Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconPemula

Overbought dan Oversold, Apa yang Perlu Dipahami oleh Trader?

31 Jan 2022, 11:01 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Overbought dan oversold jadi istilah yang kerap disebut oleh para analis teknikal. Keduanya menjadi penting untuk dipahami trader karena dapat menjelaskan kondisi harga saham terkini dan langkah yang tepat untuk diambil. Lantas, apa maksud dari overbought dan oversold?

Penjelasan Istilah Overbought


Overbought adalah kondisi di mana telah terjadi pergerakan harga saham yang signifikan dan konsisten selama periode waktu tertentu dan mencapai titik jenuh karena beli akibat tekanan beli yang cukup besar sebelumnya.

Dalam tahap ini, harga saham akan sulit mengalami kenaikan yang lebih tinggi lagi dan berpotensi koreksi. Untuk itu, tanda Overbought menyiratkan untuk investor tidak masuk untuk beli terlebih dulu. Lalu, untuk jangka pendek, bisa exit atau jual terlebih dulu. 

Namun, overbought bukan berarti menjadi sinyal harga saham berbalik turun tajam. Namun, cenderung harga saham berpotensi sulit bergerak lebih tinggi untuk jangka pendek, terlepas dari faktor fundamentalnya.

Baca juga: Bid dan Offer di Pasar Saham, Apa Maksudnya?

Penjelasan Istilah Oversold

Oversold adalah kondisi di mana harga saham mengalami jenuh jual karena tekanan jual yang terjadi mendorong saham ke titik terendah. 

Biasanya saham oversold akan konsolidasi terlebih dahulu sebelum akhirnya kembali naik dalam beberapa waktu mendatang.  Maka dari itu investor akan disarankan untuk beli saat saham sedang dalam kondisi seperti ini.

Penting untuk diketahui oversold mungkin akan berlangsung dalam periode waktu yang cukup panjang. Dengan demikian oversold tidak selalu menandakan harga saham akan langsung berbalik arah dan bergerak naik.

Baca juga: Timeframe Analisis

Mengetahui Saham Overbought dan Oversold Secara Fundamental

Dari segi Analisis fundamental, overbought dan oversold berkaitan erat dengan valuasi saham tersebut. Seperti, saham overbought dinilai memiliki valuasi yang lebih tinggi secara historis maupun rata-rata sektoralnya. 

Sebaliknya, harga saham yang oversold dianggap memiliki valuasi murah secara historis maupun dibandingkan dengan rata-rata sektoral. 

Biasanya, valuasi harga saham menggunakan beberapa indikator seperti, price to earning ratio (PER), price to book value (PBV), sampai enterprise value (EV) to EBITDA (EV/EBITDA). Penggunaan indikator valuasi akan disesuaikan dengan sektor bisnisnya, seperti perbankan menggunakan PBV, consumer goods menggunakan PER, dan telekomunikasi menggunakan EV/Ebitda.

Untuk menilai valuasi harga saham murah atau tidak, biasanya dibandingkan dengan rata-rata historis hingga lima tahun terakhir. Lalu, valuasi saham murah atau tidak juga bisa dihitung dengan membandingkan kompetitornya atau saham yang berada di satu subsektor. 

Untuk melihat harga saham yang murah secara valuasi adalah saham yang punya angka valuasi paling rendah secara historis maupun sektoral.  

Tonton juga: Cara Baca Rasio Aktivitas Perusahaan

Mengetahui Saham Overbought dan Oversold Secara Teknikal

Tidak hanya analisis fundamental, saham overbought dan oversold juga bisa dikenali melalui analisis teknikal. Penggunaan indikator sangat diperlukan saat melakukan analisis teknikal. Salah satu indikatornya adalah stochastic oscillator.


(Sumber: City index)

Stochastic oscillator mengukur momentum tren dengan membandingkan harga penutupan saham terbaru dengan harga saham selama jangka waktu tertentu. Indikatornya disajikan pada angka 0 sampai 100. Jika indikatornya menunjukkan angka 80 atau lebih, maka saham tersebut dianggap overbought.

Selain stochastic oscillator, investor bisa menggunakan indikator RSI atau relative strength index. Indikator ini mengukur kekuatan pergerakan harga saham dalam rentang waktu tertentu, biasanya 14 hari.


(Sumber: Yahoo Finance)

RSI bergerak dalam rentang 0 sampai 100 sama seperti stochastic oscillator. Saham akan dinyatakan overbought apabila nilai RSI berada di angka 70 atau lebih. Meski begitu terkadang RSI tetap berdiam di area overbought untuk periode waktu tertentu. Oleh karenanya, perlu dikonfirmasi dengan indikator lain untuk mencari sinyal pembalikan.

Sementara itu untuk saham oversold dengan stochastic oscillator dapat dilihat dari indikator yang berada di area 20 atau lebih rendah. Pada RSI, saham akan dianggap oversold dan rebound jika indikatornya bergerak di area 30 atau lebih rendah.

Pada contoh grafik di bawah ini, area yang dilingkari adalah RSI yang turun di bawah 30 (oversold). Selang beberapa waktu, harga saham kembali bergerak ke atas menandakan rebound


(Sumber: City Index)

Baca juga: Cara Swing Trading dengan RSI

Itu tadi pembahasan mengenai istilah overbought dan oversold yang perlu kamu pahami. Mau belajar analisis teknikal lebih dalam?

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade


Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.

-RE-



Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Perusahaan
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi