Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

IPO GOTO: Harap-harap Cemas di IPO Saham Teknologi

16 Mar 2022, 13:43 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Setelah hampir setahun menanti, akhirnya perusahaan teknologi terbesar di Indonesia akan melaksanakan periode IPOnya pada bulan Maret tahun ini.

GOTO akan melepas 4,35% porsi sahamnya atau setara dengan 52 miliar ke publik. Melalui IPO tersebut, GOTO akan mendapatkan dana segar maksimal Rp 17,9 triliun, menjadi IPO terbesar ke 3 setelah Bukalapak.com Rp 21,9 triliun dan Mitratel Rp 18,8 triliun dengan potensi kapitalisasi pasar sebesar Rp 413 triliun, tertinggi ke 4 di BEI setelah BBCA, BBRI, dan TLKM.

Dana hasil IPO tersebut nantinya akan digunakan sebagai modal kerja dan peningkatan penyertaan anak usaha yang nantinya akan digunakan juga sebagai modal kerja seperti, akuisisi pelanggan, penjualan dan pemasaran, pengembangan produk, serta beban operasional

 

Bonus Demografi Dukung Potensi Pertumbuhan

Indonesia berada pada fenomena bonus demografi dimana populasi Indonesia didominasi oleh usia produktif. Data BPS tahun 2021 menunjukan usia produktif Indonesia mencapai 69% dari total populasi, dimana menurut Nielsen masyarakat pada usia dewasa yang sebagian besar pada usia produktif menghabiskan waktu hingga 13,5 jam di depan layar gadget.

Hal ini menjadi beneficial behavior bagi GOTO dengan potensi pertumbuhan pengguna dan traffic.



Covid-19: Akselerator Ekonomi Digital

Puncak Covid-19 yang melanda ekonomi global pada 2020 memberi dampak negatif pada perekonomian Indonesia, dimana PDB Indonesia mengalami penurunan 2,17% YoY karena aktivitas ekonomi yang sempat terhenti karena pembatasan mobilitas yang sangat ketat.

Meskipun begitu, Covid-19 menjadi momentum masyarakat semakin memanfaatkan teknologi untuk beraktifitas. Hal tersebut terlihat pada gross merchandise value (GMV) Indonesia tahun 2021 yang mengalami lonjakan 49% YoY. Pertumbuhan tersebut diperkirakan oleh google akan berlanjut hingga tahun 2025 dengan CAGR sebesar 20%.

Potensi pertumbuhan transaksi tersebut sangat mungkin tercermin di GOTO, mengingat GOTO memiliki korelasi yang besar terhadap perekonomian dengan GMV terbesar di Indonesia serta kontribusi lebih dari 2% ke GDP.

 

Posisi Pasar Solid Dengan Market Leader di 3 Segmen

Gojek dan Tokopedia memiliki pasar yang solid dengan pengalaman di industri yang sudah lebih dari satu dekade (Gojek sejak 2010 & Tokopedia sejak 2009). 


Pengalaman tersebut kami nilai menjadi modal yang bernilai untuk GOTO melanjutkan sustainability business dengan kemampuan membaca industri yang lebih unggul dibandingkan dengan kompetitornya.

Hal tersebut sudah tercermin pada capaian seperti Gojek yang memiliki lebih dari 2,5 juta driver, Tokopedia yang memiliki lebih dari 100 juta user aktif bulanan dan 12 juta merchant, serta segmen financial dengan ekosistem yang luas, dimana ketiganya merupakan market leader di tiap segmennya.

Disamping fokus pada maket Indonesia, GOTO juga sudah memperluas bisnisnya ke Singapura dan Vietnam yang kami lihat juga menjadi market yang potensial, terutama Vietnam yang memiliki struktur pasar hampir sama seperti Indonesia.

 

Efisiensi Cost of Marketing

Disamping keunggulan kompetitif dari posisi GOTO di industri yang sudah solid, kami juga melihat potensi penggunaan cost of marketing yang akan efisien dengan ekosistem yang saling terintegrasi.

Efisiensi itu sangat mungkin terjadi melihat kegiatan pemasaran yang dilakukan untuk satu segmen memungkinkan calon pelanggan untuk menggunakan segmen lainnya. Seperti halnya pemasaran untuk Tokopedia akan mendorong penggunaan Gojek sebagai delivery dan Gopay sebagai payment method. Kami memperkirakan penurunan beban penjualan dan pemasaran sebesar 60,9% pada laporan tahunan GOTO FY21 dibandingkan puncaknya di FY19.


Skema GreenShoe dan Lock Up akan Jaga Stabilitas Harga Saham Pasca IPO

Sebagaimana yang dipaparkan pada prospektus, pada GOTO memberlakukan skema GreenShoe. Melalui skema tersebut, GOTO akan mengalokasikan sebanyak-banyaknya 15% dari saham yang ditawarkan kepada masyarakat untuk diambil sebagai saham treasury atau sejumlah 7,8 miliar lembar saham.

Sehingga harga akan ‘dijaga’ selama 30 hari perdagangan setelah IPO dengan skema pembelian kembali saham (buyback) oleh perusahaan jika harga sahamnya mencapai level dibawah IPO. Skema tersebut akan dilaksanakan hingga porsi saham treasury sejumlah 7,8 miliar saham sudah terpenuhi atau masa GreenShoe sudah selesai.

Di sisi lain, IPO GOTO juga mewajibkan para pemegang saham eksisting untuk tidak menjual sahamnya selama periode tertentu, antara 8 bulan hingga 2 tahun setelah tanggal IPO. Kedua skema tersebut akan lebih meyakinkan investor bahwa stabilitas harga pasca IPO akan lebih berjaga.

 

Nama Besar pada Pemegang Saham

Dari 4 triliun lembar saham GOTO yang tercatat, terdapat beberapa investor besar yang namanya cukup familiar di telinga investor seperti pengusaha tanah air Garibaldi Thohir yang juga menjabat sebagai komisaris dan Taobao China Holding Limited (Alibaba Group) dan beberapa investor lain yang tidak tercatat di prospektus seperti Meta, Google, Softbank dan Tencent.



Downside Risk Bottom Line dan Arus Kas Operasional Negatif

Kinerja yang masih negatif kami nilai sebagai salah satu risiko yang investor juga perlu perhatikan. Meskipun pendapatan dan juga GTV menunjukan trend pertumbuhan, GOTO masih membukukan kerugian bersih sampai Juli 2021 senilai Rp7,59 triliun dibandingkan Rp10,06 triliun pada Juli 2020. Dengan loss margin yang cukup tinggi, sebesar -301%.

Kinerja yang negatif tersebut sebagian besar didorong oleh kenaikan biaya umum dan administrasi (G&A) sebesar 107% YoY.

Sedangkan di sisi arus kas, GOTO masih membukukan arus kas operasional yang negatif Rp 4,3 triliun dibandingkan Rp4,9 triliun pada tahun sebelumnya, tingginya arus kas keluar kepada pemasok yang naik 51,3% menjadi Rp5,8 triliun dibandingkan periode sama dengan tahun sebelumnya dan pembayaran lain-lain sebesar Rp3,05 triliun mendorong arus kas operasional GOTO sampai Juli 2021 berada di level negatif.


Risiko Ekonomi Global & Paranoid Investor

Selain risiko dari kinerja perusahaan yang masih negatif, kami juga melihat risiko dari ekonomi global terhadap perusahaan teknologi cukup besar pada momen saat ini, dimana katalis negatif datang dari risiko tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang melibatkan negara barat serta China akan mendorong ketidakpastian global.

Di samping itu, kebijakan kenaikan suku bunga yang berpotensi diambil pada tanggal 16 Maret ini juga menjadi sentimen negatif dimana akan menaikkan US Treasury Yield dan potensi pertumbuhan ekonomi yang cooling down.

Risiko tersebut telah terlihat di beberapa saham teknologi global yang mengalami penurunan sepanjang tahun berjalan ini.


Meskipun memiliki ekspektasi prospek yang menggiurkan, GOTO juga memiliki risiko yang cukup menantang yang harus dihadapi. Bagaimana stragegi trading dan investasinya?

Upgrade ke VIP user untuk menikmati fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP user, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan


Klik di sini untuk upgrade VIP user Emtrade 

-AVV-

Emtrade.id/Disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul. 






Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi