IHSG Bakal Tertekan! Pekan Ini Sentimennya ‘Mendung'
https://emtrade.id/blog/8730/awas-ihsg-kena-gebuk-pekan-ini-sentimennya-mendung
IHSG pekan lalu ditutup melemah 1,34% menjadi 7.086,648. Pelemahan
ini juga turut membawa pasar saham Indonesia terparkir di zona negatif dalam sepekan.
Padahal laju IHSG sempat meyakinkan dengan menyentuh level 7.200.
Lantas pekan ini investor harus waspada. Berbagai sentimen
negatif tampaknya berpotensi menahan laju IHSG untuk ke 7.200. Mulai dari efek
inflasi AS yang meroket, pengumuman suku bunga The Fed, hingga lonjakan kasus
Covid-19 di Indonesia patut dicermati.
Inflasi AS Tertinggi Sejak 41 Tahun Lalu
Kondisi perekonomian negara adidaya Amerika Serikat (AS)
kian panas saja. Laju inflasi Negeri Paman Sam pada Mei 2022 melesat ke 8,6%
secara tahunan (year-on-year/yoy),
jadi yang tercepat sejak 41 tahun lalu.
Posisi inflasi AS pada Mei berada di atas konsensus pasar
sebesar 8,3% yoy. Juga menembus rekor inflasi pada Maret sebesar 8,5% yoy.
Kenaikan inflasi Amerika Serikat direspon negatif pasar saham. Tiga indeks utama di Wall Street jatuh!
Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq Composite ambles
masing-masing 2,73%, 2,91%, dan 3,53%.
Sementara pasar asaet rendah risiko
seperti mata uang dolar AS dan imbal hasil obligasi AS melesat. Indeks dolar AS
yang megukur kekuatannya dengan enam mata uang lainnya melejit 0,9% menjadi
104,15. Sementara imbal hasil obligasi tenor 10 tahun AS mencapai 3,1649%,
tertinggi sejak Juli 2018.
Apa efeknya?
Pertama, aset minim risiko obigasi
menjadi lebih menrik dibandingkan dengan aset risiko yakni saham. Sehingga akan
ada pengalihan arus dana ke aset minim risiko. Itu sebabnya kenapa laju imbal
hasi obligasi berbanding terbalik dengan pasar ekuitas alias saham.
Kedua, utang perusahaan yang memiliki denominasi dolar akan semakin tinggi. Menyebabkan beban utang akan semakin tinggi. Akibatnya biaya yang dikeluarkan semakin tinggi dan menggerus marjin keuntungan.
Siap-siap Kenaikan Suku Bunga The Fed
Selain dua efek di atas, panasnya
inflasi AS makin ‘melecut’ The Fed untuk menaikkan suku bunga The Fed.
Paska data inflasi dirilis, para
pelaku meyakini suku bunga The Fed sebesar 3% - 3,25% pada akhir tahun, dengan
probabilitas sebesar 37%, menurut perangkat FedWatch milik CME Group Ekspektasi
tersebut naik dari sebelumnya 2,75% - 3%. Artinya bank sentral yang dipimpin
oleh Jerome Powell itu akan agresif.
The Fed sendiri akan mengumumkan
kebijakan moneter pada Kamis (16/6/2022) dini hari waktu Indonesia. Suku bunga
The Fed hampir pasti naik 50 basis poin, sama seperti bulan lalu. Namun, pasar
akan mencermati proyeksi suku bunga ke depan dari Powell.
Naiknya suku bunga AS bisa jadi
perhatian khusus bagi Indonesia karena dampaknya dapat menarik dana keluar
asing dari Indonesia. Lebih parah bisa menyebabkan krisis bagi negara
berkembang. Hal ini sudah diwanti-wanti oleh Menteri Keuangan Indonesia, Sri
Mulyani.
“Sekarang kita harus hati-hati dengan tren suku bunga naik, potensi krisis keuangan di berbagai dunia akan terjadi,” tegas Sri Mulyani, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (10/6/2022).
Sektor apa yang terimbas?
Jika kemudian prospek ekonomi negara
berkembang menjadi negatif, dana asing akan pergi sehingga membuat pasar
keuangan seperti saham menjadi lesu.
Sektor teknologi akan ikut terdampak.
Sayangnya dampaknya adalah negatif. Kenaikan suku bunga membuat pinjaman
jadi lebih mahal untuk mendanai ekspansi agresif perusahaan teknologi yang
merugi dengan harapan suatu hari mereka akan menghasilkan keuntungan. Investasi
sebagai tulang punggu perusahaan tekonologi terancam mampet ketika
perusahaannya belum menghasilkan keuntungan. Dampak instan yang bisa dilihat
adalah belasan ribu karyawan startup di seluruh dunia di-PHK hanya sepanjang
Mei.
Covid-19 Naik Lagi
‘Musuh lama’ kembali lagi! Satuan
Tugas Penanganan Covid-19 (Satgas Covid-19) melaporkan ada 574 tambahan kasus baru
kemarin (12/6/2022). Meskipun turun dari hari sebelumnya sebesar 627 kasus,
tetap saja ini penambahan kasus tertinggi dalam 7 pekan terakhir.
Rata-rata penambahan kasus selama 7
hari tercatat 504 kasus. Sedangkan seminggu sebelumnya sebesar 262 kasus. Ini
sama dengan rata-rata kasus pekan kemarin melejit 92% dibandingkan jumlah kasus
minggu sebelumnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin
menyatakan kenaikan kasus karena varian Omicron BA.4 dan BA.5 yang telah masuk
ke Indonesia. Berdasarkan situs shatnegeriku.kemkes.go.id varian jenis ini memiliki kemungkinan penyebaran lebih cepat
dibandingkan varian BA.1 dan BA.2.
Berarti ada potensi terjadinya
lonjakan kasus dan menimbulkan gelombang baru pandemi Covid-19. Dampaknya
adalah melambatnya aktivitas ekonomi akibat pengetatan mobilitas di tengah
inflasi yang tinggi dan mengikis ekonomi.
Sektor ritel dan trasnportasi bisa
jadi yang paling berdampak jika Omicron kembali ‘membelenggu’ Indonesia. Sebab
pusat perbelanjaan dan mobilitas akan tertekan
Neraca Dagang Indonesia
Pekan ini juga diwarnai oleh rilis neraca dagang Indonesia serta ekspor dan impor bulan Mei. Rislis neraca dagang bisa jadi indikasi dalam melihat kinerja sektor tambang dan perkebunan. Sebab ekspor Indonesia didominasi oleh kedua sektor tersebut.
Lalu, bagaimana strategi trading saham pada pekan ini?
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.
https://emtrade.id/blog/8730/awas-ihsg-kena-gebuk-pekan-ini-sentimennya-mendung
Tren Harga Batu Bara Lagi Naik, Sahamnya Ikutan Naik?
Holding Geothermal Bakal Segera Dibentuk, PGEO Jadi Induknya
Lagi Genjot Ekspansi, Saham Kesehatan Makin Bergairah di Tengah Isu Polusi?
Perancis Dorong Harga Batu Bara, Gimana Prospek Sahamnya?
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2023, PT Emtrade Teknologi Finansial