Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

Penyebab IHSG Tiba-tiba Anjlok Bersama Indeks Saham Asia Lainnya

20 Des 2021, 16:35 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

IHSG malah makin turun ketika sesi 2 pada 20 Desember 2021. Sampai akhirnya indeks ditutup turun 0,83 persen menjadi 6.547. Apa yang mendorong IHSG turun jelang tutup tahun? 


Saat IHSG dibuka sesi 2 dan makin turun, bursa di Asia juga kompak memerah. Nikkei Tokyo turun 2,13 persen, Hang Seng Hong Kong turun turun 1,93 persen, Shanghai China turun 1,07 persen, Strait Times Singapura turun 1,3 persen. 


Dikutip dari berita Business Insider India pada pukul 13:00 WIB, anjloknya bursa Asia disebabkan melonjaknya kasus Omicron di Eropa dan Amerika Serikat. Padahal, kedua negara itu memiliki tingkat vaksinasi Covid-19 yang cukup tinggi, setidaknya satu dosis. 


Dampaknya terlihat ketika kasus Covid-19 yang kembali melejit di Belanda. Negeri Kincir Angin berencana melakukan lockdown total hingga Natal dan Tahun Baru.


Lalu, di Amerika Serikat, penasihat medis Gedung Putih juga mendesak orang-orang untuk mendapatkan suntikan vaksin booster. Lalu, menteri kesehatan Jerman mengungkapkan kemungkinan adanya lockdown jelang Natal. Soalnya, ada ancaman besar gelombang ke-5 Covid yang tidak bisa dihentikan lagi. 


Jika negara-negara di Eropa memutuskan untuk lockdown bisa berimbas kepada pemulihan ekonomi global. Rantai pasok komoditas berpotensi kembali bermasalah sekali lagi. Harga komoditas berpotensi melejit, sedangkan bisnis bisa berpotensi kembali lesu. 


BACA JUGA: Alasan Pergerakan Bursa Global Bisa Ngefek ke IHSG


Risiko Ekonomi China


Di sisi lain, ada risiko ekonomi China setelah Evergrande resmi gagal bayar kupon obligasi pada 6 Desember 2021. Bahkan, Fitch Ratings memangkas peringkat utang Evergrande menjadi restricted default gara-gara dua kali gagal bayar kupon. 


Bukan hanya Evergrande, Kaisa Group Holdings Ltd, juga gagal membayar obligasi 400 juta dolar AS yang jatuh tempo pada 7 Desember 2021. Evergrande dan Kaisa berkontribusi sebesar 15 persen dari obligasi dolar AS yang diterbitkan pengembang China. 


Untuk itu, People's Bank of China (PBOC) memutuskan untuk pangkas suku bunga dasar kredit atau loan prime sebesar 50 bps menjadi 3,8 persen. 


Kebijakan itu bakal membuat suku bunga pinjaman bank ke debitur korporasi turun pertama kalinya sejak April 2020. 


Bank sentral China memutuskan untuk menurunkan suku bunga karena pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu mulai melambat. Penyebabnya, krisis utang di sektor properti hingga wabah Covid-19 yang terlokalisasi. 


Selain itu, bank sentral China juga mengkhawatirkan inflasi dan harga produk yang tersedia di pabrik meningkat untuk pertama kalinya ke level tertinggi sejak pertengahan 1990-an. 


BACA JUGA: Alasan Trader dan Investor Saham Wajib Mantau Data Makroekonomi


Efek ke Saham di Indonesia


IHSG terkoreksi dalam karena tekanan dari kekhawatiran efek Omicron di Eropa dan AS. Hal itu terlihat dari pergerakan indeks saham sektoral yang menunjukan 9 dari 12 sektor turun. 


Hanya ada 2 indeks sektoral yang menguat, yakni kesehatan dan teknologi. Indeks saham kesehatan menguat 0,13 persen dan sempat menjadi satu-satunya sektor yang menguat sebelum saham sektor teknologi menyusul jelang penutupan. 


Untuk 5 saham kesehatan yang menguat paling tinggi antara lain, PT Bundamedik Tbk. (BMHS) naik 4,22 persen, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) naik 2,68 persen, PT Metro Healthcare Indonesia Tbk. (CARE) naik 1,96 persen, PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk. (DGNS) naik 1,94 persen, dan PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK) naik 1,19 persen. 


Di sisi lain, Indeks saham teknologi melejit hingga 0,95 persen. Salah satu pendorongnya adalah saham PT Anabatic Technologies Tbk. (ATIC) yang auto rejection atas (ARA) di level 24,59 persen menjadi Rp760 per saham. 


Penguatan ATIC pun disebabkan sentimen saham personal, yakni jelang penerapan biaya transfer BI Fast senilai Rp2.500 per saham pada 21 Desember 2021. 


Soalnya, ATIC memiliki produk Digital Xformation Platform (DXP) yang menjadi solusi teknologi bank bank untuk menerapkan BI-Fast. 


Dengan begitu, ada potensi permintaan untuk platform milik Anabatic tersebut. Soalnya, dengan BI-Fast, sistem transfer harus beroperasi 24 jam sehingga bank menjalankan kliring secara non-stop jika dibutuhkan. 


Berarti, secara sektoral, saham kesehatan yang didorong naik oleh kekhawatiran Covid-19. Lalu, bagaimana strategi trading saham jelang tutup tahun 2021?


Upgrade ke VIP user untuk menikmati fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP user, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, cryptoclass, dan seminar rutin setiap akhir pekan.


Klik di sini untuk upgrade VIP user Emtrade.

 


  -SR-


Emtrade.id/disclaimer





Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi