Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconFundamental

Risiko Fluktuasi Kurs Rupiah, Begini yang Harus Dilakukan Investor

11 Okt 2022, 16:04 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image
Ketika kurs rupiah tembus di atas Rp15.000 per dolar AS, ada beberapa risiko ke ekonomi Indonesia seperti, inflasi berpotensi naik karena produk yang bahan baku impor juga naik. Meski, ada positifnya juga, barang ekspor Indonesia lebih kompetitif. Kalau itu bagi ekonomi, lalu bagaimana dengan trader dan investor saham? 

Secara definisi, risiko nilai tukar Rupiah (atau disebut risiko valuta asing/foreign exchange risk) merupakan elaborasi yang biasanya bersifat merugikan akibat dampak negatif yang dihasilkan dari fluktuasi nilai tukar valuta asing terhadap skala ekonominya. 

Misalnya saja seperti kejadian akhir-akhir ini dimana Rupiah mencatatkan pelemahan nilai tukar terhadap Dolar AS menjadi Rp15.500. Sebagai catatan, Rupiah telah terdepresiasi sebesar 6,89% sejak awal tahun 2022 atau mencapai 7,22% secara tahunan.


Sebelum membahas efek fluktuasi kurs rupiah ke investor dan trader saham, kita bisa ulas kenapa nilai tukar rupiah bisa berfluktuasi? Nilai tukar rupiah berfluktuasi mengikuti permintaan dan penawaran di pasar valuta asing. 

Bila fluktuasi nilai tukar kecil, maka pergerakan nilai tukar dianggap wajar dan ketidakpastiannya relatif rendah. Namun apabila yang terjadi sebaliknya dimana pergerakan nilai tukar bergerak liar, ini bisa membuat ketidakpastian dalam mengambil keputusan untuk operasional bisnis. Hal ini tentunya akan menganggu stabilitas keuangan perusahaan.

Pergerakan nilai tukar tentu memberikan multiplier-effect terhadap berbagai aspek dalam suatu bisnis mulai dari pendapatan, pembiayaan, investasi dan operasional. Secara sederhana, penurunan nilai tukar akan memberikan dampak kerugian pada level profitabilitas, arus kas perusahaan, dan nilai perusahaan.

Bagaimana Nilai Tukar akan Memberikan dampak Risiko?

Risiko nilai tukar akan memberikan dampak sistematis pada perusahaan yang terlibat dalam transaksi internasional, terutama dengan aktivitas yang didominasi oleh penggunaan nilai tukar berbasis Dolar AS. Mereka yang terdampak diantaranya adalah:

1. Perusahaan yang Menerbitkan surat berharga di pasar Internasional

Dalam aktivitasnya, beberapa perusahaan biasanya akan mengakses pendanaan di pasar internasional melalui berbagai alternatif seperti pinjaman luar negeri maupun penerbitan surat utang. Ketika ada perubahan pada nilai tukar, maka biasanya operasional perusahaan akan terdampak terutama dari struktur biaya yang biasanya digunakan untuk membayar bunga atau biaya pelunasan utang.

Sebut saja PT. Indofood CBP Tbk. (ICBP) yang pada Agustus 2020 lalu sepakat untuk mengakuisisi Pinehill Corpora dengan nilai transaksi sebesar US$2,99 miliar atau setara Rp41,56 triliun dengan asumsi kurs saat itu di Rp13.901 per dolar AS. Dari total transaksi tersebut, sebagian besar total pendanaan diperoleh dari fasilitas pinjaman sindikasi sebesar US$2,05 miliar.

Fluktuasi nilai tukar Rupiah tentunya akan berdampak pada struktur pendanaan pembayaran utang Indofood  dari yang sebelumnya menanggung total utang pinjaman sebesar US$2,05 miliar (Rp28,4 triliun) menjadi Rp31 triliun atau meningkat 9,8% pasca kenaikan dolar AS menjadi 15,275 pada beberapa minggu terakhir.


2. Perusahaan Eksportir dan Importir

Bagi perusahaan eksportir, nilai tukar akan mempengaruhi harga produk di pasar luar negeri. Di sisi lain, bagi importir akan mempengaruhi harga barang luar negeri (seperti bahan baku dasar dan barang modal) ketika masuk ke pasar domestik.

Misalnya PT. Mayora Indah Tbk. (MYOR) yang merupakan salah satu emiten konsumer yang memiliki penetrasi ekspor yang cukup tinggi. Tercatat, MYOR memiliki nilai penjualan ekspor mencapai Rp5,8 triliun atau mencapai 40,5% dari total penjualan hingga semester I/2022. Nilai ekspor ini meningkat 7,41% secara tahunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Memang, naik-turunnya nilai tukar dolar AS akan memberikan kesan menguntungkan bagi MYOR. Namun, nilai dolar yang lebih mahal pastinya akan diteruskan pada harga jual produk yang lebih tinggi yang memberi dampak akan turunnya permintaan. Maka dalam jangka menengah, kenaikan nilai dolar AS tidak selamanya akan menguntungkan.

Dari sisi importir, naiknya biaya pengadaan bahan baku dan modal tentunya juga akan mempengaruhi struktur operasional bisnis secara keseluruhan. Sebut saja PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang memiliki ketergantungan terhadap pengadaan bahan baku impor menggunakan nilai tukar dolar AS. Dengan demikian, pelemahan nilai tukar pada umumnya akan beresiko bagi sektor farmasi dan alat kesehatan.

3. Berdampak pada Investor di pasar modal

Di tahap paling akhir, pelemahan nilai tukar akan mempengaruhi tingkat pengembalian investasi yang diperoleh oleh investor.

Meningkatnya beban operasional atas dampak pelemahan nilai tukar Rupiah tentunya akan menurunkan ekspektasi kinerja perusahaan secara sistematis. Turunnya ekspektasi kinerja akan membuat laba perusahaan tergerus, dan pada akhirnya akan menurunkan laba per saham yang merupakan hak dari pemegang saham.


Bagaimana Mengelola Risiko Nilai Tukar 


Pada prinsipnya, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan investor dalam mengelola risiko nilai tukar dalam aktivitas berinvestasi di pasar modal. Diantaranya adalah:

1. Memilih perusahaan dengan ketergantungan nilai tukar transaksi yang rendah atau terbatas

Seperti yang telah dijelaskan, melemahnya nilai tukar biasanya akan menguntungkan perusahaan yang memiliki paparan ekspor yang dominan dalam jangka pendek. Namun kondisi tersebut cenderung terbatas apabila diukur dalam jangka menengah dan panjang akibat kemungkinan turunnya permintaan karena naiknya harga nilai jual produk. Maka dengan demikian, pelemahan nilai tukar merupakan kondisi yang sebisa mungkin harus diantisipasi.

Perusahaan yang memiliki penetrasi ketergentungan nilai transaksi yang rendah dan nihil tentunya menjadi kriteria yang menjadi pilihan yang aman bagi investor yang ingin menghindari dampak dari risiko bisnis atas melemahnya nilai tukar. 

Meski secara keseluruhan terdampak dampak sistemis dari turunnya nilai tukar bagi permintaan secara keseluruhan ekonomi, namun hal tersebut bersifat temporer bagi perusahaan yang memiliki paparan nilai transaksi internasional yang rendah.

2. Perusahaan yang memiliki kebijakan lindung nilai akan cenderung lebih stabil

Dengan adanya kebijakan lindung nilai, maka perusahaan akan terproteksi akan dampak signifikan dari melemahnya nilai tukar. Hal ini tentunya akan menjaga level operasional perusahaan lebih stabil hingga menurunkan efek kerugian pada pemegang saham.

3. Perusahaan dengan fleksibilitas rantai pasok

Bagi beberapa manajemen yang strategis, pilihan untuk menambah alternatif pemasok dengan berbagai mata uang pembayaran biasanya merupakan langkah antisipatif yang dapat dilakukan untuk melindungi dampak melemahnya nilai tukar. 

Langkah ini pada akhirnya akan menjaga level operasional perusahaan lebih solid dan menurunkan dampak lanjutan atas risiko melemahnya nilai tukar.

Jadi, demikianlah pemahaman singkat dari risiko nilai tukar mata uang asing terhadap kinerja perusahaan dan solusi alternatifnya bagi pemegang saham. 

Mau belajar saham dengan didampingi coach berpengalaman?

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.


-WS-

emtrade.id/disclaimer
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Deretan Saham Big Caps yang Terdiskon, Mana yang Potensial?

18 Apr 2024, 16:47 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kuat Kinerja Big Bank Hingga November 2023

17 Jan 2024, 08:59 WIB
article
ArtikelInsight

Mana Saham Properti yang Valuasinya Paling Murah? Cek di Sini!

11 Jan 2024, 13:38 WIB
article
ArtikelFundamental

Laba Bersih vs Arus Kas, Mana yang Lebih Penting?

6 Des 2022, 15:37 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi