Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Tren Suku Bunga Naik Dimulai, Gimana Nasib Saham Bank?

20 Sep 2022, 16:54 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Jika mengingat beberapa bulan lalu, setiap FOMC meeting hanya the Fed yang menaikkan suku bunga. Namun, langkah ini sudah mulai diikuti Bank Indonesia (BI) pada Agustus 2022 dengan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, yang kemungkinan akan naik lagi di bulan September ini. 

Jadi, bisa dibilang kedua bank sentral tersebut potensi sama-sama menaikkan suku bunga bulan ini, sehingga tren suku bunga naik akan segera dimulai. Walaupun begitu, pada dasarnya kebijakan moneter tersebut tentunya rasional dilakukan BI mengingat kenaikan suku bunga dapat mengendalikan inflasi dan mengimbangi kenaikan suku bunga AS. Hal ini tentunya akan menjaga agar kurs tidak terlalu anjlok. 


Lalu, gimana dampaknya ke saham perbankan? 

Saham perbankan yang sering dibilang kepala naga dari perekonomian tentu saja akan paling terdampak positif dari kenaikan suku bunga. Hal ini lantaran naiknya suku bunga dapat memicu bunga deposito dan suku bunga kredit-pun ikut naik. 


Ketika bunga deposito naik, biasanya Cost of Fund (CoF) yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat jadi lebih mahal. Sementara itu, suku bunga kredit akan ikut naik sehingga penghasilan bank bisa meningkat. 


Namun, kenaikan suku bunga kredit bisa jadi negatif jika kreditur tidak mampu bayar yang berdampak pada risiko kredit jadi meningkat. Selain itu, naiknya suku bunga kredit bisa membuat minat kredit turun. 


Jadi, secara teori kenaikan suku bunga acuan BI memang jadi risiko bagi perbankan. Namun dalam prakteknya bisa juga jadi peluang. Kenapa? 


1. Penyaluran Kredit Sudah Pulih Dari Pandemi 

Menariknya, sektor perbankan nasional Indonesia sudah pulih dari pandemi Covid-19 dilihat dari penyaluran kredit yang tumbuh 10,7% secara tahunan per Agustus 2022, sudah lebih tinggi daripada sebelum Maret 2020. 


Figure 1. Loan Growth Agustus 2022 Source : Trading Economic


Penyaluran kredit yang tumbuh agresif saat ini bahkan melampaui dari sebelum pandemi Covid-19 di 2020 menunjukkan kinerja perbankan nasional yang terus ekspansif. 


Kredit yang bertumbuh bisa berdampak optimal pada pendapatan bunga perbankan. Karena pada dasarnya, pendapatan bank yang didapatkan dari selisih bunga kredit yang disalurkan dikurangi bunga simpanan.

2. Risiko Kredit Macet Relatif Rendah 

Suku bunga acuan BI naik memang akan memicu kenaikan suku bunga kredit. Namun bukan hanya itu saja faktornya. Ada beberapa indikator seperti rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang perlu kita perhatikan. 

NPL menunjukkan sebesar besar persentase risiko kredit macet, saat ini menurut OJK NPL industri perbankan masih relatif rendah di 3,04% secara tahunan per Mei-2022 (Figure 2). Semakin rendah NPL memungkinkan bank tidak terlalu agresif buat menaikkan suku bunga kredit, yang pada akhirnya akan menjaga minat kredit masyarakat. 

Figure 2. Indikator Kinerja Bank Umum dan Konvensional Mei-2022 

Source : OJK

Sebagai contoh, ada emiten PT. Bank Central Asia Tbk. yang berkomitmen hingga akhir tahun 2022 tidak akan menaikkan suku bunga kredit karena masih memiliki NPL rendah di 2,2% per akhir Juni-2022.

Likuiditas Masih Melimpah

Likuiditas perbankan yang baik menurut BI normalnya di rentang Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar  85% sd 95% atau minimal sesuai rata-rata industri. Per Mei-2022, menurut OJK LDR industri perbankan berada di level 80,39% (Figure 2)

Semakin tinggi LDR berarti hampir semua dana yang dihimpun dari masyarakat telah disalurkan jadi kredit, sebaliknya jika semakin rendah LDR artinya dana yang dihimpun masih berlimpah (overlikuid). Jadi, memang nilai LDR ini tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. 

Namun, di kondisi tren suku bunga naik, likuiditas yang melimpah bisa jadi satu peluang, kenapa? Dengan LDR rendah biasanya bunga deposito yang diberikan relatif lebih rendah atau bisa dibilang beban perusahaan akan lebih ringan. 

Selain itu, di kondisi penyaluran kredit yang telah pulih dari pandemi dengan risiko kredit macet rendah, likuiditas yang melimpah memungkinkan bank semakin agresif dalam menyalurkan kreditnya, sehingga pendapatan akan lebih optimal yang berdampak pada laba bersih meningkat.  

Kesimpulannya, sektor perbankan nasional saat ini masih potensi menjadi peluang yang menarik di kala tren suku bunga naik karena penyaluran kredit masih ekspansif, risiko kredit macet masih relatif kecil, dan likuiditas yang masih melimpah. 


Mau belajar trading dan investasi saham secara praktis? yuk upgrade ke VIP member Emtrade. 

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-TN-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.




Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

13 Mar 2024, 15:55 WIB
article
ArtikelInsight

Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

19 Feb 2024, 14:10 WIB
article
ArtikelInsight

Kembangkan Bisnis FTTH, ISAT Akuisisi Pelanggan MNC Play

21 Nov 2023, 12:01 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kinerja Marketing Sales Emiten Properti di Kuartal III/2023, Siapa Juaranya?

24 Okt 2023, 17:14 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi