Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Tips Hadapi Pasar Saham yang Lagi Koreksi

10 Mei 2022, 10:46 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
saham koreksi

Pasar saham Indonesia “kelabu” di hari pertama perdagangan usai libur panjang Lebaran. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbang 4,42% di level 6.909,75. IHSG terjun ke bawah level psikologis 7.000.

Investor asing tampak mencairkan “THR-nya”, tercermin dari net sell jumbo senilai Rp 2,6 triliun. Maklum saja IHSG sudah menguat 9,8% sejak awal tahun, sebelum jatuh hari ini. IHSG pun mencatatkan “quattrick” kenaikan selama 4 bulan beruntun.

So… What to do? Apakah ini jadi peluang beli atau malah krisis akan datang?

Pertama-tama, kita harus tahu background kejatuhan IHSG hari ini. Tujuannya untuk antisipasi di kemudian hari. Sejarah selalu memberi pelajaran untuk bersiap di masa depan.

BACA JUGA: IHSG Turun, Apakah Tanda Sell in May and Go Away?

Aksi ambil untuk bukanlah dalang tunggal kejatuhan IHSG kemarin. Ada faktor makro yang jadi penekan laju IHSG.

pergerakan IHSG

Bisa dibilang kemarin adalah hari “pembalasan” sentimen kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed/Federal Reserves) yang diumumkan Kamis pekan lalu. Saat itu, pasar saham Indonesia tutup sehingga efeknya baru dirasakan sekarang.

The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin (bps) menjadi 0,75-1%. Namun, kenaikan ini bisa jadi lebih agresif jika laju inflasi masih tidak terkendali.

"Kenaikan 75 bps adalah sesuatu yang tidak menjadi pertimbangan kami," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, seperti dikutip dari Reuters.

Saat ini pasar berekspektasi kenaikan suku bunga pada pertemuan The Fed (FOMC) pada 15 Juni nanti sebesar 50 bps. Menurut catatan FedWatch, ekspektasi kenaikan 50 bps sebesar 87,4%. Lainnya, sebesar 12,6% mengharapkan kenaikan lebih agresif yaitu 75 bps.

Kenaikan suku bunga bisa jadi hal negatif bagi pasar saham Indonesia. Ini karena kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil (yield) obligasi untuk naik. Alhasil obligasi sebagai salah satu instrumen minim risiko menjadi menarik.

Yield obligasi AS untuk tenor 10 tahun berada di level tertinggi sejak 2018 pada saat ini. Yaitu di level 3% hingga 3,2%.


Dana asing pun berpotensi keluar dari pasar emerging market seperti Indonesia untuk mencari tempat berlindung yang aman atau safe haven.


Sementara itu, data makroekonomi Indonesia telah rilis. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia konsisten berada di 5%, tepatnya 5,01% secara tahunan. Ini di atas konsensus sebesar 5% yoy.


Jika dibandingkan secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi Indonesia turun 0,96%, di atas konsensus sebesar 0,89%.


Pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai melambat jika dibandingkan dengan kuartal IV-2021 yang tumbuh 5,02% secara tahunan. Bahkan jadi pertama kalinya pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartalan berada di teritori negatif sejak kuartal I-2021.


Di sisi lain, inflasi Indonesia pada bulan April melonjak 3,47% secara tahunan. Laju inflasi tersebut lebih cepat dari bulan sebelumnya sebesar 2,64% secara tahunan. Sementara inflasi bulanan tercatat 0,95%, lebih cepat dari bulan sebelumnya sebesar 0,66% secara bulanan.


Laju inflasi yang semakin cepat disebabkan oleh harga komoditas dunia yang melonjak. Terutama komoditas energi membuat biaya bahan baku menjadi lebih mahal. Tingginya harga sembako juga turut berkontribusi terhadap terkereknya laju inflasi bulan April.

Aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia pada bulan April 2022 meningkat menjadi

51,9%. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik batas. Jika di atas 50, maka artinya dunia manufaktur sedang dalam fase ekspansi.

Apa yang Harus Dilakukan?

Langkah kedua adalah sadari bahwa IHSG saat ini sudah naik 9,8% hingga 10% sejak awal tahun hingga bulan April. Membuat IHSG menjadi bursa saham yang memiliki kinerja terbaik di Asia Pasifik. Sehingga menjadi wajar jika kemudian IHSG terkoreksi.

Kemudian hal yang perlu diperhatikan adalah IHSG saat ini berpotensi tertahan di support kuat di 6.847 yang juga merupakan garis Moving Average (MA) 100. Jika kemudian support kuat tersebut jebol, perhentian berikutnya adalah area 6.600.

Pemberat IHSG adalah BBCA, BBRI, BMRI hampir ARB jatuh dengan volume besar. Saham Teknologi juga jatuh ARB, ASII juga ARB, TLKM juga ARB.


Apakah kita harus panik? Jawabannya adalah tidak!


Well… kita harus tau apa alasan kita untuk masuk ke pasar saham. Misalnya saja untuk makin kaya atau untuk melawan inflasi, cuan hanya sebagai bonus saja.


Investor saham wajib paham ketika masuk saham adalah sustainability & consistency. So… bukan masalah siapa yang cepat sampai tujuan, tetapi siapa yang selalu konsisten untuk mencapai tujuan.


Saat ini kesempatan atau bahaya? Untuk investor adalah kesempatan, namun untuk trader memang harus wait and see dulu.


Kita bisa mempertimbangkan saham-saham banking berkapitalisasi besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI. Selanjutnya bisa juga memilih saham ASII dan TLKM.


Lainnya, sektor Properti, retail, komoditas selain energy, dan sektor tower juga menarik karena mereka ini masih dalam stage 1 dalam siklus saham.


 

 

Lantas kapan terbaik untuk membeli sahamnya?

Buat investing pasti dari segi fundamental, valuasi, dan teknikal. Pelajari fundamental saham meliputi makro, sektoral, bisnis, keuangan, hingga manajemennya. Kemudian ukur valuasinya dan gunakan teknikal untuk menentukan momentum membeli saham.


Untuk pembatasan resiko saat melakukan investing adalah ketika kita mengerti tentang perusahaan ini, fundamentalnya seperti apa, kinerjanya seperti apa maka kita akan tetap tenang. Tetapi ketika memang saham tersebut tiba-tiba mencetak kerugian, kinerjanya memburuk, dsb, maka kamu dapat melakukan pembatasan resiko.


Berikut teknikal saham IHSG dan investasi per 9 Mei 2022:

  • IHSG masih bisa turun sampai 6847, jika 6847 dijebol maka bisa ke 6500. Ketika IHSG jatuh ke 6500 apa yang harus dilakukan?
  • 7600 support untuk BBCA, kita bisa pantau 7300 sebagai support kuat.
  • 4400 support untuk BBRI, area toleransi 4250.
  • 8000 support untuk BMRI
  • 8500 support untuk BBNI
  • 7000 support untuk ASII, tetapi worst case bisa turun sampai ke 6500.
  • 3960 – 4000 support untuk TLKM sebagai area yang oke untuk entry.

Mau dapat trading signal real-time serta alasan jual-beli dan strateginya? yuk upgrade menjadi VIP member Emtrade. 

Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-FR-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.




Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Update Data Makro: Inflasi AS & China dan IKK Indonesia, Apa Implikasinya?

13 Mar 2024, 15:55 WIB
article
ArtikelInsight

Keluar dari MSCI, Indeks FTSE Siap Tampung CUAN

19 Feb 2024, 14:10 WIB
article
ArtikelInsight

Kembangkan Bisnis FTTH, ISAT Akuisisi Pelanggan MNC Play

21 Nov 2023, 12:01 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kinerja Marketing Sales Emiten Properti di Kuartal III/2023, Siapa Juaranya?

24 Okt 2023, 17:14 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi