Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Alasan Indonesia Bisa Terhindar dari Resesi 2023

6 Okt 2022, 16:15 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Resesi ekonomi global di tahun 2023 kian hari semakin nyata. Presiden World Bank Group David Malpass dalam pernyataannya bahkan menyampaikan asumsi kuat adanya resesi di tahun 2023 imbas naiknya suku bunga bank sentral yang terjadi di seluruh dunia. Bahkan, tren tersebut diperkirakan berlanjut pada tahun depan.

Secara teoiritis, kebijakan pengetatan (tightening) moneter melalui kenaikan suku bunga bank sentral akan memicu adanya perlambatan ekonomi yang dapat menimbulkan resesi di banyak negara. Pernyataan ini juga didukung oleh Sri Mulyani bahwa ekonomi dunia terancam masuk jurang resesi setelah adanya pengetatan moneter oleh bank sentral di seluruh negara untuk menekan lonjakan inflasi.

Meski demikian, ada beberapa hal yang diprediksikan dapat menepis terkait isu ekonomi nasional yang dianggap akan terdampak dari gempuran krisis ekonomi global pada tahun 2023. Hal tersebut diantaranya adalah:

1. Kinerja Ekspor Global Melambat, tapi Neraca Dagang Indonesia Surplus.

Ancaman langsung dari neraca perdagangan akan semakin nyata apabila resesi terjadi secara global. Pada dasarnya, resesi bakal membuat harga komoditas naik, yang berbuntut pada penurunan permintaan bahan baku industri. Akibatnya, ada potensi penurunan pada harga komoditas ekspor unggulan yang bisa menyebabkan tekanan pada volume ekspor secara nasional.

Meski demikian, embargo yang masih berlaku terhadap ekspor Rusia dinilai akan menguntungkan negara non-blok seperti Indonesia dalam hal ekspor komoditas utama seperti batubara, minyak sawit, pulp, dan sebagainya. Maka, peluang ekspor ekonomi nasional  akan tumbuh solid diekspektasikan masih akan terjadi pada tahun 2023 meski adanya isu resesi ekonomi.




Di sisi lain, pertumbuhan impor diprediksikan juga akan melandai. Hal ini merupakan efek adanya resesi ekonomi dunia yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri juga ikut terkoreksi. Karenanya, dengan asumsi bahwa ekspor yang masih berpotensi tumbuh positif maka neraca dagang diekspektasikan masih akan berada pada zona surplus di tahun 2023 mendatang.

2. Pertumbuhan ekonomi Indonesia Diprediksi masih Positif, Meski Ada Risiko Resesi Global

Bukan hanya Indonesia, namun rata-rata pertumbuhan ekonomi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), China, Eropa, dan Jepang dinilai masih akan mencatatkan pertumbuhan positif pada tahun 2023 mendatang meski melambat. Mengambil dari asumsi IMF, ekonomi global diperkirakan masih akan tumbuh pada 2023 meski turun dari diasumsi lebih rendah atau sebesar 2,9% dari sebelumnya di level 3,6%.


Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun masih diasumsikan bertumbuh 5,3% pada tahun 2023 dalam APBN 2023, dengan inflasi yang disepakati akan berada di level 3,6% seperti yang tercatan pada RAPBN 2023 yang dirilis oleh Kementrian Keuangan. Ini sedikit lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi tahun 2022 yang diperkirakan akan berada di level 5,2%.


BACA JUGA: Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?


Jadi, meski ada kemungkinan bahwa resesi akan terjadi namun pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan masih akan kuat meski cenderung melambat. Apalagi, rasio utang terhadap PDB Indonesia per Agustus 2022 masih dianggap terkontrol atau di level 38,3. Maka membayangkan bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami resesi seperti halnya pada negara maju terlihat sedikit berlebihan.




Meski ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap tangguh, sebagai negara yang memiliki hubungan dagang dengan beberapa negara besar di dunia tentunya membuat Indonesia berpotensi untuk terdampak secara sistemik dari pengaruh resesi global. Hal yang akan diantisipasi dari dampak resesi global terhadap ekonomi Indonesia akan dimulai dari pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. 


Adanya peralihan dari uang negara berkembang yang dianggap memiliki risiko tinggi maupun negara berkembang yang memiliki risiko yang tinggi diduga akan pulang kampung kembali ke denominasi dolar. Inilah yang akan menjadi momok risiko yang perlu diperhitungkan bagi investor terhadap dampaknya ke bursa nasional. Sebagai catatan, Rupiah telah menembus di atas level 15,000 selama beberapa minggu terakhir ini.


Namun, dampak sistemik yang dihasilkan oleh resesi global tidak seharusnya menjadi hal yang perlu dikhawatirkan. Selagi inflasi terkendali serta harga barang masih terkontrol, maka besar kemungkinan efek tekanan global tidak akan berdampak signifikan ke kondisi pasar ril di Indonesia.


Disisi lain, meski tekanan global akan terdampak pada pasar uang di Indonesia tapi justru ini merupakan peluang bagi investor untuk investasi pada saham-saham bagus yang mungkin akan jatuh. Maka ada pepatah bahwa selalu ada peluang di setiap krisis karena di momen inilah orang kaya baru akan lahir.


Jadi, apakah Indonesia akan aman dari potensi krisis seperti yang digaungkan oleh media ? Secara data, dilihat dari makroekonomi seharusnya tidak. Apalagi bila dibandingkan dengan kondisi di beberapa negara maju seperti Inggris yang diisukan adanya kenaikan pada jumlah gelandangan membuat kita bersyukur bahwa kondisi di Indonesia jauh lebih terkendali.


Namun, dampak sistemik diprediksikan akan merambat ke bursa saham secara global. Maka daripada khawatir, akan sangat bijak apabila kita berpikir strategis untuk memanfaatkan momentum ini untuk tujuan investasi jangka panjang dengan membali saham-saham yang diprekdiksikan akan terdiskon. 


Bagaimana menurut kalian Emtraders?

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

 -WS-


emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.






Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

13 Mar 2024, 15:55 WIB
article
ArtikelInsight

Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

19 Feb 2024, 14:10 WIB
article
ArtikelInsight

Kembangkan Bisnis FTTH, ISAT Akuisisi Pelanggan MNC Play

21 Nov 2023, 12:01 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kinerja Marketing Sales Emiten Properti di Kuartal III/2023, Siapa Juaranya?

24 Okt 2023, 17:14 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi