Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Rencana Larangan Ekspor Timah, Gimana Nasib TINS?

19 Mei 2022, 16:48 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
timah, tins

Sejak awal tahun ini pemerintah telah merencanakan kebijakan larangan ekspor beberapa komoditas metal seperti timah, nikel, dan bauksit. Rencana tersebut kembali ditegaskan Presiden Joko Widodo siaran langsung Sekretariat Presiden, dimana Presiden menyebutkan saat ini masih dalam proses kalkulasi dan kebijakan larangan tersebut bisa berlaku tahun ini atau tahun depan.

Timah menjadi salah satu komoditas yang menjadi perhatian dari rencana larangan ekspor tersebut, melihat timah merupakan salah satu komoditas andalan di Indonesia dan Timah Tbk (TINS) merupakan produsen besar yang posisinya signifikan di dunia.

 

Posisi Pasar Timah Indonesia di Kancah Dunia

Menurut Kementerian ESDM, Indonesia memiliki cadangan timah sebesar 800 ribu ton yang hampir seluruhnya berada di Bangka Belitung dan Riau, cadangan tersebut setara dengan 17% dari cadangan dunia menjadikan Indonesia memiliki cadangan timah terbesar ke 2 di dunia setelah China. Ranking serupa juga diemban dari sisi produksi dimana pada tahun 2021, produksi timah Indonesia berada di level 34.050 ton.

BACA JUGA: Cara Baca Laporan Keuangan Emiten

Pada tahun 2021, masyarakat global tercatat telah mengkonsumsi timah sejumlah 390,9 ribu ton yang 48%nya digunakan sebagai solder pada industri elektronik dan 17%nya sebagai timah kimia untuk keperluan industri keramik, kaca, dan lainnya. Sehingga dalam jangka panjang, permintaan timah akan terus tinggi seiring dengan penggunaan elektronik, kendaraan, dan bahan baku industrial yang lebih tinggi terutama yang berkaitan dengan ekosistem green energy.

produksi timah indonesia


Risiko Ekonomi Tekan Harga Timah Global

Tahun ini harga timah LME (London Metal Exchange), index harga yang digunakan sebagai acuan harga timah global bergerak sangat volatile. Sejak awal tahun harga timah mengalami kenaikan sebesar 25,2% hingga level puncaknya di US$48.650/ton karena gejolak geopolitik yang terjadi di Rusia, pasca kenaikan tersebut harga timah perlahan turun hingga level US$19.338/ton pada penutupan 18 Oktober 2022, turun lebih dari 50% sejak awal tahun hingga mencapai level terendahnya sejak akhir 2020.

Penurunan tersebut disebabkan prospek ekonomi China sebagai negara manufaktur terbesar yang mengalami pelemahan akibat lockdown yang berkepanjangan, sehingga prospek permintaan timah global relatif akan menurun mengingat konsumsi timah dari China mewakili 40% dari timah global.


Dampak Larangan Ekspor Timah ke TINS

PT Timah Tbk (TINS) menjadi emiten di IDX yang memiliki korelasi terdekat dengan sentimen larangan ekspor timah, dimana seluruh pendapatan TINS diperoleh dari bisnis timah. Dalam hal produksi TINS memiliki kapasitas produksi sebesar 76.800 metrik ton timah per tahun, menjadi perusahaan dengan produksi timah tertinggi di dunia setelah Yunnan Tin, perusahaan asal China.

Pada tahun 2021, TINS memproduksi timah sejumlah 26.500 metrik ton atau setara dengan 78% dari total produksi timah tahunan Indonesia. Dari sisi tujuan penjualan, 95% volume penjualan TINS ditujukan ke pasar ekspor yang sebagian besar merupakan negara-negara di regional Asia seperti Korea Selatan dan Jepang, serta Eropa seperti Belanda dan Italia.

Sehingga jika larangan ekspor diperlakukan, TINS akan kehilangan hampir seluruh pasarnya. Meski demikian, kami melihat bahwa pemerintah akan mengamankan permintaan domestik terlebih dahulu sebelum mengambil langkah larangan ekspor untuk menghindari risiko oversupply di pasar domestik.

Di sisi lain, kami melihat terdapat risiko dari sisi harga jual pasca larangan ekspor diberikan, karena melimpahnya pasokan domestik akan menekan harga jual lebih rendah yang dapat mengganggu potensi profitabilitas TINS.

penjualan ekspor tins


Kinerja TINS Disokong Kenaikan Harga Jual

Melalui keterbukaan informasi yang disampaikan manajemen pada 1 September 2022, TINS membukukan pendapatan semester 1/2022 sebesar Rp7,5 triliun naik 27,4% dibandingkan semester 1 tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut disebabkan kenaikan harga jual timah sebesar 48% menjadi US$41.110 per ton meskipun volume penjualan mengalami penurunan 21% menjadi 9.901 ton.

Di sisi laba bersih, TINS berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,08 triliun naik 301% secara tahunan. Selain didorong oleh kinerja pendapatan, laba bersih yang melonjak signifikan tersebut juga di sumbang dari penurunan beban keuangan sebesar 47,6% dan berbaliknya rugi lain-lain sebesar Rp 18,9 miliar menjadi pendapatan lain-lain sebesar Rp49,5 miliar.



Prospek Bisnis TINS

Menjadi bagian dari Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) merupakan posisi yang cukup menguntungkan bagi TINS dari sisi ekosistem hilirisasi. Besar kemungkinan TINS akan diikutsertakan dalam proyek-proyek hilirisasi metal terutama yang berbasis green energy. Terlebih bertambahnya kapasitas produksi timah sebesar 40 ribu metrik ton/tahun dari Smelter Ausmelt yang ditargetkan akan selesai pada Nov-22 mendatang akan semakin memperkokoh posisi TINS sebagai market leader.

Di sisi lain, harga timah global kami perkirakan belum akan atraktif kedepan karena potensi penurunan permintaan karena perlambatan ekonomi global terutama dari China.

Potensi diberlakukannya larangan ekspor akan berdampak signifikan kepada performa tins. Meskipun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan kedepannya:

1)     Kepastian serapan hilirisasi timah dalam negeri

2)    Harga jual acuan untuk timah dalam negeri

 

Lalu, bagaimana strategi trading dan investasi saham TINS ke depannya? yuk upgrade VIP member Emtrade

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-AVV-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.




Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

13 Mar 2024, 15:55 WIB
article
ArtikelInsight

Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

19 Feb 2024, 14:10 WIB
article
ArtikelInsight

Kembangkan Bisnis FTTH, ISAT Akuisisi Pelanggan MNC Play

21 Nov 2023, 12:01 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kinerja Marketing Sales Emiten Properti di Kuartal III/2023, Siapa Juaranya?

24 Okt 2023, 17:14 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi