Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed ke Saham Indonesia

18 Mar 2022, 14:06 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Suku bunga The Fed naik 25 bps menjadi 0,25%-0,5% pada 16 Maret 2022. Kenaikan suku bunga The Fed yang kerap bikin resah investor ini sudah terjadi, lalu apa Dampak kenaikan suku bunga The Fed ke saham di Indonesia?

Kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) ini adalah yang pertama sejak The Fed mengobral suku bunga pada awal 2020 lalu karena krisis global Covid-19.

Kebijakan kenaikan suku bunga tersebut diambil untuk mengendalikan inflasi AS yang bergejolak hingga mencapai level tertingginya selama 40 tahun terakhir bersamaan dengan pemulihan ekonomi AS yang sangat memuaskan.

Namun, investor dibuat khawatir, pasalnya kebijakan moneter AS berpotensi membuat bursa global berfluktuasi. Apalagi melihat tapering terakhir di tahun 2013 yang membuat bursa saham Indonesia dilanda aksi jual besar-besaran oleh investor asing.

Baca juga: Kenapa Bursa Global Berpengaruh Ke IHSG


Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed

Sebelum mengetahui dampak kenaikan suku bunga The Fed, ada beberapa hal yang selama ini dikhawatirkan oleh pelaku pasar ketika The Fed menaikkan suku bunga, dimana kami sudah ulas dengan lengkap di artikel berjudul Don’t Worry About Taper, Indonesia Have Opportunity to Recover. Kekhawatirkan tersebut berupa:

  1. Potensi Capital Outflow dari Bursa Saham

Karena perkiraan ekonomi AS yang lebih prospektif dibandingkan dengan emerging market seperti Indonesia dalam menghadapi normalisasi kebijakan moneter.

  1. Meningkatnya Nilai Dolar AS terhadap Rupiah

Meningkatnya suku bunga akan mengurangi jumlah dolar AS beredar yang akan meningkatkan nilainya dibandingkan dengan kurs lain, termasuk Rupiah. Sehingga menurunkan ketertarikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi.

  1. Biaya Modal Semakin Meningkat

Kenaikan suku bunga akan mendorong suku bunga kredit korporasi yang semakin tinggi. Sehingga berpotensi meningkatkan biaya bunga yang dapat menekan laba bersih perusahaan, begitu juga dengan kredit yang dimiliki masyarakat.

  1. Ekspektasi Pertumbuhan Ekonomi yang Melambat

Ketidaksiapan ekonomi masyarakat dari bertambahnya beban suku bunga dapat menekan laju pertumbuhan ekonomi, terutama dari sisi konsumsi dimana masyarakat lebih memiliki untuk ‘berhemat’ dibandingkan agresif melakukan spending di saat suku bunga rendah.

Sehingga secara teori dan historis berpotensi berdampak negatif bagi bursa saham Indonesia. Tetapi apakah tahun ini akan terjadi dampak yang sama besar di bursa kita?

 

Antisipasi Kenaikan Suku Bunga AS Sudah Price-in

Kami nilai kondisi perekonomian global dan Indonesia saat ini tidak bisa dibandingkan dengan kondisi saat tapering dan kenaikan suku bunga AS di tahun 2013 dan 2015.

Dimana terdapat beberapa hal mendasar yang kami nilai menjadi faktor kenaikan suku bunga AS tidak akan berdampak negatif ke indeks harga saham di Indonesia seperti halnya dekade lalu:

  1. Well Informed

Pembahasan dan perdebatan taper tahun 2013 berlangsung 8 bulan sedangkan kenaikan suku bunga di 2015 berlangsung 9 bulan sebelum kemudian The Fed benar-benar memutuskan kebijakan tersebut.

 

Di sisi lain, kenaikan suku bunga tahun ini, The Fed telah mengangkat perbincangan tersebut ke publik sejak Mei 2021 yang berarti isu dan pembahasan kenaikan suku bunga sudah melebihi 1 tahun lamanya.

 

Hal ini tentu telah membuat investor dan analis banyak berpikir dan menilai banyak pertimbangan jauh-jauh hari. Apalagi teknologi informasi yang jauh lebih modern dibandingkan dekade lalu memungkinkan investor di seluruh dunia menerima informasi yang sama secara realtime.


Jadi, kami melihat informasi yang tersampaikan dengan baik tersebut menjadi faktor bahwa kenaikan suku bunga sudah ‘price-in’ karena investor yang lebih siap.

 

  1. Indonesia Belum “Urgent” Ikut Menaikkan Suku Bunga

Dampak kenaikan suku bunga AS terhadap ekonomi dan bursa saham Indonesia kami nilai sebagai multiplier effect yang akan dirasakan secara langsung jika Bank Indonesia ikut menaikkan suku bunga.

 

Dalam Rapat Dewan Gubernur BI 17 Maret 2022, BI memutuskan untuk tetap menahan suku bunga Indonesia di level 3,5%. Kami melihat ada beberapa faktor yang saat ini menjadi pertimbangan untuk BI tetapi melanjutkan tingkat suku bunga rendah di tahun ini:

-      Inflasi masih terkendali

Dimana inflasi januari dan februari masih di 2,18% dan 2,06% (vs inflasi AS 7,5% dan 7,9%)

-      Ekonomi masih punya ruang untuk akselerasi

GDP Indonesia diperkirakan IMF tumbuh 5,6% tahun ini (vs 3,7% di 2021) dimana angka perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi GDP Global yang diperkirakan tumbuh 4,4% tahun ini (vs 5,9% pada tahun sebelumnya).


Dengan outlook positif tersebut, investor akan lebih percaya dengan prospek pertumbuhan earnings di bursa saham Indonesia.

-      Nilai tukar Rupiah Solid

Nilai rupiah dibandingkan dengan dolar AS cukup solid, dimana sepanjang tahun 2022 cukup stabil di Rp 14.250 hingga 14.400, hanya melemah 0,57% sepanjang tahun. Di bandingkan dolar indeks (DXY) yang mengalami kenaikan 1,97% Ytd.

Dari faktor tersebut kami melihat tidak ada hal mendesak yang mengharuskan BI menaikkan suku bunga dan kami memperkirakan suku bunga tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat.

Hal ini berdampak berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang masih bisa berakselerasi dan mencerminkan prospek yang positif bagi bursa saham Indonesia.

  1. Indonesia Punya Bargaining Position Kuat

Kenaikan harga komoditas dukung perekonomian Indonesia lebih kuat dengan potensi nilai ekspor yang lebih tinggi. Hal itu tercermin pada neraca dagang yang solid & defisit current account yang membaik.

Hal ini tentu akan berdampak pada kurs rupiah yang kokoh dan mendorong investor asing melirik Indonesia sebagai salah satu tujuan Investasi yang prospektif

Dari ketiga hal itu dapat disimpulkan bahwa dampak kenaikan suku bunga The Fed sudah price-in pada harga indeks saham Indonesia saat ini, meski begitu terdapat beberapa risiko yang perlu investor perhatikan seperti dampak kenaikan harga komoditas yang bisa mendorong inflasi lebih tinggi dapat merubah pandangan BI untuk segera menaikkan suku bunga sedangkan konsumsi masyarakat belum sepenuhnya pulih.

Lalu, bagaimana strategi trading saham saat posisi suku bunga The Fed sudah naik?

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade.

-AVV-

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul






Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
ArtikelInsight

Deretan Saham Big Caps yang Terdiskon, Mana yang Potensial?

18 Apr 2024, 16:47 WIB
article
ArtikelInsight

Adu Kuat Kinerja Big Bank Hingga November 2023

17 Jan 2024, 08:59 WIB
article
ArtikelInsight

Mana Saham Properti yang Valuasinya Paling Murah? Cek di Sini!

11 Jan 2024, 13:38 WIB
article
ArtikelFundamental

Laba Bersih vs Arus Kas, Mana yang Lebih Penting?

6 Des 2022, 15:37 WIB
article
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi