Saham GIAA merupakan emiten penerbangan plat merah yang cukup mendominasi arus penerbangan udara secara nasional. Hal ini terbukti dari jumlah armada pesawat yang per November 2021 lalu tercatat sebanyak 125 unit, meski 119 diantaranya merupakan unit pesawat sewa. Meskipun demikian, GIAA masih menempatkan urutan ke-4 sebagai pemegang pangsa pasar terbesar di bawah Lion, Wings, dan Citilink.
Berbicara tentang GIAA, investor tentunya menolak lupa terhadap kejadian kasus manipulasi kinerja keuangan GIAA pada 2018. Saat itu, GIAA memang mencatatkan keuntungan laba sebesar US$5 juta atau setara Rp72,5 miliar. Pencapaian laba bersih itu didorong oleh pendapatan lain-lain senilai US$278 juta atau Rp4 triliun dari PT Mahata Aero Teknologi.
Pendapatan anorganik dari pendapatan lain-lain GIAA itu mampu menutup kerugian operasional US$206 juta atau Rp3 triliun. Hal itu membuat GIAA seolah-olah mencatatkan keuntungan pada 2018 setelah merugi US$213 juta pada 2017.
Bahkan, keuntungan GIAA pada 2018 itu pun menjadi yang pertama kalinya sejak saham maskapai penerbangan itu IPO pada 2011.
Harga saham GIAA pun langsung melejit gara-gara pencapaian laba bersih pada 2018 tersebut. Harga saham GIAA terbang dari level terendah Rp200-an per saham menjadi Rp500 per saham hanya dalam beberapa bulan.
Namun, kenaikan harga saham GIAA itu merugikan banyak investor atau trader yang menelan mentah-mentah laporan keuangan perseroan pada 2018. Soalnya, pencapaian laba bersih GIAA itu didukung oleh pencapaian laba bersih yang dimanipulasi.
Alhasil, harga saham Garuda langsung koreksi ke level Rp300-an per saham setelah diungkap adanya potensi manipulasi laporan keuangan.
Yang mengherankan, GIAA diaudit oleh salah satu jasa auditor terbesar yaitu KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). Lembaga jasa profesional yang dianggap transparan tersebut nyatanya tidak mampu menjaga kepercayaan investor yang berharap terhadap keabsahan kinerja suatu perusahaan. Maka dari itu, penting bagi investor untuk memahami cara bagaimana agar terhindar dari praktik-praktik ilegal dalam pelaporan keuangan.
Begini Nasib Saham GIAA Saat Ini
Kini, saham GIAA masih disuspensi sementara di harga Rp222 per saham. Terpuruknya kinerja GIAA pasca pandemi mendorong regulator untuk melakukan suspensi saham GIAA sampai waktu yang belum ditentukan.
Sampai kuartal III/2021, GIAA masih mencatatkan kerugian senilai US$1,6 miliar atau Rp24 triliun. Lebih tinggi dari kerugian pada kuartal III/2020 yang senilai US$1,1 miliar atau Rp15,5 triliun.
Penurunan penjualan sebesar 17% secara tahunan menjadi penyebab utama penurunan kinerja GIAA. Penurunan penjualan itu disebabkan penurunan volume penerbangan di era pandemi Covid-19. Jadi, di luar manipulasi data, GIAA nyatanya masih berkutat terhadap kinerjanya yang belum solid.
Mau belajar investasi dan trading saham secara praktis?
Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
-WS-
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.
https://emtrade.id/blog/8368/studi-kasus-manipulasi-laporan-keuangan-saham-giaa-2018
Deretan Saham Big Caps yang Terdiskon, Mana yang Potensial?
Adu Kuat Kinerja Big Bank Hingga November 2023
Mana Saham Properti yang Valuasinya Paling Murah? Cek di Sini!
Laba Bersih vs Arus Kas, Mana yang Lebih Penting?
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial