TERBAJAK
8 Sep 2022, 11:34 WIB
Bagikan
Loader TERBAJAKTERBAJAKTERBAJAK
By Ellen May 

Pernahkah, dalam hidupmu, kamu merasa yang paling sial, paling susah, paling menderita sedunia? Apa pun penyebabnya, apapun masalahnya, bikin kamu jadi berputar-putar di situ saja.

Saham rugi, saham nyangkut
Dagangan sepi
Badan lagi nggak enak / keluarga lagi ada yang sakit
Hubungan dengan pasangan / anak bermasalah
Nilai sekolah berantakan
Diputus pacar
Dipecat
Terlilit utang
You mention it…….. Tambahkan sendiri daftarnya.

Tiap ketemu orang, seringkali kita mengeluhkan problem yang terus diceritakan berulang-ulang, dan banyak orang berhati baik, juga bijaksana, memberikan saran-saran dan solusi buat kita. Namun, seakan saran-saran tersebut juga nggak bisa dilakukan. Mental. Sulit dilakukan. Tak masuk akal. Kalaupun dilakukan, yah muter lagi di situ-situ lagi. Masalahnya kaya nggak pergi-pergi.



Ada juga yang malah jadi menyalahkan orang lain karena menganggap sarannya nggak mujarab setelah kita menganggap bahwa kita melakukannya dengan baik.

“Yah, gara-gara dia aku makin rugi di saham.”
“Yah, dia mah ga ngerasain, bisnis itu susah.”
“Yah pokoknya aku ga akan berhasil, pokoknya! Caranya tuh nggak mempan.”
“Lha terus gimana lagi, ini kan salah dia yang kasi tau aku, jadi aku makin stres…”
Dan seterusnya…

Outside in.

Begitulah, banyak di antara kita menjalani hidup ini. 

Semua yang terjadi di luar diri, bisa membajak tubuh, perasaan, dan pikiran yang berada di dalam diri sendiri. Solusi pun dicari dari luar diri kita, dengan terus bertanya, gimana ya ini, gimana ya itu?

Iya sih… untuk mengubah apa yang ada di dalam diri kita, kita membutuhkan referensi dari luar. Namun, yang memutuskan untuk kita bisa berubah dan keluar dari lingkaran setan permasalahan adalah diri kita sendiri. Mengapa?

Karena problem / masalah itu tidak ada di luar. Problem / masalah itu letaknya di dalam diri kita sendiri, dalam pikiran kita sendiri, dalam perasaan kita sendiri.

Nggak salah? Itu yang bikin aku menderita kan…
  • Harga saham anjlok, rekomendasi si itu tuh yang salah
  • Aku diputus sama dia, dia yang bikin aku sakit hati
  • Bisnis aku sepi kan karena pandemi (atau endemi atau apapun alasannya)
  • Aku ditipu orang kan karena tuh orang yang jahatin aku
Ketika kita terus meletakkan kendali hidup kita pada orang lain / situasi di luar kita, maka kita akan selamanya… selama hidup kita, sulit untuk benar-benar bahagia.

Bahkan, bahagia dan fulfillment yang didapatkan pun akan menjadi semu dan temporer, yang juga dipenuhi dari luar. Banyak yang mencoba menyembuhkan sakit parah dengan “panadol” aja. Misalnya, 

  • Dengan mati-matian mengejar kekayaan
  • Drugs & alkohol untuk membuat happy sesaat
  • Gambling (termasuk trading saham tanpa pengendalian diri dan tanpa aturan)
  • Jalan-jalan, healing-healing, makan-makan, minum-minum…
  • Cari cewe (dan cowo) buat senang-senang
Dan banyak hal lain yang menjadi distraksi untuk mengalihkan diri dari kekosongan hati.

Kaya itu baik, tapi mengejar kekayaan untuk menutup kebutuhan terdalam dari batin yang terluka, sungguh adalah kesia-siaan dalam hidup. Jalan-jalan itu baik, tapi tidak juga bisa menjadi solusi luka hati.

Apakah kamu merasa / pernah merasa bahwa dirimu terbajak oleh emosi dan masalah?

Kalau mau jujur, semua dari kita pernah. Namanya juga manusia.

Aku pun juga… pernah terbajak dengan berbagai problematika sepanjang aku hidup.

Waktu sekolah aku terbajak dengan nilai-nilai sekolah dan pencapaianku. Nilai 80 dan 100, membandingkan diri dengan teman lain, menjadi hal penting dan membuatku emosi.

Waktu aku ABG dan mulai tertarik dengan lawan jenis, aku terbajak dan emosi ketika cinta monyetku berpaling ke lain hati.

Waktu aku berkeluarga, emosiku sempat terbajak, dengan obsesiku untuk pencapaian / prestasi anak-anakku, dan segala kegilaan perfeksionisme lainnya.

Waktu aku berinvestasi saham, emosiku sempat terbajak, pada krisis besar 2008 yang menghapus 50% dari portofolioku.

Waktu papa mamaku sakit, emosiku sempat terbajak oleh fokus untuk menyembuhkan sehingga lupa untuk menikmati waktu.

Waktu mereka berpulang, akal sehatku pun terbajak akan penyesalan karena aku tak memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin untuk mencintai dan bersenang-senang dengan mereka, alih-alih ngotot dengan usaha kesembuhan yang membuat kedua pihak jadi stres.
Aku bersyukur, kini aku menyadari bahwa kita bisa menjadi kendali atas emosi kita dan lepas dari pembajakan emosi yang melumpuhkan akal sehat.

Gimana caranya?

Gimana supaya bisa hidup inside out?


Gimana caranya bisa tenang dan menjadi pemenang, apapun permasalahan yang terjadi? Kecil maupun besar, bahkan problema besar pun bisa menjadi kecil dengan hidup inside out.

Jawaban dari pertanyaan ini bisa jadi panjang, dan lebar… bisa jadi artikel lain dan bahkan jadi 1 buku. Tapi untuk bikin kamu lega, aku akan bagiin 1 poin paling utama yang menjadi solusi bagiku dalam menjalani hidup inside out yaitu:

Penerimaan.

Penerimaan? Maksudnya gimana? 

Yah, terima aja dulu. Apa yang terjadi dalam hidup ini. Apa yang sedang kita alami. Baik, buruk, amarah, kecewa, ketakutan… apa pun itu. Karena ketika kita menerima, tidak ada lagi penolakan, maka 1 angin ribut dalam hati kita sudah bisa diredakan.



Ok, aku sudah menerimanya. Lalu apa lagi yang sebaiknya aku lakukan?

Terima lagi.

Maksudnya? Angin ribut itu, biasanya bukan cuma 1 penyebab. Biasanya, ketakutan, kemarahan, kekecewaan yang muncul hanya merupakan symptom alias gejala penyakit. Misalnya, orang sakit Covid, gejalanya demam. Padahal penyebabnya virus, bukan demam itu sendiri. Paracetamol hanya meredakan demamnya, bukan mengusir virusnya.

Jadi apa yang diterima? Dicari dong… dicari terus, apa saja “angin ribut” yang berisikin kepala dan pikiranmu? Apa yang membuat problem itu menjadi penting? Kenapa kita memikirkan itu? Apa akibatnya jika kekuatiran itu terjadi? Apa akibat terburuknya dan kenapa kita takut dengan akibat tersebut? Kalau itu terjadi, kenapa itu penting? Begitu terus…

Penting sekali untuk menulis, sekecil apa pun angin ribut yang ada dalam pikiran kita. Karena tanpa menyadari, kita tidak bisa menerima. Aku bingung, gimana caranya nulis, isi pikiranku ini?



Awalnya, aku juga bingung. Namun setelah aku berlatih, ternyata aku cuma perlu 1 hal untuk bisa memiliki awareness, yaitu: jujur pada diri sendiri. Tidak membatasi diri, akan manifestasi yang mungkin terjadi, seperti menangis misalnya.

Berikutnya, hargai / apresiasi bahwa kita sudah berani jujur pada diri sendiri dan menjadi vulnerable. Kapan terakhir kali kita memuji diri sendiri, berterima kasih dan meminta maaf pada diri sendiri? Kapan terakhir kali kita memeluk diri sendiri? Bahkan, apresiasi segala yang sudah terjadi mau salah mau benar, diri kita berharga. Bukankah Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk yang paling mulia? Namun kenyataannya, diri kitalah yang seringkali paling kejam dan menyakiti diri dengan mengatakan, 

  • “I am sucks”
  • “I am not good enough”
  • “Aku udah salah ini / itu”
  • “Aku tak sebaik dia”
  • Dan kata-kata kejam lainnya buat diri sendiri

OK. What’s next?

Sabar. Sudah… itu dulu, menyadari, menerima, dan mengapresiasi dijalani dulu. 3 hal ini membuat inner child kita tidak lagi memberontak untuk minta diperhatikan. Dengan berdamai dengan diri sendiri, maka diri kita tak lagi terbajak oleh emosi (amygdala, otak reptil, otak mamalia) dan informasi bisa sampai ke neokorteks (otak modern manusia), dan eh… tau-tau, solusi muncul sendiri, dengan hati yang gembira.

Dicoba dan dipraktikkan ya… untuk step berikutnya, semoga bisa berproses dan ber-progress ya. Aku juga masih belajar.

Step berikutnya, aku bagikan di artikel berikutnya ya….

Be happy
Ellen May.

________________

Kebebasan dan pertumbuhan finansial, bukan karena pintar berhitung dan mengelola duit / bisnis, namun dipengaruhi lebih banyak dari faktor psikologis. 


Juga, bertumbuh dalam hidup ini bukan hanya soal finansial, namun juga kepenuhan hidup secara utuh, bahagia sejati dan bukan karena distraksi. 


Karena kesadaran inilah maka saya, Ellen May nggak cuma akan sharing tips investasi saham dan finansial, dan mulai akan lebih banyak berbagi mengenai hidup yang menjadi akar dari sehat 360*. 


Semoga bermanfaat ya… Share pendapatmu tentang artikel ini, bisa melalui DM ke akun Instagram @ellenmay_official.


Bagikan