Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconCrypto

Altcoin, Apa dan Bagaimana Cara Kerjanya?

26 Jan 2022, 16:42 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Ketika mendengar soal cryptocurrency, mungkin kamu akan langsung teringat Bitcoin. Hingga artikel ini dibuat, Bitcoin masih asyik bertengger di posisi paling atas urutan kripto dengan kapitalisasi terbesar.

Hal tersebut dikarenakan Bitcoin telah membangun reputasinya di puncak jauh sebelum jenis kripto lainnya dicetak di blockchain. Dengan kata lain, Bitcoin merupakan cryptocurrency pertama di dunia.

Namun harganya yang begitu fantastis memalingkan perhatian sebagian investor untuk kemudian berinvestasi pada altcoin. Altcoin dinilai mempunyai prospek yang sama menjanjikannya dengan Bitcoin tapi dengan harga yang relatif lebih murah.

Apakah kamu sudah cukup familiar dengan altcoin? Baca selengkapnya di artikel ini agar kamu bisa pertimbangkan lebih matang sebelum membeli altcoin.

Apa itu Altcoin?

Sederhananya altcoin adalah jenis cryptocurrency selain bitcoin. Nama altcoin merupakan gabungan dari kata dalam bahasa Inggris “alternative” dan “Bitcoin” yang kemudian menjadi altcoin.

Menurut data dari CoinMarketCap, sudah ada lebih dari 8.500 altcoin yang beredar di seluruh dunia. Dan mengingat nilai kapitalisasi Bitcoin saat ini sebesar 40% dari keseluruhan pasar crypto, maka lebih dari setengah nilai pasar crypto berasal dari altcoin.

Penciptaan altcoin sendiri tidaklah sama. Ada yang harganya relatif murah, tapi ada juga yang mahal. Beberapa altcoin memiliki aplikasi jangka panjang yang menjanjikan, di mana sisanya hanya memiliki aplikasi jangka pendek.

Sedangkan tujuannya ada yang diciptakan untuk menduplikasi kesuksesan Bitcoin dan ada juga yang mengklaim untuk memecahkan kekurangan Bitcoin. Beberapa contoh altcoin yaitu Ethereum, Cardano, Polkadot, XRP, Dogecoin, Uniswap, dan lain-lain

Baca juga: Apa itu Cryptocurrency dan Blockchain?

Perbedaannya dengan Bitcoin


Kemunculan Bitcoin dengan mekanisme peer-to-peer bertujuan untuk merancang mata uang digital yang terdesentralisasi dan mampu menggeser kehadiran mata uang fiat. Namun upaya verifikasi transaksi melalui penambangan dinilai menguras banyak sumber daya dan cenderung mahal.

Di sisi lain altcoin diciptakan dengan mekanisme berbeda agar dapat menjadi solusi dari kelemahan Bitcoin tadi. Altcoin menekan biaya dan kompleksitas penambangan, sehingga bisa memproses lebih banyak transaksi setiap detiknya.

Litecoin, misalnya, dimulai sebagai tiruan dari source code blockchain Bitcoin beserta tujuan perancangan yang sama dengan Bitcoin, untuk menjadi mata uang digital bersifat peer-to-peer. Namun pendirinya ingin meningkatkan cara kerja Litecoin melalui percepatan waktu transaksi dan meningkatkan efisiensi penyimpanan.

Sementara Bitcoin hanya bisa ditambang setiap 10 menit, Litecoin akan menghasilkan koin setiap 2,5 menit yang membuat Litecoin dapat memproses pembayaran lebih cepat. Litecoin juga akan menghasilkan sebanyak 84 juta Litecoin, sedangkan Bitcoin hanya akan menghasilkan 21 juta Bitcoin.

Litecoin menggunakan seperangkat aturan penambangan yang berbeda dari Bitcoin. Jika Bitcoin membutuhkan hardware yang mahal untuk bisa menambang, Litecoin memungkinkan para miner untuk menambang menggunakan hardware yang standar.

Tidak sampai situ, premis altcoin juga sebenarnya berbeda dari Bitcoin. Teknologi blockchain pada Bitcoin digunakan sebagai buku besar pencatat transaksi. Di sisi lain altcoin Ethereum melihat kehadiran blockchain lebih dari sekadar untuk mencatat transaksi.

Beberapa blockchain tempat altcoin berdiri juga mencatat perjanjian dalam bentuk smart contracts. Smart contracts merupakan program komputer yang secara otomatis menjalankan kesepakatan jika kondisi tertentu telah terpenuhi. Hal ini memungkinkan penggunanya untuk bertransaksi lintas batas melalui jaringan tanpa perantara.

Dengan begitu altcoin mampu mendirikan aplikasi inovatif di blockchain. Sebagai contoh, Ripple memberikan fasilitas bertransaksi lintas batas yang tersentralisasi antara perusahaan dan institusi besar.

Baca juga: Dompet Bitcoin: Panduan Lengkap untuk Pemula

Cara Kerja Altcoin

Secara umum, altcoin bekerja seperti Bitcoin di mana pembayaran dari satu wallet ke wallet lain dilakukan menggunakan private key. Ada pula blockchain atau buku besar untuk mencatat setiap transaksi secara publik dan permanen, sehingga pertukaran tidak dapat diubah atau ditolak.

Teknologi blockchain diamankan dengan mathematics proofs yang mengonfirmasi transaksi dalam blok. Beberapa mata uang kripto, seperti Bitcoin, memerlukan proof-of-work yang merupakan cara rumit hemat energi untuk memverifikasi transaksi.

Sementara itu beberapa altcoin, seperti Ethereum, memerlukan proof-of-stake sebagai gantinya. Proof-of-stake memverifikasi transaksi melalui akun dalam jaringan, membuatnya lebih cepat, lebih sederhana, dan lebih hemat energi.

Baca juga: Pengertian DeFi, Layanan Keuangan Tanpa Bank

Jenis-Jenis Altcoin


1.       Stablecoin

Stablecoin adalah cryptocurrency yang memiliki pergerakan nilai aset cukup stabil jika dibandingkan dengan jenis lainnya. Ini dikarenakan stablecoin dirancang untuk memerangi volatilitas cryptocurrency dengan mengikat nilainya ke indeks, komoditas, dan sekuritas yang mendasarinya.

Tether dikenal sebagai stablecoin pertama. Tether cukup populer digunakan karena mampu mengurangi biaya dibandingkan dengan menukar dolar AS untuk setiap transaksi. Contoh stablecoin lainnya adalah MakerDAO, USDC, dan Diem.

2.   Token Digital

Altcoin yang berfungsi sebagai token digital didukung oleh platform blockchain yang mendasarinya. Misalnya, Tether bisa dianggap sebagai token digital karena berdiri di atas Ethereum dan blockchain lainnya.

Contoh lain adalah LINK yang digunakan untuk membayar layanan Chainlink. Chainlink sendiri dibangun di atas blockchain Ethereum di mana developer dapat menggunakannya untuk mengubah suatu data menjadi format yang lebih ramah blockchain, sehingga bisa dibaca oleh smart contracts dan sebaliknya.

3.       Fork

Fork merupakan altcoin yang berasal dari pembuat kode yang mengikutsertakan perubahan signifikan dalam protokol blockchain. Ini kemudian akan memengaruhi cara cryptocurrency dicatat, diperdagangkan, dan diterima.

Bitcoin Cash yang dikenal sebagai spin-off dari Bitcoin adalah salah satu contoh fork yang dibuat oleh sejumlah besar pemangku kepentingan Bitcoin guna membuat versi Bitcoin yang lebih cocok untuk pembayaran sehari-hari.

4.       Memecoin

Memecoin adalah aset kripto yang terinspirasi dari meme atau lelucon media sosial. Jika nilai Bitcoin lebih berkaitan pada faktor fundamental seperti kelangkaan dan total kapitalisasi pasar, memecoin kerap menghantam pasar kripto dalam jumlah besar dan dibeli oleh komunitas pengikut tren.

Memecoin dianggap cukup berisiko karena hanya mengandalkan faktor popularitas saja. Maka dari itu, sifatnya lebih seperti spekulasi. Contoh memecoin, yaitu Dogecoin, Shiba Inu, Mona Coin, dan HOGE.

Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk punya altcoin? Sebelum mulai investasi altcoin, yuk asah skill trading dan ilmu kamu seputar kripto bersama Emtrade!

Upgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.

Klik di sini untuk upgrade menjadi VIP member Emtrade


-RE-



Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi