Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed ke Saham Indonesia
https://emtrade.id/blog/7953/dampak-kenaikan-suku-bunga-the-fed
Suku bunga The Fed naik 25 bps menjadi 0,25%-0,5% pada 16 Maret 2022. Kenaikan suku bunga The Fed yang kerap bikin resah investor ini sudah terjadi, lalu apa Dampak kenaikan suku bunga The Fed ke saham di Indonesia?
Kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) ini adalah yang pertama
sejak The Fed mengobral suku bunga pada awal 2020 lalu karena krisis global
Covid-19.
Kebijakan kenaikan suku bunga
tersebut diambil untuk mengendalikan inflasi AS yang bergejolak hingga mencapai
level tertingginya selama 40 tahun terakhir bersamaan dengan
Namun, investor dibuat khawatir,
pasalnya kebijakan moneter AS berpotensi membuat bursa global berfluktuasi. Apalagi melihat tapering terakhir
di tahun 2013 yang membuat bursa saham Indonesia dilanda aksi jual besar-besaran oleh investor asing.
Baca juga: Kenapa Bursa Global Berpengaruh Ke
IHSG
Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed
Sebelum mengetahui dampak kenaikan suku bunga The Fed, ada beberapa hal yang selama ini dikhawatirkan oleh pelaku pasar ketika The Fed menaikkan suku bunga, dimana kami sudah ulas dengan lengkap di artikel berjudul Don’t Worry About Taper, Indonesia Have Opportunity to Recover. Kekhawatirkan tersebut berupa:
- Potensi Capital Outflow dari Bursa Saham
Karena perkiraan ekonomi AS yang lebih prospektif
dibandingkan dengan emerging market seperti
Indonesia dalam menghadapi normalisasi kebijakan moneter.
- Meningkatnya Nilai Dolar AS terhadap Rupiah
Meningkatnya suku bunga akan mengurangi jumlah dolar AS
beredar yang akan meningkatkan nilainya dibandingkan dengan kurs lain, termasuk
Rupiah. Sehingga menurunkan ketertarikan Indonesia sebagai negara tujuan
investasi.
- Biaya Modal Semakin Meningkat
Kenaikan suku bunga akan mendorong suku bunga kredit
korporasi yang semakin tinggi. Sehingga berpotensi meningkatkan biaya bunga
yang dapat menekan laba bersih perusahaan, begitu juga dengan kredit yang
dimiliki masyarakat.
- Ekspektasi Pertumbuhan Ekonomi yang Melambat
Ketidaksiapan ekonomi masyarakat dari bertambahnya beban
suku bunga dapat menekan laju pertumbuhan ekonomi, terutama dari sisi konsumsi
dimana masyarakat lebih memiliki untuk ‘berhemat’ dibandingkan agresif
melakukan spending di saat suku bunga
rendah.
Sehingga secara teori dan
historis berpotensi berdampak negatif bagi bursa saham Indonesia. Tetapi apakah
tahun ini akan terjadi dampak yang sama besar di bursa kita?
Antisipasi Kenaikan
Suku Bunga AS Sudah Price-in
Kami nilai kondisi perekonomian
global dan Indonesia saat ini tidak bisa dibandingkan dengan kondisi saat
tapering dan kenaikan suku bunga AS di tahun 2013 dan 2015.
Dimana terdapat beberapa hal
mendasar yang kami nilai menjadi faktor kenaikan suku bunga AS tidak akan
berdampak negatif ke indeks harga saham di Indonesia seperti halnya dekade
lalu:
- Well Informed
Pembahasan dan perdebatan taper tahun 2013 berlangsung 8
bulan sedangkan kenaikan suku bunga di 2015 berlangsung 9 bulan sebelum
kemudian The Fed benar-benar memutuskan kebijakan tersebut.
Di sisi
lain, kenaikan suku bunga tahun ini, The Fed telah
mengangkat perbincangan tersebut ke publik sejak Mei 2021 yang berarti isu dan
pembahasan kenaikan suku bunga sudah melebihi 1 tahun lamanya.
Hal ini tentu telah membuat investor dan analis banyak berpikir dan menilai banyak pertimbangan jauh-jauh hari. Apalagi teknologi informasi yang jauh lebih modern dibandingkan dekade lalu memungkinkan investor di seluruh dunia menerima informasi yang sama secara realtime.
Jadi, kami melihat informasi yang tersampaikan dengan baik
tersebut menjadi faktor bahwa kenaikan suku bunga sudah ‘price-in’ karena investor yang lebih siap.
- Indonesia Belum “Urgent” Ikut Menaikkan Suku Bunga
Dampak kenaikan suku bunga AS terhadap ekonomi dan bursa
saham Indonesia kami nilai sebagai multiplier
effect yang akan dirasakan secara langsung jika Bank Indonesia ikut menaikkan suku bunga.
Dalam Rapat Dewan Gubernur BI 17 Maret 2022, BI memutuskan untuk tetap menahan suku bunga Indonesia di
level 3,5%. Kami melihat ada beberapa faktor yang saat ini menjadi pertimbangan
untuk BI tetapi melanjutkan tingkat suku bunga rendah di tahun ini:
-
Inflasi masih terkendali
Dimana inflasi januari dan februari masih di 2,18% dan
2,06% (vs inflasi AS 7,5% dan 7,9%)
-
Ekonomi masih punya ruang untuk akselerasi
GDP Indonesia diperkirakan IMF tumbuh 5,6% tahun ini (vs 3,7% di 2021) dimana angka perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi GDP Global yang diperkirakan tumbuh 4,4% tahun ini (vs 5,9% pada tahun sebelumnya).
Dengan outlook positif tersebut, investor akan lebih percaya
dengan prospek pertumbuhan earnings
di bursa saham Indonesia.
-
Nilai tukar Rupiah Solid
Nilai rupiah dibandingkan dengan dolar AS cukup solid,
dimana sepanjang tahun 2022 cukup stabil di Rp 14.250 hingga 14.400, hanya
melemah 0,57% sepanjang tahun. Di bandingkan dolar indeks (DXY) yang mengalami
kenaikan 1,97% Ytd.
Dari faktor
tersebut kami melihat tidak ada hal mendesak yang mengharuskan BI menaikkan
suku bunga dan kami memperkirakan suku bunga tidak akan dinaikkan dalam waktu
dekat.
Hal ini
berdampak berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang masih bisa berakselerasi dan
mencerminkan prospek yang positif bagi bursa saham Indonesia.
- Indonesia Punya Bargaining
Position Kuat
Kenaikan harga komoditas dukung perekonomian Indonesia lebih kuat dengan potensi nilai ekspor yang lebih tinggi. Hal itu tercermin pada neraca dagang yang solid & defisit current account yang membaik.
Hal ini tentu akan berdampak pada kurs rupiah yang kokoh dan mendorong investor asing melirik Indonesia sebagai salah satu tujuan
Investasi yang prospektif
Dari ketiga hal itu dapat disimpulkan bahwa dampak kenaikan suku bunga The Fed sudah price-in pada harga indeks saham Indonesia saat ini, meski begitu terdapat beberapa risiko yang perlu investor perhatikan seperti dampak kenaikan harga komoditas yang bisa mendorong inflasi lebih tinggi dapat merubah pandangan BI untuk segera menaikkan suku bunga sedangkan konsumsi masyarakat belum sepenuhnya pulih.
Lalu, bagaimana strategi trading saham saat posisi suku bunga The Fed sudah naik?
Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.
-AVV-
Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul
https://emtrade.id/blog/7953/dampak-kenaikan-suku-bunga-the-fed
Laba Bersih vs Arus Kas, Mana yang Lebih Penting?
Saham Bank Umum vs Daerah, Mana yang Lebih Bagus?
Begini Cara Kerja Bisnis Properti dan Faktor Penggeraknya!
4 Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti, Saham Bank Kamu yang Mana?
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2023, PT Emtrade Teknologi Finansial