Dampak Kenaikan Suku Bunga BI Terhadap Saham
https://emtrade.id/blog/8837/dampak-kenaikan-suku-bunga-bi-terhadap-saham
Bank Indonesia (BI) selaku otoritas yang memiliki wewenang untuk mengubah suku bunga kerap membuat kebijakan tertentu mengikuti kondisi perekonomian di dalam negeri. Suku bunga tersebut digunakan sebagai acuan untuk suku bunga perbankan seperti tabungan ,deposito, kupon obligasi, dan kredit.
Terbaru, BI masih mempertahankan tingkat suku bunga di level 3,5% dalam rapat Gubernur Bank Indonesia pada 23 Juni 2022. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan kondisi ekonomi Indonesia masih terus menunjukkan tren pemulihan. Kinerja industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan juga terus membaik.
BI menaikkan suku bunga jika ingin mengendalikan inflasi yang tinggi. Lalu arus modal asing keluar dari Surat Berharga Negara (SBN) maupun Pasar Modal yang besar hingga membuat kurs rupiah melemah cukup dalam. Dengan menaikkan suku bunga, minat investor asing maupun domestik masuk SBN bisa meningkat, masyarakat juga meningkatkan tabungan. Hasilnya, peredaran uang bisa berkurang untuk redam kenaikan inflasi.
Suku bunga acuan BI saat ini, BI 7 days reverse repo rate (7DRRR) ditetapkan pada pertemuan bulanan Dewan Gubernur. Penetapan suku bunga acuan BI merupakan alat utama operasi pasar BI dalam mengelola kebijakan moneter. Pada gilirannya beberapa instrumen investasi seperti saham akan terkena dampaknya.
Dampak Positif
Meredam Pelemahan Nilai Tukar Rupiah
Kenaikan suku bunga acuan bisa meredam pelemahan nilai tukar rupiah lebih jauh. Biasanya nilai tukar rupiah bisa melemah karena permintaan dolar AS yang tinggi akibat beberapa hal seperti, tenggat waktu bayar utang luar negeri atau bernilai dolar AS hingga investor asing menjual SBN dan instrumen investasi pasar modal lainnya.
Untuk itu, BI bisa menaikkan suku bunga acuan agar permintaan rupiah bisa tinggi lagi. Dengan kenaikan suku bunga, berarti tingkat yield obligasi berpotensi naik. Investor asing pun mungkin berpikir dua kali untuk melepas SBN-nya atau malah tertarik kembali membeli SBN di pasar sekunder. Alasannya karena harga SBN cenderung turun ketika suku bunga naik.
Selain itu dengan nilai tukar rupiah yang stabil, kinerja keuangan emiten yang harus impor bahan baku juga tidak terganggu oleh fluktuasi kurs rupiah.
Sebagai informasi per hari Rabu (22/06), kurs Rupiah terhadap Dolar AS sebesar Rp14.825/USD.
Baca juga: Rupiah Melemah, Ini Dampaknya Terhadap Harga Saham
Menjaga Inflasi
Dampak positif dari kenaikan suku bunga BI selanjutnya adalah untuk menjaga angka inflasi. Hal ini juga bisa menjadi katalis positif untuk harga barang-barang yang beredar di tengah masyarakat lebih stabil. Sehingga tingkat konsumsi tidak tertekan oleh tingginya harga barang. Dengan kata lain, daya beli pun akan ikut stabil.
Apa korelasinya dengan saham? Konsumsi masyarakat nantinya berkaitan dengan pendapatan perusahaan. Apabila pengeluaran masyarakat untuk berbelanja barang-barang kebutuhan maupun jasa lainnya tetap terjaga, tentunya ini akan menguntungkan perusahaan dari segi pendapatan.
Seperti yang kita tahu, perusahaan dengan pendapatan yang konsisten akan dilihat menarik oleh para pelaku pasar. Mereka menilai perusahaan memiliki prospek yang baik ke depannya, sehingga banyak yang ingin membeli sahamnya. Kekuatan beli atau demand yang besar di pasar ini akan menggerakkan harga saham secara positif.
Berdasarkan data BI, inflasi Indonesia mencapai 3,55% per Mei 2022.
Baca juga: Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed ke Saham Indonesia
Dampak Negatif
Membebani Perusahaan
Karena suku bunga naik, besar kemungkinan emiten yang punya utang besar akan merasa kesulitan dari potensi beban bunga yang menjadi semakin tinggi. Alhasil profitabilitas perusahaan pun berpotensi mengalami penurunan.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari aktivitas penjualan dan operasional. Profitabilitas menjadi poin penting bagi investor untuk menganalisis kesehatan perusahaan sebelum berinvestasi. Ketika profitabilitasnya terganggu, perusahaan dianggap tidak cukup atraktif dalam memberikan keuntungan kepada pemegang saham.
Menahan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kenaikan suku bunga acuan BI bertujuan untuk menahan laju inflasi. Namun hal itu ikut berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi. Soalnya, tujuan kenaikan suku bunga juga menstabilkan tingkat konsumsi masyarakat.
Dengan suku bunga deposito maupun kupon obligasi yang naik, masyarakat diperkirakan lebih suka menyimpan uangnya, ketimbang konsumsi. Melihat laju konsumsi masyarakat yang cenderung terbatas dan suku bunga kredit lebih tinggi, emiten juga akan memperhitungkan dengan lebih matang lagi jika ingin melakukan ekspansi.
Akhirnya, pertumbuhan ekonomi juga menjadi lebih terbatas atau seperti direm terlebih dulu. Tujuannya agar pertumbuhan ekonomi dan inflasi bisa lebih stabil. Toh, lebih baik pertumbuhan yang stabil ketimbang fluktuatif seperti tumbuh tinggi dengan cepat, tapi merosot juga cepat.
Baca juga: Alasan Kenapa Trader Saham Harus Punya Big Caps di Portofolio
Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.
https://emtrade.id/blog/8837/dampak-kenaikan-suku-bunga-bi-terhadap-saham
Perhitungan Break Even Point Supaya Kamu Tahu Sudah Untung atau Belum
Istilah Price In Harga Saham, Apa Maksudnya?
Aset Safe Haven Emas, Pahami Maksud dan Keuntungannya Di Sini
Ekonomi AS Diprediksi Double-Dip Recession, Apa Maksudnya?
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2023, PT Emtrade Teknologi Finansial