Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Siap-siap, Deretan Sentimen Pekan Ini yang Bisa Gerakkin IHSG

19 Sep 2022, 08:50 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Hello Emtraders…

 

Geng Thamrin, Bank Indonesia menjadi pusat perhatian investor pekan ini terkait respon akan kenaikan harga bensin, inflasi, dan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserves/The Fed). Lalu kira-kira bagaimana respon pasar pekan depan dan apa sentimen lain yang harus diperhatikan?


Market Update Sepekan


Sentimen Global

Pak Powell, Investor Menanti Sabdamu 

Bank sentral Amerika Serikat, The Fed, akan menggelar pertemuan rutin (FOMC) pada 20-21 September 2022 dengan agenda membahas kebijakan moneter terutama terkait suku bunga acuan.

Investor menantikan hasil dari FOMC karena akan menjadi petunjuk kuat tentang laju pertumbuhan ekonomi negara adidaya tersebut yang juga akan berpengaruh terhadap dunia.

Apalagi jika melihat rilis inflasi Paman Sam yang secara mengejutkan meningkat pada Agustus. Laporan indeks konsumen (IHK) menunjukkan inflasi Agustus secara tahunan sebesar 8,3% (year-on-year/yoy). Padahal konsensus analis memprediksi sebesar 8,1% yoy.

Sementara secara bulanan naik 0,1% (month-to-month/mtm), di luar dugaan deflasi 0,1% mtm. Sedangkan inflasi inti tercatat 0,6%, lebih tinggi dari proyeksi 0,6% mtm.


Pasar melihat The Fed akan lebih berani dalam ‘perang’ melawan inflasi yang tinggi untuk mencapai targetnya yakni 2%.

Kenaikan suku bunga secara agresif tampaknya akan menjadi keniscayaan setelah rilis data ekonnomi di akhir pekan menunjukkan bahwa ekonomi Negeri Paman Sam masih cukup baik menahan anasnya inflasi dan kenaikan suku bunga yang terbilang agresif.

Klaim pengangguran awal di AS untuk pekan terakhir 10 September berjumlah 213.000, turun 5.000 dari periode sebelumnya. Angka ini pun lebih rendah dari perkiraan ekonom di mana angkanya akan naik ke 226.000.

BACA JUGA: Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

Kemudian penjualan ritel AS bertumbuh 0,3% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Agustus, tumbuh dari bulan sebelumnya yang negatif 0,4%.

Para pelaku pasar ‘bertaruh’ suku bunga acuan The Fed akan naik 75 hingga 100 basis poin (bp) pada pertemuan minggu ini. Sebesar 82% optimis suku bunga naik 75 bp menjadi 3,00% - 3,25%. Sedangkan sesbanyak 18% yakin kenaikan sebesar 100 bp menjadi 3,25% - 3,50%.


Kenapa kenaikan suku bunga mengkhawatirkan?

Suku bunga dianggap lawan sepadan dalam melawan inflasi atau deflasi. Ini adalah senjata moneter yang digunakan para bank sentral.

Kala inflasi memanas, suku bunga akan dinaikkan untuk mengurangi uang beredar di masyarakat. Ketika suku bunga acuan naik, akan diikuti oleh bunga deposito dan kredit. Harapannya masyarakat lebih memilih menaruh uangnya di bank dan memperlambat konsumsi. Sehingga kenaikan harga barang secara umum atau inflasi dapat mereda.

Sebaliknya ketika deflasi, suku bunga akan diturunkan untuk menjadi triger konsumsi. Soalnya suku bunga deopsito dan kredit akan ikut turun.Deposito akan menjadi tidak menarik dibandingkan konsumsi.

Saat ini inflasi dunia sedang berada di posisi puncak. Contohnya saja AS yang inflasinya mencapai puncak tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Bahkan lebih tinggi dari krisis dan boom minyak pada 2008. Kenaikan suku bunga agresif pun dipilih untuk memadamkan inflasi yang terlampau panas bagi ekonomi negara.

Namun, kebijakan moneter ini diiringi oleh kecemasan dari perlambatan ekonomi. Sebab inflasi kali ini sifatnya cost push inflation. Apa itu?

