Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Rupiah Melemah, Ini Dampaknya terhadap Kinerja Emiten

20 Jun 2022, 15:02 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
depresiasi kurs rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah mengalami pelemahan sebesar 1,53% dalam sepekan terakhir hingga di level Rp14.894 per dolar AS.  Sepanjang 2022, nilai tukar rupiah sudah koreksi sebesar 4%. Lalu, apa efek pelemahan rupiah atau depresiasi rupiah ke emiten dan pasar saham di Indonesia?


Akar pelemahan atau depresiasi Rupiah masih berkutat pada dampak kebijakan Jerome Powell - Kepala The Fed - dalam mengintervensi dampak inflasi di Amerika Serikat (AS) yang pada Mei lalu tercatat pada level tertinggi, atau mencapai level 8.6%. Kenaikan suku bunga sebesar 75 bps di Juni 2022 menjadi salah satu senjata The Fed dalam menurunkan inflasi AS yang katanya tertinggi sejak tahun 1994. Bahkan, The Fed secara tegas mengkonfirmasikan kenaikan 75 bps lagi pada Juli mendatang. 


Ini artinya, era pengetatan moneter di negara maju akan terus terjadi dalam beberapa kuartal mendatang, dan ini akan menjadi alasan utama keluarnya investor asing dari Indonesia yang berujung pada pelemahan nilai tukar Rupiah. 


Sebagai catatan saja, data Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa investor asing (nonresiden) telah menjual senilai Rp96,49 triliun di pasar SBN, meski masih tercatat aksi beli senilaiRp70triliun di pasar saham sepanjang 2022 hingga 16 Juni 2022. 


Namun demikian, investor asing juga sudah melakukan aksi jual bersih senilaiRp1,94 triliun dalam sepekanterakhir pada pasar saham, dan diprediksikan akan terus berlanjut.


Lantas, apa aja dampak pelemahan rupiah terhadap emiten ?


Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?


Tingginya Dominasi terhadap AS Dolar berdampak signifikan

Secara teoiritis, emiten yang berorientasi ekspor akan sangat diuntungkan di era pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. Sementara itu, emiten yang memiliki porsi utang dengan denominasi dolar AS yang tinggi sementara realisasi pendapatan menggunakan rupiah akan paling terdampak negatif oleh melemahnya rupiah. Begitu juga dengan perusahaan yang harus mengimpor bahan baku akan terbebani oleh mahalnya nilai dolar AS.


Misalnya saja PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), yang mencatatkan penjualannya ekspor senilaiRp2,9 triliun pada kuartal I/2022. Nilai itu setara dengan 38% dari total penjualannya. 


Sejatinya, MYOR akan diuntungkan dari penguatan dolar AS saat ini yang sebagian besar memproduksi produknya menggunakan bahan baku lokal. Hal ini berpotensi mendorong MYOR meraih keuntungan selisih kurs yang besar kedepannya, meski perusahaan masih harus berjuang untuk meminimalisir tingginya biaya pengiriman di tengah kenaikan tarif kontainer. 


Serupa, emiten komoditas batu bara pun tentunya akan tetap diuntungkan dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Meningkatnya permintaan batu bara secara global tentunya akan mendorong penetrasi ekspor yang besar. PT Indo Tambang Raya Megah Tbk. (ITMG) yang 79% penjualannya diekspor akan sangat diuntungkan, ditambah dengan penggunaaan dolar AS dalam operasional bisnisnya. Hal yang sama juga berpotensi terjadi pada PT Indika Energi Tbk. (INDY) hingga PT Harum Energy (HRUM) Tbk. yang sama-sama berorientasi ekspor dalam penjualannya.


Disisi lain, investor harus mengantisipasi emiten yang memiliki ketergantungan utang yang cukup tinggi dengan nilai Dolar AS. Misalnya PT Alam Sutera Reality Tbk. (ASRI) yang memiliki utang obligasi berdenominasi dolar AS senilai Rp5,8 triliun pada kuartal I/2022. Ini artinya, ASRI harus membayar biaya bunga yang lebih mahal. Begitu juga PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) hingga PT Indofood CBP Tbk. (ICBP) yang menerbitkan utang obligasi dengan mata uang dolar AS yang cukup besar.


Tidak ketinggalan, PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) serta emiten sektor farmasi lainnya juga diprediksikan akan ikut terdampak oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Tingginya ketergantungan impor bahan baku tentunya membuat manajemen harus membayar lebih mahal terhadap beban pengadaan bahan baku yang 90%-nya harus diimpor. 


Bahkan Direktur Utama KLBF pernah dibuat pusing oleh pelemahan Rupiah yang terjadi pada 2018 lalu, di mana perusahaan harus meningkatkan harga jual produksinya secara signifikan untuk menjaga margin yang stabil. Hal ini jelas membuktikan bahwa pengaruh menguatnya nilai tukar dolar AS sangat berdampak negatif kepada emiten di sektor farmasi, termasuk PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dan PT Indofarma Tbk. (INAF) sekalipun.


Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN


Bijak mengalokasikan Dana di era pelemahan Rupiah

Dengan mengetahui dampak positif dan negatif dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, maka investor diharapkan dapat lebih berhati-hati dalam menginvestasikan dananya di pasar saham. 


Namun bagaimanapun, ukuran keberhasilan atau kegagalan investasi tidak hanya diukur dari dampak negatif maupun positif atas melemahnya rupiah. Investor harus kembali mereview strategi manajamen dalam mengelola risiko tersebut, kualitas fundamental emiten, hingga kualitas prospek bisnis kedepan.


Mau dapat update pasar setiap pagi dan siang sebelum pasar dibuka? Yuk upgrade menjadi VIP member Emtrade. 


Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.


Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.


-WS-


emtrade.id/disclaimer


Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.




Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

13 Mar 2024, 15:55 WIB
article
ArtikelInsight

Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

19 Feb 2024, 14:10 WIB
article
ArtikelInsight

Kembangkan Bisnis FTTH, ISAT Akuisisi Pelanggan MNC Play

21 Nov 2023, 12:01 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kinerja Marketing Sales Emiten Properti di Kuartal III/2023, Siapa Juaranya?

24 Okt 2023, 17:14 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Telegram
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi