Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconPemula

7 Faktor yang Memengaruhi Pergerakan Harga Saham

31 Jan 2022, 10:56 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Berinvestasi saham memang begitu menggiurkan melihat potensi return-nya yang lebih tinggi dibanding instrumen lainnya di pasar modal. Namun konsep high risk, high return tetap perlu diperhatikan karena imbal hasil yang tinggi sejalan dengan risiko yang besar.

Nah, mengetahui harganya yang cukup berfluktuasi, apakah kamu tahu faktor-faktor yang membawa pengaruh terhadap harga saham? Kira-kira hal apa saja sih yang menyebabkan naik turunnya harga saham?

Tapi sebelum bahas itu, kamu mesti paham dulu tentang bagaimana transaksi jual dan beli saham terjadi. Yuk, simak penjelasannya!

Mekanisme Transaksi Saham

Singkatnya konsep transaksi perdagangan saham sama seperti transaksi jual beli di pasar tradisional, di mana biasanya penjual mematok tinggi harga barang dagangannya dan pembeli menawar dengan harga yang lebih murah. Lalu transaksi terjadi ketika harga disepakati oleh kedua pihak.

Begitu juga di pasar saham. Saat melakukan transaksi saham, ada yang namanya bid dan offer. Bid adalah penawaran harga dari pihak yang ingin membeli saham. Sedangkan offer adalah penawaran harga dari pihak yang ingin menjual saham.

Sebagai contoh, pembeli melakukan bid saham BBCA di harga Rp7.500 per lembar. Di sisi lain penjual melakukan offer saham BBCA di harga Rp7.600 per lembar. Transaksi belum benar-benar terjadi sampai akhirnya mencapai kesepakatan.

Namun biasanya akan ada satu pihak yang mengalah, bisa jadi pembeli atau penjual. Jika penjual setuju untuk melepas sahamnya di harga Rp7.500, di sini lah transaksi terjadi. Harga tersebut kemudian menjadi harga acuan untuk transaksi saham BBCA selanjutnya.

Transaksi tersebut terekam dan tercermin pada grafik saham yang biasa kita lihat di aplikasi atau platform tertentu.

Baca juga: Cara Membaca Bid-Offer (Orderbook)

Buying dan Selling Power


Buying power adalah kondisi di mana pasar saham didominasi oleh kekuatan beli pelaku pasar. Jadi bisa dibilang jumlah pembeli lebih banyak daripada jumlah penjual. Sebaliknya, selling power berarti kekuatan jual lebih besar daripada kekuatan beli.

Nah, kedua hal ini yang menjadi dasar pembentukan harga saham. Misalnya, saham BBCA sedang punya banyak permintaan pembelian. Meskipun seller mematok harga lebih besar dibandingkan harga transaksi sebelumnya, buyer cenderung tetap melakukan eksekusi pembelian di harga tersebut. Ini alasannya mengapa harga saham bisa terus terdorong naik. Hal yang sama berlaku sebaliknya.

Kekuatan beli dan jual dipengaruhi oleh beberapa faktor. Baik dari segi internal maupun eksternal. Berikut adalah 7 faktor yang memengaruhi pergerakan harga saham.

Baca juga: First Liner, Second Liner, Third Liner, Begini Perbedaannya

Faktor yang Memengaruhi Pergerakan Harga Saham

  1. Kinerja Perusahaan

Faktor pertama adalah kinerja perusahaan. Ini menjadi salah satu acuan pelaku pasar dalam membuat keputusan investasi. Perusahaan biasanya akan menerbitkan laporan keuangan secara kuartalan atau tahunan yang selanjutnya menjadi pedoman untuk melakukan analisis fundamental.

Beberapa bagian yang diperhatikan investor pada laporan keuangan adalah cash flow statement, balance sheet, dan financial statement untuk mengetahui seberapa sehat kondisi keuangan perusahaan.

Jika laporan mencerminkan kinerja yang baik, maka akan jadi sentimen positif. Tapi jika ternyata kualitas kinerjanya menurun, ini akan jadi sentimen negatif. Sentimen tersebut kemudian berperan sebagai pendorong perubahan harga saham.

  1. Sentimen Pasar

Faktor yang memengaruhi harga saham berikutnya adalah sentimen pasar. Faktor sentimen pasar datang dari kondisi dan kebijakan eksternal seperti nilai tukar Rupiah, harga bahan baku, harga jual komoditas, dan naik atau turunnya suku bunga acuan.

Contohnya saja di bulan Oktober 2021 lalu harga saham-saham produsen komoditas meroket ke level yang cukup tinggi selama beberapa periode dampak dari naiknya harga komoditas batu bara, migas, dan minyak sawit.

Lalu, ada sentimen tapering off oleh Federal Reserve yang sempat bikin pasar modal Indonesia bergejolak pada 2013. Namun, sentimen kebijakan tapering off pada 2021 tidak terlalu signifikan karena The Fed melakukan secara bertahap dan sesuai dengan proyeksi. Ditambah, fundamental ekonomi Indonesia juga lebih baik dibandingkan dengan 2013. 

Hasilnya, setelah pengumuman percepatan tapering dalam FOMC pada 17 Desember 2021, IHSG hanya ditutup tipis 0,47 persen. Tekanan itu pun juga lebih disebabkan pengumuman kasus Covid-19 varian Omicron pertama di Indonesia.

Baca juga: Alasan Trading dan Investasi Saham Wajib Pantau Kondisi Makroekonomi

  1.  Aksi Korporasi

Faktor berikutnya yang memengaruhi harga saham adalah aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan. Akan ada suatu saat di mana perusahaan melakukan tindakan atau membuat kebijakan yang mungkin membawa dampak pada persentase kepemilikan saham, jumlah lembar saham yang dimiliki, dan kepentingan pemegang saham lainnya.


Beberapa contoh aksi korporasi di antaranya, yaitu akuisisi, merger, rights issue, stock split, pembagian dividen, dan lain-lain. Kebijakan-kebijakan seperti inilah yang bakal memengaruhi pergerakan harga saham dari perusahaan terkait.

Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai aksi korporasi dan dampaknya pada harga saham, Emtrade sudah pernah bahas di artikel beberapa waktu lalu. Kamu bisa baca artikelnya melalui link di bawah ini.

Baca juga: Aksi Korporasi dan Pengaruhnya ke Harga Saham

  1. Kondisi Ekonomi Makro

Kondisi ekonomi mempunyai dampak langsung terhadap naik atau turunnya harga saham. Barangkali kalian masih ingat saat kasus Covid-19 pertama kali muncul di Indonesia. Selang beberapa waktu pemerintah memberlakukan PSBB demi mengontrol wabah ini.

Nah, adanya kebijakan tersebut sudah pasti berpengaruh pada keberlangsungan bisnis yang datanya akan tercermin di laporan keuangan periode selanjutnya. Kondisi yang penuh dengan ketidakpastian seperti ini akhirnya mendorong pelaku pasar untuk melepas kepemilikan sahamnya. Alhasil, IHSG turun 5% dalam waktu satu hari bursa.

Contoh kondisi ekonomi lainnya yang memengaruhi harga saham adalah tingkat suku bunga berdasarkan keputusan The Fed, tingkat inflasi, naik turunnya suku bunga acuan BI dan nilai impor ekspor yang berakibat langsung pada nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.

Tonton juga: Apa Dampaknya Kalau Suku Bunga Naik?

  1. Technical Price Action

Seperti yang dijelaskan di awal artikel, setiap transaksi yang mendorong pergerakan harga saham akan tercatat dan tercermin pada grafik saham. Grafik ini menggambarkan pola psikologis pelaku pasar saat melakukan transaksi.

Oleh karenanya, grafik tersebut kemudian dianalisis dengan indikator teknikal seperti moving average, MACD, stochastic, dan lain-lain. Tujuannya selain untuk mengetahui perkembangan arah tren, indikator tersebut juga berguna untuk mengetahui area support dan resistance.

Kedua area ini seringkali menjadi patokan trader saat hendak mengambil keputusan. Apakah sudah saatnya beli, jual, cut loss, atau take profit? Baru kemudian akan memengaruhi buying atau selling power dan harga saham pun bergerak mengikuti dinamikanya.

  1. Rebalancing Reksadana

Singkatnya reksadana adalah instrumen investasi kontrak kolektif yang dikelola oleh manajer investasi. Karena tanggung jawabnya mengelola portofolio, mereka terbilang cukup aktif membuat keputusan jual dan beli dalam jumlah besar.


Pertimbangan dari transaksi yang dilakukan manajer investasi datang dari saham-saham yang dianggap berkinerja kurang baik dan kondisi industri yang sedang tidak kondusif. Untuk itu, manajer investasi akan melakukan rebalancing atau penyesuaian portofolio sesuai dengan indeks yang diacu.

Mengingat manajer investasi memiliki dana yang masif, maka setiap rebalancing yang dilakukan sangat berpotensi untuk memengaruhi pergerakan harga saham.

  1. Aksi Jual Beli Asing

Faktor terakhir yang memengaruhi harga saham adalah aksi jual beli dari pihak asing. Penting untuk diketahui bahwa pasar modal Indonesia ikut diramaikan oleh asing, meskipun laporan terakhir menunjukkan adanya penyusutan jumlah investor asing.

Kenapa asing tertarik untuk masuk ke pasar modal dalam negeri? Salah satu pendorongnya adalah prospek ekonomi Indonesia.

Contohnya saja ketika di bulan November lalu BI menyatakan akan tetap menjaga suku bunga di level rendah dan memasang proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2022, asing memburu saham-saham seperti BMRI, BBRI, dan BBNI. Hal tersebut lantas mendorong harga sahamnya untuk lanjut bergerak ke atas.

Baca juga: 4 Siklus Pasar Saham: Akumulasi, Partisipasi, Distribusi, dan Kapitulasi

Upgrade ke VIP user untuk menikmati fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP user, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan

Klik di sini untuk upgrade VIP user Emtrade

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.

-RE-




Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Telegram
Perusahaan
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi