Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Peluang Sektor Pulp & Paper Setelah China Reopening

11 Jul 2022, 17:38 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

China merupakan negara dengan permintaan pulp & paper terbesar di dunia, dimana pada tahun 2021 China mengimpor wood chips, salah satu bahan baku pembuatan kertas sebesar 35 juta m3, atau setara dengan 56% impor wood chips dunia.

Meskipun sejak tahun 2008 China cukup agresif dalam ekspansi kapasitas pabrik industri pulp & paper nya, menurut Rabobank China masih bergantung pada pulp impor yang mencapai 60% dari permintaan.


BACA JUGA: Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

Sehingga tak heran ketika kebijakan lockdown di China yang ‘flip-flop‘ selama beberapa kuartal terakhir menjadi sentimen yang cukup signifikan bagi sektor pulp & paper di Indonesia yang memiliki pangsa pasar terbesar ketiga dan keempat untuk industri pulp dan kertas di Asia. Tercermin pada harga saham TKIM dan INKP yang turun 19,5% dan 10,2% sejak awal tahun.

 

2 Kota Terbesar di China Mulai Reopening

Meski demikian, China kembali mengumumkan pelonggaran pembatasan mobilitasnya pada akhir Juni lalu dengan memotong waktu karantina pelancong internasional serta membuka kembali sekolah setelah Beijing dan Shanghai mencatatkan 0 kasus baru Covid-19.

Hal ini menjadi katalis positif bagi permintaan komoditas pulp & paper. Pasalnya, kedua provinsi tersebut adalah penyumbang terbesar perekonomian China. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh indeks PMI Manufaktur China yang tercatat diatas 50 untuk pertama kalinya pada Juni sejak Maret 2022 lalu, menandakan aktifitas manufaktur China yang mulai kembali ekspansif.



Penggunaan Bahan Ramah Lingkungan non-Plastik

Selain permintaan industri yang meningkat, konsumsi alat makan masyarakat yang berasal dari kertas juga berpotensi meningkat seiring dengan mobilitas yang membaik.

Pasalnya pada Januari 2021 lalu pemerintah China telah melarang seluruh restoran untuk menggunakan sedotan plastik sekali pakai dan toko-toko besar mengunakan plastik belanja. Tak main-main, pemerintah juga akan mengenakan sanksi berupa denda sebesar 10ribu hingga 100ribu yuan, atau setara dengan Rp22,3 juta – Rp223 juta bagi yang melanggar.

Hal ini tentu akan meningkatkan penggunaan alat makan dan kantong belanja yang berasal dari kertas sebagai alternatif ‘sekali pakai’ paling mudah didapat.

Selain itu, potensi permintaan produk kertas yang besar juga akan datang dari industri e-commerce sebagai pembungkus produk. Contohnya seperti Alibaba yang pada tahun 2020 menerima 2,3 juta pesanan perhari atau Anteraja di Indonesia yang per harinya dapat mengirimkan 1,3 juta paket. Industri e-commerce China diperkirakan akan tumbuh dengan CAGR 11,6% antara 2021 dan 2025 menurut GlobalData, sedangkan Google dan Temasek memperkirakan nilai gross merchandise value (GMV) Indonesia tumbuh dengan CAGR 20% antara 2021 hingga 2025. Mencerminkan potensi industri e-commerce yang akan terus bertumbuh dan mendorong permintaan packaging lebih besar.



Momentum Kuat untuk Penjualan Ekspor

Kinerja historis INKP dan TKIM menunjukan bahwa kontribusi penjualan ekspor relatif lebih besar dibandingkan penjualan domestik terhadap pendapatan tahunan perusahaan, dimana penjualan ekspor terbesar berasal dari regional Asia yang didominasi oleh China.

Di saat ini dimana ekonomi Regional Asia relatif tahan banting dibanding perekonomian negara barat seperti AS dan Eropa, WorldBank memperkirakan ekonomi Asia-Pasifik masih dapat bertumbuh 5,0% (vs 5,8% di 2021). Ekonomi Indonesia dan China sendiri diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 5,0% dan 5,1%, dibandingkan dengan ekonomi global yang pertumbuhannya melambat menjadi 2,9% (vs tahun sebelumnya 5,7%).

Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi INKP dan TKIM yang berpotensi masih akan mendapatkan momentum permintaan yang tinggi dari negara-negara tujuan ekspor utamanya di Asia, dalam pandangan kami.



Harga Pulp yang Melambung, Angin Segar bagi INKP & TKIM

Ditengah harga-harga komoditas yang melambung, komoditas pulp & paper juga mencatatkan kenaikan harga yang cukup signifikan. Menurut SunSirs, harga hardwood pulp China meningkat hingga 23,6% sepanjang tahun ini mencapai harga 6.600 renminbi per ton pada 10 Juli 2022. WestRock, salah satu produsen produk pulp & paper mencatatkan kenaikan harga jual rata-rata hingga 65% pada kuartal 2/2022 dibandingkan kuartal 4/2021 menjadi US$718 per ton.

BACA JUGA: Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

Meskipun INKP dan TKIM belum memberikan detail perolehan harga jual mereka, performa yang baik tercermin dalam kinerja kuartal 1/2022nya dimana pendapatannya masing-masing tumbuh 19,3% dan 11,6% dibandingkan kuartal pertama tahun sebelumnya. Bahkan capaian tersebut hampir mencapai level pendapatan kuartalan tertinggi yang pernah dicapai oleh INKP dan TKIM.



Risiko Investasi

Meskipun sektor pulp & paper memiliki prospek yang cukup meyakinkan di tahun ini, tetap investor perlu waspada terhadap beberapa risiko investasi yang bisa mengurangi potensi-potensi diatas.

1)     Kebijakan Zero-covid cases di China

Meskipun China telah mengumumkan reopening, kebijakan zero-covid cases yang masih dipertahankan memungkinkan sewaktu-waktu China kembali lockdown dan mengurangi potensi permintaan produk pulp & paper.

2)    Biaya Ekspor yang Tinggi

Tarif pengapalan antarnegara masih tercatat pada level yang cukup tinggi dibandingkan sebelum Covid, hal ini dapat membebani perusahaan yang memiliki orientasi penjualan ekspor.

3)    Biaya Produksi Meningkat

Meningkatnya komoditas energi berpotensi menjadi menekan margin perusahaan dengan biaya produksi yang memeningkat.

4)    Dividen Tidak sesuai Ekspektasi

INKP dan TKIM cukup dikenal dengan dividen yang relatif kecil, dimana secara historis TKIM hanya membagikan 19% dari laba bersihnya untuk dividen sedangkan INKP 19% saja. Sehingga investor cenderung memiliki ekspektasi potensi dividen kedepan yang tidak terlalu besar secara nominal.

 

Mau tau bagaimana valuasi INKP dan TKIM serta strategi investasi dan tradingnya? yuk upgrade ke VIP member Emtrade

Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-AVV-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
premium-iconArtikelSaham

Summary Kinerja Lapkeu Emiten Kuartal 2 2024

26 Jul 2024, 09:41 WIB
article
premium-iconArtikelInsight

Deretan Saham Big Caps yang Terdiskon, Mana yang Potensial?

18 Apr 2024, 16:47 WIB
article
premium-iconArtikelInsight

Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

13 Mar 2024, 15:55 WIB
article
premium-iconArtikelInsight

Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

19 Feb 2024, 14:10 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi