Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Lagi Musim Inflasi Tinggi, Begini Update Ekonomi Indonesia Semester I/2022

13 Agu 2022, 14:02 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Setelah Sri Lanka mengalami kebangkrutan, banyak yang khawatir dan bertanya-tanya apakah Indonesia ada potensi gagal bayar yang berujung pada krisis ekonomi? Untuk menjawabnya, mari kita simak sama-sama update data makro dalam negeri pada semester I/2022. Benarkah perekonomian kita akan menjadi sedikit challenging atau justru sebaliknya?

Cadangan Devisa

Cadangan devisa Indonesia per Juli 2022 masih tercatat surplus di angka US$132,2 miliar. Hal ini didorong oleh faktor kenaikan harga komoditas yang menguntungkan Indonesia sebagai negara produsen batu bara dan CPO terbesar. Maka dari itu Indonesia mengantongi sisa uang yang cukup banyak dari cadangan devisa.

Namun jika diperhatikan cadangan devisa kita sebenarnya mengalami tren penurunan sejak bulan September 2021. Penurunan ini terjadi karena ada pelemahan pada nilai tukar rupiah, imbas dari naiknya suku bunga The Fed. Kemudian Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi untuk menjaga kestabilan rupiah menggunakan cadangan devisa, sehingga terjadi penurunan.

Hal tersebut tersebut tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Sebab cadangan devisa sampai bulan Juli 2022 masih dalam range standar dari World Bank. Secara rata-rata persentase masih dikategorikan cukup aman karena cadangan devisa yang dimiliki masih mampu membiayai kebutuhan impor selama 6 bulan.

Baca juga: Apa itu Harga Teoritis Right Issue?

GDP (Gross Domestic Product)


GDP atau PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia naik menjadi 5,44% pada kuartal II-2022 dan sudah konsisten naik selama 4 kuartal terakhir di saat GDP Amerika Serikat (AS) justru menurun selama dua kuartal. Ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia masih cukup solid dan sedang memasuki masa recovery pasca pandemi Covid-19.  

Inflasi


Seperti yang kita tahu, inflasi menjadi salah satu objek yang ramai diperbincangkan dalam ekonomi global selama beberapa bulan terakhir, terutama di AS dan Eropa yang meroket. Inflasi di Indonesia sendiri juga mengalami kenaikan menjadi 4,94% per Juli 2022 hanya saja tidak sesignifikan inflasi di AS sebesar 8,5% per Juli 2022.

Meskipun naik, yang perlu diperhatikan adalah inflasi inti atau core inflation Indonesia yang merupakan benchmark yang dipakai BI dalam hal menerapkan kebijakan moneter. Alasan utama mengapa BI terus menahan suku bunga di angka 3,5% berkaitan dengan core inflation sebesar 2,86% yang masih terjaga di bawah suku bunga BI. Oleh sebab itu hal tersebut dirasa belum terlalu mendesak dan belum menjadi prioritas utama BI.

Baca juga: Begini Ciri-Ciri Laporan Keuangan Emiten yang Bagus

Posisi Indonesia Dibandingkan Negara ASEAN


Menjawab pertanyaan apakah Indonesia akan senasib dengan Sri Lanka, kita perlu membandingkan beberapa indikator terlebih dahulu, terutama debt/GDP. Debt/GDP atau utang dibandingkan dengan GDP adalah indikator yang menunjukkan suatu negara dalam kondisi yang mengkhawatirkan dari sisi utangnya.

Berdasarkan data di atas, debt/GDP Indonesia masih di level 38,50%, salah satu yang terendah setelah Brunei 2,30%. Sementara itu negara lain seperti Malaysia, Filipina, dan Singapura, angkanya cukup besar melebihi 60%.

Dengan alasan tersebut, Indonesia masih tergolong aman dari sisi debt/GDP yang konsisten di level yang cukup rendah. Jadi kita tidak perlu khawatir karena risiko gagal bayar utang Indonesia sangat rendah.

Baca juga: 7 Rekomendasi Buku untuk Belajar Saham, Yuk Baca Sekarang!

Valuasi IHSG


Sebelum masuk market pasti hal yang pertama kali kita cari adalah valuasi indeks atau saham. Saat ini valuasi IHSG masih di PE 15,5x. Angka ini jauh lebih murah daripada Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq. Nasdaq secara year-to-date sudah turun sekitar 20% tetapi valuasinya masih mahal di 42,3x.

Sedangkan beberapa negara di Kawasan Asia Tenggara secara PER masih cukup oke. Sehingga perbedaannya tidak terlalu signifikan dengan IHSG. Namun mengacu pada poin sebelumnya, Singapura memiliki debt/GDP yang sangat besar. Begitu juga dengan Vietnam yang valuasi indeksnya cukup murah tetapi risiko gagal bayar utangnya juga tinggi di sekitar 46,7%.

Baca juga: Berapa EPS Saham yang Bagus? Pelajari Pengertiannya Dulu di Sini!

Foreign Flow


Data berikutnya yang perlu diperhatikan adalah cumulative foreign flow di mana terlihat modal asing yang masuk cukup besar dan terus mengalami peningkatan sejak tahun 2021. Kemudian bulan Mei lalu menjadi level tertinggi dari net foreign flow meskipun jika diperhatikan belakangan ini asing sudah mulai banyak yang sell.

Namun dibandingkan dengan setahun terakhir, asing masih cukup dominan di pasar ekuitas dalam negeri. Hal ini didorong oleh faktor makro fundamental Indonesia yang masih cukup solid. Selain itu sebagai negara produsen komoditas Indonesia juga sangat diuntungkan dari booming komoditas imbas isu geopolitik Ukraina-Rusia.

BACA JUGA: Summary Cuantastik Mencari Saham Value Investing dari Second Liner

Itulah update data makroekonomi Indonesia per semester I-2022. Kesimpulannya adalah posisi perekonomian Indonesia sampai periode ini masih sangat solid. Oleh karenanya tidak perlu khawatir soal resesi atau gagal bayar utang yang kemungkinannya sangat kecil.

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Pakai promo bulan Agustus beli VIP member 12 bulan GRATIS 5 bulan, total dapat 17 bulan! Berlaku untuk new member dan perpanjangan membership. Buruan! Karena kuota terbatas hanya untuk 17 orang pertama setiap harinya! Klik link di bawah ini dan ketik kode promo: MERDEKA.

 Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

 -RE-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.






Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Inflasi Turun Jadi 2,57% di Januari 2024, Simak Dampaknya ke Saham

1 Feb 2024, 15:05 WIB
article
ArtikelInsight

Dampak Suku Bunga BI yang Ditahan Saat The Fed Masih Berpotensi Hawkish

22 Sep 2023, 16:01 WIB
article
ArtikelInsight

Dampak Ketentuan Suku Bunga LPR China ke Saham Indonesia

23 Agu 2023, 11:24 WIB
article
ArtikelInsight

Keruntuhan SVB: Apa yang Sebenarnya Terjadi dan Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?

17 Mar 2023, 14:39 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Telegram
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi