupun laba
bersih. Pendapatan tercatat turun 29,7% dibanding semester pertama tahun lalu
menjadi Rp481,2 miliar, sedangkan laba bersih turun 88,0% menjadi Rp28,0
miliar. Kinerja yang melemah tersebut disebabkan kinerja musiman yang tinggi di
tahun 2021 karena kasus Covid-19 yang melonjak, kondisi tersebut terlihat pada
pendapatan dari pendapatan rawat inap yang mengalami penurunan paling
signifikan, -34,4% dibandingkan tahun sebelumnya meskipun pendapatan rawat
jalan mengalami kenaikan 13,5%.
Sehingga dengan meredanya kasus Covid-19 di Indonesia, potensi terjadinya penurunan kinerja PRAY di tahun 2022 akan cukup besar.
Valuasi Premium
Melalui asumsi PRAY akan
diperdagangkan pada harga 950/saham, PRAY akan memiliki valuasi P/E 107 kali
dengan EPS TTM (trailing 12 months) sebesar
Rp8,86/saham (asumsi saham beredar tanpa MCB Archipelago.
Nilai tersebut termasuk cukup premium apabila dibandingkan dengan peersnya yang rata-rata berada di valuasi dibawah P/E 40 kali.
Risiko & Prospek Bisnis
Sektor healthcare terutama industri rumah sakit telah melalui puncak
kinerjanya pada tahun 2021 lalu karena kasus Covid yang melonjak saat itu
mendorong trafik rumah sakit dan penggunaan utilisasi kesehatan seperti obat,
vaksin, vitamin, dan lainnya. Sehingga sejalan dengan meredanya kasus Covid-19
di Indonesia, kinerja sektor healthcare terutama rumah sakit juga akan
mengalami penurunan. Disamping itu terdapat beberapa risiko lain berupa:
1) Penurunan
anggaran kesehatan pemerintah
2) Penurunan
nilai rupiah mendorong beban impor bahan baku yang lebih tinggi
3) Valuasi
tinggi menurunkan minat investor
Meski demikian terdapat potensial
upside berupa:
1) Kembalinya
pasien non-covid dengan risiko paparan virus tersebut yang mereda
2) Digitalisasi
sektor healthcare akan memudahkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan
3) Rasio rumah sakit di Indonesia yang masih rendah
Mau trading dan investasi saham didampingi coach berpengalaman? yuk upgrade menjadi VIP member Emtrade
Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
-AVV-
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.
https://emtrade.id/blog/9897/mau-beli-ipo-bisnis-rumah-sakit-srtg-cek-dulu-fakta-fakta-ini
INDY Jual MUTU ke CUAN, Ketahui Hal-Hal Ini!
PANI OTW Right Issue Rp11 Triliun, Gimana Prospeknya?
BBNI Mau Stock Split 1:2, Gimana Potensinya?
UNTR Mau Akuisisi Perusahaan Geothermal, Begini Prospeknya
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2023, PT Emtrade Teknologi Finansial