Artinya inflasi didorong oleh biaya input yang mahal. Fenomena ini karena tingginya harga komoditas penting dunia seperti minyak, batu bara, tembaga, timah, hingga nikel. Akibatnya biaya produksi menjadi mahal sehingga harga jual akhir juga naik.

Dampak ketika suku bunga naik adalah turunnya volume permintaan karena biaya kredit yang tinggi dan bukan harga. Sehingga harga jual tetap tinggi tapi volume permintaan akan turun. Akibatnya ekonomi bisa menjadi lesu karena daya beli yang turun. Ujung-ujungnya pertumbuhan ekonomi yang menjadi korban.


Agenda Makro Global Pekan Ini

Inflasi konsumen Jepang Agustus – 20 September 2022 (pukul 06.30 WIB)

Inflasi produksi Jerman Agustus – 20 September 2022 (pukul 13.00 WIB)

Pembangunan rumah baru Amerika Serikat Agustus – 20 September 2022 (pukul 19.30 WIB)

Penjualan rumah Amerika Serikat Agustus -21 September 2022 (pukul 21.00 WIB)

Pengumuman suku bunga acuan Amerika Serikat – 22 September 2022 (pukul 01.00 WIB)

Pengumuman suku bunga acuan Jepang – 22 September 2022 (pukul 10.00 WIB)

Pengumuman suku bunga acuan Inggris – 22 September 2022 (pukul 18.00 WIB)

Klaim Pengangguran awal Amerika Serikat – 22 September (19.30 WIB)

Indeks Keyakinan Konsumen Inggris - 23 September 2022 (06.00 WIB)

PMI Manufaktur Awal Amerika Serikat – 23 September (20.45 WIB)


Sentimen Nasional

Inflasi Bisa Tembus 6,2% pada September, Bagaimana Sikap ‘Geng Thamrin’?

Bank Indonesia juga akan mengumumkan kebijakan moneternya terutama terkait suku bunga acuan sesaat setelah The Fed.

Investor menanti respon Geng Thamrin atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi yakni Pertalite dan Solar. Sebagai catatan, harga Pertalite naik menjadi Rp10.000 dari Rp7.650 per liter. Sedangkan solar subsidi naik menjadi Rp6.800 dari Rp5.150 per liter.

Akibat kenaikan harga BBM subsidi akan mengungkit laju inflasi konsumen Indoneia. Menurut laporan Bank Indonesai, hingga pekan kedua September inflasi naik 0,77% month-to-month. Bensin menjadi pnyumbang inflasi terbesat dengan 0,66% mtm. Kemudian diikuti oleh telur ayam ras sebesar 0,03% (mtm), beras dan tarif angkutan dalam kota masing-masing sebesar 0,02% (mtm),

Selanjutnya tarif angkutan antar kota, rokok kretek filter, dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pun memproyeksikan kenaikan inflasi bulanan Indonesia pada September akan naik 1,38% mtm gegara harga bensin yang mkain mahal. Padahal pada Agustus terjadi deflasi 0,21% mtm dan secara tahunan melandai menjadi 4,69% dari 4,94%.

Jika proyeksi dari Kemenkeu menjadi kenyataan, inflasi tahunan Indonesia akan mencapai 6,2% yoy pada September.


Ditambah dengan potensi The Fed yang masih akan agresif dalam menaikkan suku bunganya sehingga selisih suku bunga antara BI dan The Fed hanya akan berjarak 25 basis poin saja, berpotensi terjadi outflow.

Oleh karena itu pasar melihat kenaikan suku bunga Bank Indonesai mungkin terjadi dan akan membuat pasar saham mendapat guncangan dalam jangka pendek.

Indikator Ekonomi Indonesia

Lalu, bagaimana strategi trading saham pada pekan ini?


Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.


Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.


emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.




Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

13 Mar 2024, 15:55 WIB
article
ArtikelInsight

Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

19 Feb 2024, 14:10 WIB
article
ArtikelInsight

Kembangkan Bisnis FTTH, ISAT Akuisisi Pelanggan MNC Play

21 Nov 2023, 12:01 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kinerja Marketing Sales Emiten Properti di Kuartal III/2023, Siapa Juaranya?

24 Okt 2023, 17:14 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi