Sektor Banking 101 : Pemahaman dan Cara Analisisnya
https://emtrade.id/blog/9100/sektor-banking-101--pemahaman-dan-cara-analisisnya
Sektor Perbankan merupakan sektor yang paling berpengaruh di Bursa Indonesia, berdasarkan data Bloomberg, kontribusi sektor perbankan (Banking) ke IHSG mencapai 29%, atau yang tertinggi dibanding sektor lainnya. Oleh karena itu, pertumbuhan sektor perbankan sangat berpengaruh terhadap kinerja IHSG, serta disebut sebagai leading indicator bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebagai Kreditur
Bank bisa menjadi tempat seseorang atau suatu perusahaan untuk menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan, deposito, giro, dan sebagainya untuk mendapatkan imbal hasil bunga.
Sebagai Debitur
Bank juga memberikan pinjaman bagi masyarakat atau perusahaan yang membutuhkan untuk modal usaha, membeli rumah, kendaraan motor, dan keperluan lainnya.
Penyedia Jasa Keuangan
Bank memberikan jasa layanan keuangan yang memudahkan masyarakatnya seperti fasilitas transfer, top up e-wallet, pembayaran berbagai tagihan, pembelian, dan sebagainya. Saat ini, berbagai bank saling bersaing menawarkan fitur layanan keuangan yang semakin lengkap dan menarik untuk masyarakat, bahkan di bank digital saat ini sudah ada yang menyediakan game dan fitur untuk money management. .
Memberikan Fasilitas Transaksi ke Luar Negeri
Bank juga memberikan fasilitas transaksi ke luar negeri menggunakan valas (valuta asing), baik transfer untuk keperluan pribadi maupun bisnis, misalnya untuk keperluan bisnis ekspor dan impor.
Menjadi Tempat Investasi
Bank bisa menjadi tempat untuk investasi juga seperti di deposito dan instrumen investasi lainnya. Saat ini, Bank banyak berkolaborasi dengan penyedia instrumen lain seperti reksadana, saham, dan sebagainya.
Model Bisnis Perbankan
Bisnis model dari perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat yang diberi nama Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK bisa bersumber dari uang yang ditabung oleh masyarakat dan deposito.
DPK oleh bank dicatat sebagai utang atau liabilitas di balance sheet, karena DPK bukanlah aset murni milik bank. Jadi, bank punya kewajiban untuk mengembalikan DPK beserta bunganya. Jadi, cukup wajar jika tingkat utang bank cukup tinggi karena memang bisnis model bank adalah mengelola utang.
DPK yang terkumpul tersebut biasanya akan dikelola oleh bank untuk disalurkan sebagai kredit kepada debitur. Kredit inilah yang akan dicatat bank di balance sheet sebagai aset karena akan menghasilkan pendapatan bunga bagi bank.
BACA JUGA: 4 Jenis Rasio Saham bank yang Wajib Kamu Ketahui
Bagaimana Cara Bank Menghasilkan Keuntungan?
Cara bank meraih keuntungan ada dua yaitu, sebagai berikut :
Pendapatan Bunga
Masih berhubungan ke bisnis model perbankan, pendapatan bunga biasanya jadi yang paling berkontribusi ke pendapatan bank. Pendapatan bunga didapatkan dari selisih bunga kredit dikurangi beban bunga tabungan dan deposito.
Pendapatan Bunga = Bunga Kredit - Beban Bunga Tabungan & Deposito
Fee Based Income (Pendapatan Non Bunga)
Selain dari pendapatan bunga, perbankan juga bisa mendapatkan keuntungan dari pendapatan non bunga (fee based income). Ini bisa didapatkan dari layanan jasa keuangan perbankan seperti biaya administrasi, biaya transfer, biaya penanganan, dll
Lalu, Apa Kriteria Saham Perbankan Yang Baik?
Berdasarkan metode EAGLE yang merupakan singkatan dari Earning Ability, Asset Quality, Growth Rate, Liquidity, dan Equity, kriteria saham perbankan yang baik dan sehat dibagi menjadi 5 hal sebagai berikut :
Earning Ability
Kriteria bank yang baik adalah yang punya kemampuan mendapatkan keuntungan atau earning ability. Karena pada dasarnya, sebagai investor kita menaruh harapan untuk dapat untung dari saham yang kita punya.
Earning ability dalam perbankan bisa kita lihat berdasarkan net interest margin (NIM). Bank yang baik biasanya memiliki NIM positif dan selalu bertumbuh. Semakin besar NIM akan semakin bagus karena berdampak pada profitabilitas yang akan semakin solid.
Asset Quality
Kriteria saham bank yang baik kedua adalah berdasarkan kualitas asetnya, karena aset bank itu berdasarkan penyaluran kreditnya, maka untuk menilai penyaluran kredit itu punya kualitas yang baik dan minim risiko, kita bisa lihat dengan rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL).
Nilai NPL bank yang bagus biasanya kita bandingkan dengan rata-rata industri, semakin kecil NPL atau dibawah industri, maka kualitas aset bank tersebut semakin bagus, karena risiko kredit macetnya kecil.
Growth Rate
Sebagai investor kita pasti mau saham yang dipunya selalu bertumbuh positif, oleh karena itu growth rate jadi satu indikator penting sebagai kriteria saham bank yang baik. Dalam mengukur growth rate ada dua cara berdasarkan model bisnis perbankan yaitu sebagai penghimpun dana dan penyalur kredit.
Perbankan sebagai penghimpun dana yang baik, bisa dilihat pada pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) atau Deposit Growth. Semakin besar tingkat pertumbuhan DPK dan Deposit Growth menunjukkan dana kelolaan bank yang besar, sehingga potensi dana yang bisa disalurkan untuk kredit pun banyak.
Kedua, perbankan sebagai penyalur kredit yang baik, bisa kita lihat pada pertumbuhan kredit atau Loan Growth. Semakin besar tingkat loan growth, menunjukkan perbankan yang semakin ekspansif menyalurkan kredit.
Liquidity
Kriteria saham bank yang baik selanjutnya adalah harus punya likuiditas yang cukup. Hal ini penting kita perhatikan karena likuiditas menentukan seberapa mampu bank dalam memenuhi kewajibannya.
Menilai likuiditas yang baik atau cukup dalam perbankan, bisa dilihat pada Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan dengan deposito. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditas bank semakin rendah.
Lalu berapa nilai LDR yang baik? LDR yang baik adalah di level moderat, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah pula. Menurut standar Bank Indonesia (BI), LDR ditetapkan dengan standar batasan LDR yang baik di level 78% sd 92%.
Equity
Kriteria selanjutnya adalah saham bank harus punya struktur permodalan atau equity yang kuat. Ini bisa kita lihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR), nilai CAR semakin tinggi, semakin baik bagi struktur permodalan bank. CAR juga berguna untuk menampung risiko kerugian yang memungkinkan dihadapi bank ke depan.
Nilai CAR yang harus dimiliki bank, menurut standar BI minimal adalah 8%. Namun, jika bisa minimal sama dengan atau diatas rata-rata industri sektor perbankan. Menurut OJK, per Maret 2022 untuk CAR industri perbankan rata-rata berada di level 26%.
Kira-kira menurut emtraders saham bank apa saja ni yang memenuhi kriteria EAGLE? Mau tahu peluang trading dan investasi saham bank secara praktis? yuk upgrade ke VIP member Emtrade.
Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
-TN-
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.
https://emtrade.id/blog/9100/sektor-banking-101--pemahaman-dan-cara-analisisnya
Laba Bersih vs Arus Kas, Mana yang Lebih Penting?
Saham Bank Umum vs Daerah, Mana yang Lebih Bagus?
Begini Cara Kerja Bisnis Properti dan Faktor Penggeraknya!
4 Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti, Saham Bank Kamu yang Mana?
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2023, PT Emtrade Teknologi Finansial