Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Peluang Investasi di Kala Stagflasi

21 Mei 2022, 15:15 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Berbicara mengenai kondisi global, saat ini kita sedang dihadapkan pada risiko stagflasi. Mengapa begitu? Stagflasi, merupakan kondisi pelemahan pertumbuhan ekonomi, sedangkan inflasi dan angka pengangguran tinggi. 


Melihat pada perekonomian Amerika Serikat, saat ini inflasi per akhir April 2022 ada di level 8,3%. Level ini cukup tinggi walaupun lebih rendah dari periode sebelumnya di 8,5%, namun masih diatas ekspektasi penurunan ke 8,1% (Figure 1).


Figure 1. Inflasi AS per April 2022 (YoY)

Pada dasarnya inflasi naik belum tentu buruk untuk ekonomi, karena bisa menunjukkan roda ekonomi yang berputar kembali. Namun, untuk kondisi saat ini, kenaikan inflasi terjadi karena supply chain issue, dimana persediaan terbatas, sedangkan permintaan masih tinggi. 


Supply chain issue terjadi karena eskalasi ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina, lockdown China yang berkepanjangan, dan risiko Covid-19. Hal-hal tersebut menyebabkan berbagai kebijakan yang berubah-ubah terkait ekspor impor komoditas di berbagai negara, sehingga terjadi krisis energi dan pangan. 


Tingginya inflasi yang tidak sehat ini menyebabkan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memutuskan untuk menaikkan suku bunga secara bertahap dan mengurangi stimulus dari balance sheet untuk tujuan normalisasi inflasi. 


Namun dalam jangka menengah, pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan  oleh The Fed memberikan dampak risiko sistematik pada perekonomian seperti kenaikan suku bunga kredit, penurunan daya beli masyaraka, hingga pengangguran yang semakin meningkat. 


Diketahui klaim pengangguran Amerika Serikat secara mingguan per (14/5) naik ke level 218.000, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya di 197.000 dan konsensus di  200.000. Kenaikan klaim pengangguran ini merupakan yang tertinggi sejak Februari 2022.   


Figure 2. Klaim Pengangguran AS per 14 Mei 2022


Selain itu, mengutip dari International Monetary Fund (IMF) mengungkapkan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,6% di 2022, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di awal tahun sekitar 4,4%. 


Dari hal-hal tersebut, bisa kita simpulkan bahwa risiko global terjadi stagflasi itu memungkinkan.dan potensial bisa berpengaruh ke kawasan Asia, termasuk Indonesia. Walaupun begitu, bagi Indonesia masih ada sejumlah sektor yang diuntungkan dan potensial outperform ketika stagflasi, mengingat Indonesia adalah negara produsen komoditas. 


Sektor Potensial Ketika Stagflasi

Kilas balik beberapa dekade yang lalu, pada tahun 1970 ketika terjadi stagflasi sektor yang berhasil outperform adalah sektor energi dan perbankan seperti yang ditunjukan pada grafik dibawah ini (Figure 3).

FIgure 3. The Winner in the Stagflationary 1970s 


Source : Trimegah Sekuritas

Dari sisi domestik, untuk sektor energy juga terlihat outperform yang mana berhasil menguat 47,71% sejak awal tahun (FIgure 4). Penguatan sektor energi terdorong dari komoditas batubara, nikel, dan emas. 


Figure 4. IDX ENERGY


Source : Tradingview


Kami menilai, untuk komoditas batubara, nikel, dan emas masih bisa melanjutkan penguatannya, mengingat supply yang terbatas akibat perang Rusia-Ukraina sedangkan demand masih tinggi seiring dengan krisis energi. Seperti batubara dan nikel kebutuhannya banyak digunakan untuk industri manufaktur, kemudian emas masih menarik untuk safe haven dan hedging atas inflasi tinggi saat ini. 


Sektor kedua yang menarik untuk investasi adalah perbankan, mengapa begitu? Perbankan merupakan sektor yang defensif dan memiliki kontribusi paling berpengaruh ke IHSG mencapai 29%. Pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia juga masih positif per akhir Maret 2022 mencapai 6,65% yang menunjukkan keberhasilan restrukturisasi kredit Covid-19 dan risiko kredit macet yang masih terjaga di 3,1%.


Selain itu, selisih antara inflasi dan suku bunga di Indonesia masih positif sehingga struktur deposit perbankan masih akan tetap terjaga. Oleh karena itu, sektor perbankan masih memiliki potensial growth yang menarik seiring dengan pemulihan ekonomi dan mobilitas yang meningkat


Jadi, bisa disimpulkan walaupun saat ini masih tertekan risiko global yang tinggi dan berpotensi stagflasi, namun kita masih bisa melirik sektor potensial untuk investasi yakni pertama di sektor energi terutama di subsektor batubara, nikel, dan emas. Kedua ada di sektor perbankan terutama yang memiliki fundamental kuat dalam menghadapi risiko inflasi dan kenaikan suku bunga di tahun 2022.  


Mau belajar trading dan investasi saham secara praktis? yuk upgrade ke VIP member Emtrade. 

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-TN-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.

Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi