Sektor ritel merupakan aktivitas bisnis yang melibatkan penjualan barang atau jasa kepada konsumen dalam jumlah satuan ataupun eceran. Konsumen yang membeli produk atau jasa eceran ini tentunya memiliki tujuan untuk mengkonsumsinya atau menggunakannya secara pribadi dan tidak akan menjualnya kembali.
Disisi lain, bisnis sektor ritel dikenal juga dengan istilah bisnis eceran, di mana ritel berperan sebagai perantara pemasaran yang menghubungkan produsen utama atau grosir besar dengan konsumen yang membeli dalam jumlah kecil maupun dalam bentuk satuan. Setelah membeli barang dari suatu kelompok entitas bisnis yang lebih besar, pengecer atau retailer akan menjual kembali barang tersebut dengan menetapkan tambahan harga tertentu untuk memperoleh profit.
Macam-macam perusahaan ritel
Perusahaan di sektor ritel memiliki beberapa jenis dalam hal produk yang dijualnya. Di Indonesia, tipe-tipe bisnis ritel tergolong sebagai berikut:
Fashion dan Appareal. Sektor segmen bisnis ini biasanya menjual produk-produk yang berkaitan dengan kebutuhan dasar pakaian. Beberapa saham yang tergolong dalam segmen ini adalah PT. Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI), PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS), dan PT. Matahari Department Store Tbk. (LPPF).
BACA JUGA: 5 Saham Ritel yang Dapat Berkah dari Lebaran
Elektronik. Sama halnya dengan bisnis ritel lainnya, segmen bisnis ini lebih menjual produk yang berkaitan dengan barang elektronik mulai dari Smartphone, Laptop, Kulkas, TV, Mesin Cuci, dan lainnya. Beberapa contih saham yang tergolong dalam segmen ini adalah: PT. Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA), PT. Electronic City Tbk. (ECII), dan sebagainya.
Bahan bangunan dan supermarket furnitur. Segmen bisnis ritel ini lebih menjual produk yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga seperti perlengkapan tidur, perlengkapan mandi, alat masak, dan sebagainya. PT. Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) dan PT. Catur Sentosa Adiprana Tbk. (CSAP) merupakan contoh saham yang tergolong dalam industri ini.
Minimarket dan Supermarket. Segmen bisnis ritel ini merupakan segmen yang paling banyak kita lihat di sekeliling kita. Contohnya PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), PT Hero Supermarket Tbk. (HERO), PT. Supra Boga Lestari Tbk. (RANC), dan PT Indoritel Makmur Internasiona Tbk. (DNET).
Kriteria saham Ritel yang Baik
Bagaimana cara menemukan saham di sektor ritel yang baik? Berikut 4 parameter penting dalam menganalisis emiten di sektor ritel:
Margin Kotor yang Kompetitif
Meski wajar apabila perusahaan menerapkan porsi keuntungan yang maksimal, namun dalam industri ritel yang tergolong dalam pasar persaingan sempurna maka penentuan margin untung merupakan faktor krusial yang perlu diperhatikan.
Misalnya. Untuk mendapatkan suatu produk kitchen set biasanya perusahaan penyedia furnitur bisa saja memberikan margin untung sebesar 30%. Namun bisa jadi perusahaan tersebut akan mengalami penurunan penjualan apabila ada kompetitor lain yang dapat menjual produk yang sama dengan margin untung yang lebih rendah, katakan 15%. Maka dari itu, margin yang terlalu tinggi, (meski menguntungkan) dapat menciptakan risiko penurunan market share yang dalam jangka panjang tidak terlalu baik bagi suatu perusahaan.
Inventory Turnover yang cepat
Seperti penjelasan di awal, bisnis ritel biasanya akan membeli barang dari suatu kelompok entitas bisnis yang lebih besar, dan pengecer atau retailer akan menjual kembali barang tersebut dengan menetapkan tambahan harga tertentu untuk memperoleh profit. Nah, barang yang dibeli tersebut akan dijadikan inventori suatu perusahaan yang siap untuk dijual
Artinya, jika inventori suatu emiten ritel mengalami stuck, bisa diartikan bahwa produk yang dijual tidak laku. Begitu juga bila inventori perusahaan mengalami perputaran yang cepat, maka ini mengindikasikan bahwa produk yang dijual oleh perusahaan disukai oleh masyarakat atau mengalami permintaan yang tinggi.
Untuk mengukur tingkat perputaran inventori inilah, maka penting bagi investor mengukur rasio inventory turnover. Untuk mengetahui rasio inventory turnover, investor hanya perlu membagi harga pokok penjualan (HPP) dengan rata-rata inventori perusahaan. Semakin cepat rasio turnover, maka akan semakin bagus bagi perusahaan.
Manajemen biaya operasional yang efektif
Efektivitas manajemen dalam mengatur biaya operasional juga merupakan hal yang penting bagi sektor ritel yang dikenal memiliki margin untung yang terbatas. Jika beban operasional meningkat, maka besar kemungkinan bahwa margin bersih untung akan semakin mengecil. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan paramater Selling, General, & Administration Expense to Sales (SG&A/Sales). Semakin kecil rasio ini, maka semakin efektif pengelolaan bisnis ritel tersebut.
Pertumbuhan gerai atau outlet yang solid, diikuti oleh pertumbuhan pendapatan yang solid.
Untuk mendapatkan pendapatan yang konsisten, serta peningkatan market-share yang positif, maka pembukaan gerai tiap tahunnya seharusnya menjadi agenda wajib bagi emiten di sektor ritel.
BACA JUGA: 7 Metode Valuasi Saham secara Fundamental
Meski demikian, tumbuhnya gerai apabila tidak diikuti oleh pertumbuhan penjualan yang sehat justru bukanlah keadaan yang diharapkan oleh perusahaan. Apabila pertumbuhan gerai tidak sebanding dengan penjualan emiten tiap tahunnya, maka ini mengindikasikan bahwa perusahaan gagal dalam menjaga level operasionalnya.
Apakah Prospek Bisnis sektor Ritel Cerah?
Dengan jumlah masyarakat Indonesia yang besar, serta pertumbuhan ekonomi nasional yang terus bertumbuh tentunya memberikan gambaran besar bagi sektor ritel untuk terus berkembang kedepannya.
Bisnis ritel tentunya sangat berkaitan dalam kehidupan sehari-hari kita. Maka pentingnya daya beli masyarakat yang solid akan menjadi kontributor utama bagi sektor ritel untuk terus tumbuh di masa yang akan datang. Semakin bagus pendapatan masyarakat, maka akan semakin bagus pula prospek kinerja dari sektor ritel.
Mau dapat real-time trading signal serta alasan jual-belinya?
Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
-WS-
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.