Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

IHSG Bakal Tertekan! Pekan Ini Sentimennya ‘Mendung'

13 Jun 2022, 09:25 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
sentimen pekan ini

IHSG pekan lalu ditutup melemah 1,34% menjadi 7.086,648. Pelemahan ini juga turut membawa pasar saham Indonesia terparkir di zona negatif dalam sepekan. Padahal laju IHSG sempat meyakinkan dengan menyentuh level 7.200.

Lantas pekan ini investor harus waspada. Berbagai sentimen negatif tampaknya berpotensi menahan laju IHSG untuk ke 7.200. Mulai dari efek inflasi AS yang meroket, pengumuman suku bunga The Fed, hingga lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia patut dicermati.

Inflasi AS Tertinggi Sejak 41 Tahun Lalu

Kondisi perekonomian negara adidaya Amerika Serikat (AS) kian panas saja. Laju inflasi Negeri Paman Sam pada Mei 2022 melesat ke 8,6% secara tahunan (year-on-year/yoy), jadi yang tercepat sejak 41 tahun lalu.

Posisi inflasi AS pada Mei berada di atas konsensus pasar sebesar 8,3% yoy. Juga menembus rekor inflasi pada Maret sebesar 8,5% yoy.

Kenaikan inflasi Amerika Serikat direspon negatif pasar saham. Tiga indeks utama di Wall Street jatuh! Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq Composite ambles masing-masing 2,73%, 2,91%, dan 3,53%.

Sementara pasar asaet rendah risiko seperti mata uang dolar AS dan imbal hasil obligasi AS melesat. Indeks dolar AS yang megukur kekuatannya dengan enam mata uang lainnya melejit 0,9% menjadi 104,15. Sementara imbal hasil obligasi tenor 10 tahun AS mencapai 3,1649%, tertinggi sejak Juli 2018.

Apa efeknya?

Pertama, aset minim risiko obigasi menjadi lebih menrik dibandingkan dengan aset risiko yakni saham. Sehingga akan ada pengalihan arus dana ke aset minim risiko. Itu sebabnya kenapa laju imbal hasi obligasi berbanding terbalik dengan pasar ekuitas alias saham.

Kedua, utang perusahaan yang memiliki denominasi dolar akan semakin tinggi. Menyebabkan beban utang akan semakin tinggi. Akibatnya biaya yang dikeluarkan semakin tinggi dan menggerus marjin keuntungan.



Siap-siap Kenaikan Suku Bunga The Fed

Selain dua efek di atas, panasnya inflasi AS makin ‘melecut’ The Fed untuk menaikkan suku bunga The Fed.

Paska data inflasi dirilis, para pelaku meyakini suku bunga The Fed sebesar 3% - 3,25% pada akhir tahun, dengan probabilitas sebesar 37%, menurut perangkat FedWatch milik CME Group Ekspektasi tersebut naik dari sebelumnya 2,75% - 3%. Artinya bank sentral yang dipimpin oleh Jerome Powell itu akan agresif.

The Fed sendiri akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (16/6/2022) dini hari waktu Indonesia. Suku bunga The Fed hampir pasti naik 50 basis poin, sama seperti bulan lalu. Namun, pasar akan mencermati proyeksi suku bunga ke depan dari Powell.

Naiknya suku bunga AS bisa jadi perhatian khusus bagi Indonesia karena dampaknya dapat menarik dana keluar asing dari Indonesia. Lebih parah bisa menyebabkan krisis bagi negara berkembang. Hal ini sudah diwanti-wanti oleh Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani.

“Sekarang kita harus hati-hati dengan tren suku bunga naik, potensi krisis keuangan di berbagai dunia akan terjadi,” tegas Sri Mulyani, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (10/6/2022).


Sektor apa yang terimbas?

Jika kemudian prospek ekonomi negara berkembang menjadi negatif, dana asing akan pergi sehingga membuat pasar keuangan seperti saham menjadi lesu.

Sektor teknologi akan ikut terdampak. Sayangnya dampaknya adalah negatif. Kenaikan suku bunga membuat pinjaman jadi lebih mahal untuk mendanai ekspansi agresif perusahaan teknologi yang merugi dengan harapan suatu hari mereka akan menghasilkan keuntungan. Investasi sebagai tulang punggu perusahaan tekonologi terancam mampet ketika perusahaannya belum menghasilkan keuntungan. Dampak instan yang bisa dilihat adalah belasan ribu karyawan startup di seluruh dunia di-PHK hanya sepanjang Mei.

 

Covid-19 Naik Lagi

‘Musuh lama’ kembali lagi! Satuan Tugas Penanganan Covid-19 (Satgas Covid-19) melaporkan ada 574 tambahan kasus baru kemarin (12/6/2022). Meskipun turun dari hari sebelumnya sebesar 627 kasus, tetap saja ini penambahan kasus tertinggi dalam 7 pekan terakhir.

Rata-rata penambahan kasus selama 7 hari tercatat 504 kasus. Sedangkan seminggu sebelumnya sebesar 262 kasus. Ini sama dengan rata-rata kasus pekan kemarin melejit 92% dibandingkan jumlah kasus minggu sebelumnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan kenaikan kasus karena varian Omicron BA.4 dan BA.5 yang telah masuk ke Indonesia. Berdasarkan situs shatnegeriku.kemkes.go.id varian jenis ini  memiliki kemungkinan penyebaran lebih cepat dibandingkan varian BA.1 dan BA.2.

Berarti ada potensi terjadinya lonjakan kasus dan menimbulkan gelombang baru pandemi Covid-19. Dampaknya adalah melambatnya aktivitas ekonomi akibat pengetatan mobilitas di tengah inflasi yang tinggi dan mengikis ekonomi.

Sektor ritel dan trasnportasi bisa jadi yang paling berdampak jika Omicron kembali ‘membelenggu’ Indonesia. Sebab pusat perbelanjaan dan mobilitas akan tertekan


Neraca Dagang Indonesia

Pekan ini juga diwarnai oleh rilis neraca dagang Indonesia serta ekspor dan impor bulan Mei. Rislis neraca dagang bisa jadi indikasi dalam melihat kinerja sektor tambang dan perkebunan. Sebab ekspor Indonesia didominasi oleh kedua sektor tersebut.


Lalu, bagaimana strategi trading saham pada pekan ini?


Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.


emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.






Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

13 Mar 2024, 15:55 WIB
article
ArtikelInsight

Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

19 Feb 2024, 14:10 WIB
article
ArtikelInsight

Kembangkan Bisnis FTTH, ISAT Akuisisi Pelanggan MNC Play

21 Nov 2023, 12:01 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kinerja Marketing Sales Emiten Properti di Kuartal III/2023, Siapa Juaranya?

24 Okt 2023, 17:14 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi