Nasib Consumer Goods dan Semen di Era Harga Komoditas Tinggi
https://emtrade.id/blog/8801/nasib-consumer-goods--semen-ketika-batu-bara-naik-tinggi
Efek ke Consumer Goods
Saham consumer goods berpotensi mencatatkan kenaikan biaya produksi akibat tren harga komoditas yang merupakan bahan bakunya sudah berada di level tinggi. Pasalnya, bahan baku produksi emiten consumer goods harus diganti dengan yang baru dan di saat itulah, biaya produksi akan meningkat karena harga bahan baku saat ini sudah cukup tinggi. Kondisi itu berpotensi menekan margin emiten consumer goods pada kuartal III/2022.
Efek Kenaikan Harga Batu bara ke Harga Semen
Pemerintah memutuskan untuk melanjutkan kebijakan harga khusus batubara sebesar US$ 90/ton untuk industri semen dan pupuk dalam kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Bisa dibilang biaya produksinya berpotensi terjaga, kita tinggal menunggu emiten di sektor semen ini mengoptimalkan kebijakan pemerintah guna meningkatkan pendapatan. Jika emiten mampu, maka terdapat peluang di sektor ini. (bisa ngga warm up utilisation nya mereka, kalau mereka bisa, upside nya ada banget)
Properti Berpotensi Diuntungkan dengan Naiknya Komoditas Batu bara?
Sektor properti berpotensi diuntungkan jika harga komoditas sudah stabil. Pasalnya, dengan harga komoditas yang stabil, tingkat keuntungan bisnis sektor komoditas berpotensi kinerja baik. Nah, dengan bisnis sektor komoditas berkinerja cukup baik, berarti bisa meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia yang terhubung dengan rantai pasok komoditas.
Gambar: Grafik Perbandingan CTRA dan ITMG 2008 hingga 2016
Hal itu bisa terbukti pada grafik di atas jika saham komoditas batu bara berwarna biru (diwakili ITMG) dan saham properti berwarna orange (diwakili CTRA) sama-sama menguat sejak April 2009. Naiknya saham sektor batu bara ini, didahului dengan kejadian komoditas super cycle pada tahun 2009 hingga 2011.
Keuntungan dari naiknya harga komoditas membuat spending masyarakat untuk berinvestasi pada sektor riil seperti properti juga meningkat. Penjualan properti yang meningkat tentunya turut mendorong sektor saham properti rally hingga Agustus 2015.
Di sisi lain, risiko kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia disebut bisa meredam permintaan properti. Namun, hal itu berpotensi tidak terlalu berpengaruh jika harga komoditas mulai stabil dan pendapatan masyarakat juga mulai naik. Misalnya, suku bunga cicilan naik 1%-2% tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan kredit rumah jika pendapatan masyarakat naik 30%.
Lalu kapan beli dan jualnya? Mau belajar saham lebih lengkap? Yuk bgabung VIP user Emtrade.
Dengan menjadi user VIP emtrade kamu bisa mendapatkan konten edukasi, konten analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, seminar rutin, sampai morning dan day briefing setiap hari perdagangan.
Klik di sini untuk menjadi VIP user Emtrade
HF
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.
https://emtrade.id/blog/8801/nasib-consumer-goods--semen-ketika-batu-bara-naik-tinggi
Nasib Inflasi Jelang Bulan Puasa, Begini Efeknya ke Harga Saham
Inflasi Indonesia DIproyeksi Melandai, Gimana Prospeknya?
Saham Menarik Ketika Natal dan Tahun Baru, Gimmick atau Fenomena?
Kenaikan Suku Bunga BI Mulai Melandai, Begini Efeknya ke Saham
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2023, PT Emtrade Teknologi Finansial