Tips Investasi, Begini Cara Cari Saham Valuasi Terdiskon yang Benar
https://emtrade.id/blog/7341/tips-cari-saham-diskon
Bagi investor, valuasi merupakan
salah satu indikator penting yang tidak bisa dilepas dalam menilai sebuah
prospek investasi. Umumnya valuasi digunakan sebagai model dalam mencari nilai
wajar untuk menentukan apakah nilai perusahaan saat ini terdiskon, sudah wajar,
atau premium untuk pilihan investasi.
Dalam analisa fundamental,
investor bisa saja melihat potensi yang menarik dari bisnis model perusahaan, konsistensi
pertumbuhan kinerja historis, atau profil manajemen yang telah teruji yang bisa
dijadikan alasan bahwa suatu emiten memiliki prospek yang baik. Tetapi tanpa
valuasi, investor tidak memiliki acuan proyeksi nilai wajar yang mungkin
dicapai oleh perusahaan tersebut.
Sehingga valuasi menjadi menu wajib dalam menilai dan mengevaluasi sebuah prospek investasi.
Valuasi Absolut dan Relatif
Sebelum membahas detail mengenai model-model valuasi, ada baiknya kita membahas perbedaan valuasi relatif dan absolut, jenis valuasi yang secara umum biasa digunakan oleh investor.
Valuasi Absolut
Absolute Valuation merupakan kategori valuasi untuk menentukan
nilai intrinsik sebuah perusahaan berdasarkan proyeksi arus kas perusahaan terkait.
Sehingga valuasi absolut hanya mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan
dengan nilai perusahaan, tanpa membandingkan dengan perusahaan lain.
Terdapat beberapa model valuasi absolut yang umum digunakan seperti Discounted Cash Flow (DCF), Dividen Discounted Model (DDM), dan Free Cash Flow (FCF). Selain model valuasinya yang relevan digunakan di seluruh model bisnis, jenis valuasi ini juga terkenal dengan kerumitannya karena menggunakan banyak asumsi proyeksi fundamental. Sehingga relatif jarang digunakan oleh investor retail secara umum.
Valuasi Relatif
Berbeda dengan jenis valuasi
sebelumnya, relative valuation lebih
umum didengar oleh investor dengan beberapa model valuasi seperti Price to Book Value (PBV), Price to Earnings
Ratio (PER atau PE), dan Enterprise Value to Earnings Before Interest, Tax,
Depreciation, and Amortization (EV/EBITDA). Disamping perhitungan dan
penggunaanya yang lebih mudah, valuasi relatif bisa digunakan untuk
membandingkan valuasi antarperusahaan dan valuasi historis. Meski begitu, dalam
penggunaanya perlu dibedakan model valuasi tiap sektor untuk mendapatkan
valuasi yang tepat dan reliable.
Baca juga: Cara Menilai Valuasi
Perusahaan
Kenapa Valuasi Relatif Tiap Sektor Bisa Berbeda?
Meskipun dapat digunakan untuk
membandingkan nilai intrinsik antar perusahaan di satu sektor, terdapat
perbedaan penggunaan model valuasi pada tiap sektornya, karena kondisi keuangan
dan model bisnis yang berbeda.
Pada dasarnya, dalam valuasi relatif terbagi menjadi pembilang dan penyebut yang membandingkan nilai pasar dan kinerja perusahaan. Tidak terdapat acuan khusus indikator nilai pasar atau kinerja perusahaan yang harus digunakan. Sehingga selama dapat dibandingkan antarperusahaan, penggunaan nilai pasar dan kinerja perusahaan bersifat fleksibel.
Model Valuasi Relatif & Sektornya
Meskipun cukup fleksibel dalam
menggunakan indikator nilai pasar dan kinerja perusahaan. Terdapat beberapa
valuasi yang umum digunakan untuk beberapa sektor:
Price to Book Value (P/BV)
Valuasi P/BV merupakan valuasi
yang paling dasar digunakan, dengan membandingkan antara harga saham dengan
nilai bukunya. Umumnya valuasi PBV digunakan pada sektor perbankan dimana modal inti menjadi salah satu faktor penilaian
kondisi keuangan perusahaan, atau perusahaan-perusahaan yang belum memiliki
earnings atau laba.
Price to earning (P/E)
Price to Earnings Ratio atau yang umum di sebut sebagai P/E atau PER merupakan valuasi yang paling banyak digunakan karena dapat mencakup sektor yang cukup luas. Valuasi ini membandingkan antara harga saham dengan jumlah laba per saham perusahaan. Sehingga selama perusahaan masih menghasilkan laba, valuasi ini bisa digunakan (exclude: perbankan & infrastruktur).
Model valuasi ini bisa digunakan pada sektor, manufaktur, retail, komoditas, properti, dll
Enterprise Value to Ebitda (EV/Ebitda)
Berbeda dengan kedua valuasi
sebelumnya, EV/EBITDA memiliki cakupan sektor yang lebih spesifik. Dimana,
sektor yang dimaksud adalah yang memiliki biaya non-kas seperti depresiasi dan
amortisasi tinggi karena tingginya nilai aset pada sektor tersebut.
Industri-industri di sektor infrastruktur seperti menara dan telekomunikasi menjadi sektor yang bisa menggunakan valuasi EV/EBITDA. Terkadang sektor pertambangan juga dapat divaluasi menggunakan EV/EBITDA karena tingginya biaya non-kas dari peralatan tambang dan smelter.
Model valuasi ini membandingkan
antara Enterprise Value yang didapat
dari Market Cap + Debt (atau utang pembiayaan) – Kas dan setara
kas, dibagi dengan EBITDA atau laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan
amortisasi.
Enterprise Value to Gross Merchandise Value (EV/GMV)
Model valuasi EV to GMV menjadi
model valuasi untuk sektor new economic
yang belum lama familiar di kalangan investor. EV/GMV merupakan valuasi untuk
menghitung nilai intrinsik dari sektor e-commerce
dengan cara membandingkan Enterprise
Value dengan Gross Merchandise Value (GMV) atau total nilai pembelian
pengguna platform e-commerce.
Munculnya valuasi ini menjadi salah satu bukti bahwa valuasi merupakan sebuah seni yang terus berkembang dan tidak terikat pada sebuah standar.
Enterprise Value/User (EV/User)
Selain EV/GMV terdapat model valuasi EV/User untuk menghitung nilai intrinsik pada perusahaan new economic. Model valuasi ini umum digunakan pada perusahaan yang memiliki basis pengguna sebagai salah satu indikator kinerjanya, biasanya perusahaan tersebut beroperasi mengandalkan sebuah platform dimana jumlah pengguna dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Contoh paling umum adalah sektor bank digital dan platform media.
Model valuasi ini membandingkan
antara nilai Enterprise value dengan jumlah pengguna platform terkait.
Valuasi yang Menarik
Setelah memahami jenis dan model valuasi, akan timbul pertanyaan ‘valuasi seperti apa yang menarik?’. Jawaban singkatnya adalah, valuasi yang terdiskon atau murah. Lalu valuasi bagaimana yang bisa dikatakan terdiskon? ada 3 hal yang perlu diperhatikan:
1. Forward Valuation
Proyeksi valuasi atau yang biasa disebut forward valuation merupakan cara menentukan nilai intrinsik paling ideal, dimana investor membuat proyeksi kinerja (seperti: EPS atau EBITDA) yang selanjutnya akan tergambar pada nilai target valuasi. Dapat dikatakan terdiskon jika valuasi forward menawarkan nilai yang lebih tinggi dibanding valuasi saat ini.
2. Valuation Band
Valuation Band merupakan sebuah grafik
yang menunjukan valuasi sebuah perusahaan secara historis dimana terdapat garis
horizontal yang merupakan garis standar deviasi dan rata-rata valuasi selama
periode tertentu. Secara instan, garis horizontal tersebut bisa dijadikan
sebagai target valuasi, tentu dengan mempertimbangkan kondisi fundamental
lainnya.
Dapat dikatakan
terdiskon jika valuasi saat ini berada dibawah rata-rata valuasi 5 tahunnya.
3
3. Dibanding Peers
Disamping
membandingkan dengan valuasi historis dan forward dari perusahaan bersangkutan,
investor juga bisa membandingkan valuasi peers nya atau kompetitor yang
bergerak dalam satu sektor. Sehingga valuasi sebuah perusahaan bisa dikatakan
terdiskon jika nilai valuasinya lebih rendah dibandingkan industri atau
kompetitor (peers).
Gimana? Sudah paham cara
penggunaan dan penghitungan valuasi kan. Jadi apa pilihan saham yang dengan
valuasi yang menarik? Temukan selengkapnya dengan upgrade menjadi VIP member
Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.
Klik di sini untuk upgrade menjadi VIPmember Emtrade.
-AVV-
https://emtrade.id/blog/7341/tips-cari-saham-diskon
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2023, PT Emtrade Teknologi Finansial