Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconFundamental

2 Cara Antisipasi Manipulasi Laporan Keuangan oleh Emiten

26 Apr 2022, 11:56 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
manipulasi laporan keuangan

Polemik yang terjadi pada saham Garuda Indonesia (GIAA) pada 2019 merupakan saksi bisu terkait manipulasi laporan keuangan kinerja GIAA yang mencatatkan laba sebesar US$809.850 atau Rp11,3 miliar. 


Manipulasi laporan keuangan itu langsung mendorong harga saham GIAA ke level tertinggi di Rp580 per saham pada 2019. Sampai akhirnya praktik manipulasi laba ini terungkap dan membuat turun hingga saham GIAA disuspensi pada level Rp222 per saham. 


Dari kejadian ini, kita bisa simpulkan kalau investor saham wajib paham cara menghindari potensi manipulasi laporan keuangan emiten. Tujuannya agar terhindar dari kerugian investasi saham di BEI. Begini dua cara untuk mendeteksi adanya potensi manipulasi laporan keuangan.



1. Ubah Flow Membaca Laporan Keuangan


Investor sering hanya terpaku pada hal remeh temeh, tanpa mengetahui gambaran keseluruhan kinerja sebuah emiten. 


Soalnya, pencapaian laba bersih itu belum tentu sudah dimiliki oleh perusahaan. Nah, kesalahan fatal ini yang membuat banyak investor menelan mentah-mentah realisasi kinerja emiten di bagian laba bersih.


Sebagai gambaran, banyak investor yang melakukan analisis laporan keuangan dengan menggunakan flow formula sebagai berikut :


Analisis Neraca Saldo → Analisis Laporan Keuntungan/Kerugian → Analisis Laporan Arus Kas


Flow tersebut merupakan hal yang justru membuat investor kerap menjadi korban dari manipulasi laporan keuangan. Kok bisa? 


Begini, dalam Akuntansi, ada 2 standar pengakuan pendapatan: Berbasis cash dan berbasis perpetual. 


Pengakuan pendapatan berbasis cash mengakui pendapatan yang nyata atau pendapatan yang uangnya sudah diterima oleh emiten. 


Investor pun harus fokus ke pengakuan pendapatan yang berbasis cash jika  ingin mengukur kinerja aktual perusahaan yang benar-benar nyata. Dengan melihat pengakuan pendapatan berbasis cash, investor bisa mengukur seberapa besar pendapatan yang benar-benar diterima emiten. 


Di sisi lain, pengakuan pendapatan berbasis perpetual bisa mengakui sebagian besar pendapatan yang belum terealisasi atau masih dalam tahap ekspektasi. Jadi, pengakuan pendapatan perpetual bisa dibilang uangnya belum tentu sudah diterima 100% oleh emiten.


Pendapatan yang belum terealisasi itu bisa diakui karena perlakuan akuntansi yang membenarkan pendapatan, meski emiten belum menerima uangnya. Konsep perpetual ini kadang dimanfaatkan manajemen untuk membuat objek pendapatan bayangan agar dapat mendorong kenaikan laba bersih emiten. 


Untuk itu, cara menghindari jebakan manipulasi laporan keuangan, investor harus mengubah cara membaca laporan keuangan sebagai berikut:

Analisis Laporan Arus Kas → Analisis Laporan Laba Rugi → Analisis Neraca Saldo


Dengan membaca dari laporan arus kas, berarti investor memulai baca laporan keuangan dari pengakuan pendapatan berbasis cash. Artinya, pendapatan yang tergambar di sana sudah menggambarkan realita jumlah uang yang keluar dan masuk emiten secara nyata. 


Sementara itu, laporan laba rugi menggunakan konsep pengakuan pendapatan berbasis perpetual, di mana jumlah uang yang tertera di pos laba-rugi belum tentu sudah diterima oleh emiten.


Dengan metode ini, maka investor akan mengurangi risiko terkena jebakan manipulasi laporan keuangan. Soalnya, ada beberapa emiten yang sudah mencatatkan laba bersih, tapi masih mengalami kerugian di arus kas operasi.


2. Pisahkan Pendapatan Organik dan Anorganik


Investor juga bisa terhindar dari manipulasi laporan keuangan dengan memisahkan pendapatan organik dan anorganik. 


Pendapatan organik merupakan pendapatan dari operasional bisnis utama perusahaan, sedangkan pendapatan anorganik adalah pendapatan dari aktivitas di luar operasional bisnis utama. 


Misalnya, emiten pakan ayam memproduksi pakan ayam kemasan, maka pakan ayam merupakan pendapatan yang bersifat organik. Namun, apabila perusahaan pakan ayam menjual pabrik sehingga menghasilkan pendapatan dari hasil jual pabrik, maka nilai pendapatan tersebut dianggap sebagai pendapatan anorganik. 


Untuk menghindari kemungkinan adanya praktik penyalahgunaan dari penyajian laporan keuangan, maka investor harus memisahkan komponen antara pendapatan organik dan anorganik. 


Artinya, investor harus curiga apabila suatu perusahaan mencatatkan kenaikan maupun penurunan pendapatan yang abnormal. Hal ini mengingat pendapatan yang bersifat anorganik harus dieliminasi untuk menghitung berapa besar nilai aktual dari operasional inti perusahaan. 


Soalnya, pendapatan anorganik sifatnya tidak konsisten, sehingga investor tidak bisa menaruh kepercayaan 100% terhadap kinerja perusahaan yang mencatatkan kenaikan pendapatan bisnis diluar dari operasional utama.


Hal ini juga pastinya akan mengurangi risiko manipulasi laporan keuangan bagi investor, seperti yang terjadi pada Garuda Indonesia (GIAA) yang mengakui adanya pendapatan diluar operasional sebesar US$239,9 juta yang berujung pada adanya kenaikan laba bersih. Tanpa pendapatan ini, GIAA seyogyanya masih mencatatkan kerugian pada kinerja 2019 lalu.


Jadi inilah cara-cara bagi investor agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kerugian investasi akibat permainan kotor manajemen di dalam penyajian laporan keuangan. Bagaimanapun juga, praktik manipulasi laporan keuangan masih berpotensi untuk terjadi di masa depan. 


Mau belajar strategi trading dan investasi saham?


Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-FR-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.





Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Deretan Saham Big Caps yang Terdiskon, Mana yang Potensial?

18 Apr 2024, 16:47 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kuat Kinerja Big Bank Hingga November 2023

17 Jan 2024, 08:59 WIB
article
ArtikelInsight

Mana Saham Properti yang Valuasinya Paling Murah? Cek di Sini!

11 Jan 2024, 13:38 WIB
article
ArtikelFundamental

Laba Bersih vs Arus Kas, Mana yang Lebih Penting?

6 Des 2022, 15:37 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi