Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Suku Bunga BI Mau Naik, Gimana Efeknya ke Saham Bank?

8 Jul 2022, 17:57 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Melonjaknya inflasi telah mendorong Bank sentral di berbagai negara untuk mengetatkan kebijakan moneternya dengan kebijakan meningkatkan tingkat suku bunga dan mengurangi likuiditas. 


Seperti halnya dalam hasil meeting dalam dua bulan terakhir, The Fed secara agresif telah menaikkan suku bunga menjadi 1,75%. Serupa, Bank of England (BoE) juga sudah lima kali menaikkan suku bunga menjadi 1,25%. 



Kedua negara adidaya tersebut sama-sama menaikkan suku bunga karena inflasi yang tinggi bahkan tertinggi sejak 40 tahun yang lalu. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? 


Memasuki semester kedua 2022, Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga pada level terendahnya di 3,5%. Namun, potensi akan kenaikan suku bunga sudah makin tidak bisa dihindari lagi karena tingkat inflasi kita sudah naik ke 4,35% per Juni 2022. 


BACA JUGA: Deretan Saham Big Caps yang Terdiskon, Mana yang Potensial?


Meski nilai inflasi kita sudah lebih tinggi dibandingkan suku bunga acuan saat ini di 3,5%, inflasi inti kita ternyata masih bertahan di level 2,63%. Hal inilah yang mendasari BI untuk mempertahankan tingkat bunga saat ini, meski pasar mengharapkan agresivitas BI dalam menaikan suku bunga.


Keinginan pasar patut untuk dimaklumi, mengingat sejak satu bulan terakhir, nilai tukar Rupiah kita telah menyentuh level psikologis Rp15.000 per dolar AS. melemahnya nilai tukar juga diikuti oleh aksi jual investor non-residen (asing) sebesar lebih dari Rp10 triliun dalam 1 bulan terakhir. Hal ini menandakan bahwa meski inflasi inti masih rendah, namun desakan pasar agar BI menaikan suku bunga kian hari semakin kuat.








Dalam pandangan kami, seandainya BI menaikkan suku bunga di bulan Juli ini, maka ini tentunya akan lebih rasional dan berdampak positif ke pasar. Namun, ada juga risiko yang harus diwaspadai karena dalam periode kenaikan suku bunga acuan biasanya diikuti oleh adanya risiko sistematik ke kinerja sektor perbankan yang memiliki bobot besar terhadap indeks.


Kira-kira bagaimana dampaknya kinerja perbankan? 


Ditengah potensi kenaikan suku bunga acuan BI, sebenarnya perbankan telah menerapkan kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap mencapai 9% hingga September 2022. 


Ketika GWM naik, perbankan wajib menempatkan nilai GWM dari deposito pada BI jadi lebih tinggi, sehingga dampaknya ke penyaluran kredit porsinya akan lebih kecil. Alhasil, perbankan biasanya tidak akan terlalu kompetitif dalam menetapkan bunga deposito. 


Kembali pada skenario potensi kenaikan suku bunga acuan BI. Apabila BI menaikkan tingkat suku bunganya, maka ini akan diikuti oleh kenaikan pada suku bunga simpanan di bank, yang pada akhirnya akan mendorong kenaikan bunga kredit.


BACA JUGA: Adu Kuat Kinerja Big Bank Hingga November 2023


Dari sisi tabungan memang akan cenderung naik, namun yang paling kena dampaknya menurut kami, lebih ke sisi kredit. Mengapa? Karena dalam posisi saat ini bersamaan dengan kenaikan GWM, dimana porsi kredit berkurang, sedangkan suku bunga kredit naik. Alhasil, kredit bisa tertekan, kualitas kredit dan minat kredit masyarakat bisa turun. 


Dalam menghadapi risiko kenaikan suku bunga dan GWM ada baiknya bagi investor untuk lebih selektif dalam memilih saham perbankan. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan sebagai berikut : 

  1. Struktur Deposit

Perbankan yang kuat dalam menghadapi risiko kenaikan suku bunga dan GWM diharuskan memiliki struktur deposit yang kuat. Kita bisa melihat ini dalam rasio CASA (Current Account Saving Account)


Nilai CASA yang semakin tinggi akan semakin baik, karena bisa menurunkan Biaya Dana (Cost of Fund) yang harus dikeluarkan, sehingga operasional perbankan bisa lebih efisien. Menurut OJK, per akhir Maret 2022 secara rata-rata CASA industri perbankan sebesar 60,76% (Figure 5).  


Artinya, kita harus mencari saham perbankan yang punya CASA lebih tinggi atau minimal sama dengan industri agar bisa lebih tahan menghadapi risiko-risiko diatas.

 

  1. Struktur Permodalan 

Faktor kedua yang perlu diperhatikan adalah struktur permodalan yang terlihat dari rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), semakin tinggi nilainya tentunya akan semakin baik bagi struktur permodalan perbankan. Rasio CAR berguna untuk menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi perbankan. Menurut OJK, per akhir Maret 2022 untuk rasio CAR industri perbankan secara rata-rata berada di level 26% (Figure 5). .  


  1. Tingkat Likuiditas

Ketiga, yang perlu kita perhatikan selanjutnya adalah tingkat likuiditas dari perbankan yang bisa dilihat dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR yang baik adalah yang nilainya sesuai dengan standar BI dengan nilai LDR minimal 78% dan maksimal di 92%. LDR menjadi penting karena menunjukkan seberapa baik perbankan dalam mempertahankan dan menarik minat nasabah untuk kredit. 

 

  1. Kualitas Aset 

Faktor keempat yang perlu diperhatikan yaitu dari sisi kualitas aset, ini bisa kita lihat dari rasio NPL (Non Performing Loan). NPL menunjukkan rasio seberapa banyak kredit macet yang dihadapi perbankan, sehingga nilainya akan semakin bagus jika semakin kecil. Nilai NPL per akhir Maret 2022 menurut OJK berada di 3,1% (Figure 5).  


Artinya, kita sebagai investor jika mau cari perbankan yang punya kualitas aset bagus, kita pilih bank yang punya NPL paling tidak nilainya dibawah rata-rata industri. 


  1. Profitabilitas 

Terakhir yang kita perhatikan adalah profitabilitas, karena pada akhirnya sebagai investor pasti yang diharapkan keuntungan. Kita bisa lihat pada rasio NIM (Net Interest Margin). Nilai NIM semakin tinggi semakin bagus, secara rata-rata NIM industri perbankan per akhir Maret 2022 menurut OJK berada di level 4,7% (Figure 5)


Figure 5.  Banking Sector Summary (1Q22)



Kesimpulannya, risiko kenaikan suku bunga tahun ini kemungkinan besar memang akan terjadi, namun bukan berarti menjadi satu risiko yang tidak bisa dihindari bagi sektor perbankan. Kita masih bisa mencari tahu saham bank yang memiliki struktur deposit dan struktur permodalan kuat, tingkat likuiditas dan kualitas aset yang terjaga, serta profitabilitas yang solid. 


Mau tahu saham perbankan apa yang menarik untuk investasi? yuk upgrade ke VIP member Emtrade. 


Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-TN-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.




Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Deretan Saham Big Caps yang Terdiskon, Mana yang Potensial?

18 Apr 2024, 16:47 WIB
article
ArtikelInsight

Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

13 Mar 2024, 15:55 WIB
article
ArtikelInsight

Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

19 Feb 2024, 14:10 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kuat Kinerja Big Bank Hingga November 2023

17 Jan 2024, 08:59 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi