Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconPemula

Initial Public Offering Artinya Apa Sih

15 Feb 2022, 11:35 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Initial Public Offering artinya apa sih? apa itu initial public offering (IPO)? IPO sendiri menjadi salah satu istilah yang kerap kita dengar di mana-mana. Emtrade sendiri sudah beberapa kali membahas prospek dari beberapa saham yang hendak IPO. Namun bagi kamu yang pemula mungkin masih bingung maksud dari istilah ini. Untuk itu, mari baca ulasannya di bawah ini.

Apa itu Initial Public Offering (IPO)?

Apa itu IPO? IPO atau Initial Public Offering artinya penawaran umum perdana. Namun secara teori IPO adalah penawaran perdana saham dari perusahaan tertentu ke masyarakat luas. Ini lantas membuat perusahaan yang semula bersifat tertutup, menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya bisa dibeli oleh siapa pun. Oleh karena itu, IPO juga biasa disebut go public.

Perusahaan yang akan IPO biasanya bakal melakukan paparan publik ke investor dan merilis prospektus, laporan tentang rencana IPO perusahaan dari sejarah, tujuan IPO, analisis bisnis perusahaan, sampai siapa pemegang saham terakhirnya. 

Kini, akses untuk bisa tahu saham apa saja yang mau IPO dan mengunduh prospektusnya bisa ke e-ipo.co.id

Saat perusahaan IPO, calon perusahaan terbuka bakal mengumumkan jadwal tahapan pelaksanaan IPO yang terdiri dari lima tahap seperti:

  • Book building atau masa penawaran awal: Tahap penyampaian minat investor terhadap saham IPO yang akan menjadi dasar penentuan harga penawaran perdana.
  • Offering atau masa penawaran umum: Tahap di mana investor bisa menyampaikan minatnya untuk membeli saham IPO dengan harga penawaran perdana yang sudah ditentukan.
  • Allotment: Proses penjatahan saham atas pesanan yang disampaikan oleh investor.
  • Distribution: Tahap distribusi saham kepada investor sesuai dengan hasil penjatahan.
  • Listing: Hari H saham terdaftar secara resmi di bursa.

Di dalam IPO, ada juga istilah yang disebut oversubscribe. Oversubscribe adalah kondisi ketika total saham yang dipesan investor lebih tinggi daripada jumlah total saham yang ditawarkan oleh emiten.

Hal ini biasanya terjadi karena tingginya antusias atau minat masyarakat untuk membeli saham tersebut. Alhasil jumlah lot yang diterima tidak sesuai dengan jumlah lot yang dipesan. Dana investor yang jumlah sahamnya tidak terpenuhi wajib dikembalikan setelah proses penjatahan.

Sementara itu undersubscribe adalah kebalikan dari oversubscribe di mana jumlah penawaran atas saham perusahaan dari investor lebih sedikit daripada jumlah saham yang diterbitkan. Undersubscribe bisa jadi sinyal negatif karena masyarakat umum kurang tertarik untuk membeli saham tersebut. Penyebabnya bisa jadi karena harga saham terlalu mahal atau faktor lainnya.

Tonton juga: Cara Beli Saham E-IPO

Tujuan Initial Public Offering (IPO)

Ada banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh perusahaan sebagai pelaku bisnis dalam memenangi persaingan. Satu di antaranya adalah kebutuhan pendanaan. Suntikkan dana dari para pendiri atau pihak ketiga tidak dapat dijadikan solusi jangka panjang mengingat adanya keterbatasan dari pihak-pihak tersebut.

Bahkan akses kepada perbankan untuk mendapatkan tambahan dana pun juga sangat terbatas. Apalagi kalau perusahaan sudah cukup berkembang di mana dana yang dibutuhkan jumlahnya sangat masif.

Melalui IPO, perusahaan mengharapkan penunjang aspek finansial yang baru bagi bisnis. Dalam kata lain, mendapatkan dana segar atau modal dari luar untuk mengembangkan bisnis. Maka dari itu, IPO umumnya diselenggarakan pada saat pasar dalam kondisi baik dan perusahaan sedang bertumbuh.

Terlebih lagi Initial Public Offering Artinya saham yang dilepas bisa dibilang ditawarkan dengan harga yang cenderung standar. Seiring berjalannya waktu, saham tersebut sangat berpotensi mengalami kenaikan dan kemudian meningkatkan value perusahaan terkait.

Contohnya saja produsen makanan dan minuman PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) yang listing tanggal 6 Desember kemarin berhasil meraup dana sebesar Rp3,66 triliun. Rencananya anggaran akan dialokasikan untuk menambah kapasitas produksi olahan susu, permodalan anak usaha di bidang distributor, dan lain-lain.

Selain itu perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di bursa akan dikenal dan dipercaya oleh kalangan perbankan. Sebab mereka dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan melalui keterbukaan informasi yang diumumkan oleh perusahaan.

Dengan begitu proses pemberian pinjaman akan berjalan dengan lebih mudah dan tingkat bunga yang dikenakan mungkin lebih rendah. Sebab risiko kredit perusahaan terbuka relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan tertutup.

Baca juga: 4 Siklus Pasar Saham: Akumulasi, Partisipasi, DIstribusi, dan Kapitulasi

Tips Beli Saham IPO

Initial Public Offering Artinya

Jika kamu punya incaran saham IPO yang mau dibeli, ada beberapa hal penting untuk diperhatikan. Alasannya karena saham IPO dinilai cukup berisiko. Rekam jejaknya yang masih di bawah 10 tahun menjadi sulit untuk dianalisis.

Terlebih lagi saham IPO cenderung belum memiliki stabilitas harga. Peluang cuan dari ARA (Auto Reject Atas) memang lumayan tinggi. Meski begitu tidak menutup kemungkinan akan ARB (Auto Reject Bawah).

1.       Pertimbangkan fundamental emiten

Faktor fundamental yang dimaksud berkaitan tentang rencana bisnis serta pengembangan usaha yang bisa menggenjot nilai pemegang saham atau shareholders value. Di sini kamu akan menilai apakah value dari perusahaan tersebut cukup menarik untuk dibeli sahamnya atau tidak?

Saat menentukan pilihan, gunakan pula rasio PER dan PBV  untuk mengecek valuasi saham berdasarkan pembukuan laba perusahaan dan nilai ekuitas yang bisa dilihat di laporan keuangan.

2.       Cermati harga penawaran

Perlu diingatkan bahwa harga saham tidak sama dengan nilai perusahaan. Apabila saham IPO incaran harganya murah, tidak serta-merta karena fundamentalnya jelek karena sebenarnya supply and demand juga turut menentukan harga saham IPO.

Kalau permintaannya tinggi tapi supply tidak bisa memenuhi, hal ini tentu membuat harga saham menjadi tinggi. Sebaliknya kalau permintaan lebih sedikit daripada supply, maka harganya bisa murah.

Dengan begitu penting bagi investor mencermati pendistribusian dari saham tersebut. Pastikan distribusi saham benar-benar ke tangan investor dan bukan hanya kepada nominee. Sebab biasanya harga saham jadi lebih mudah dimanipulasi jika distribusi sepenuhnya jatuh ke tangan nominee.

3.       Baca prospektus

Prospektus emiten adalah dokumen formal yang berisikan informasi detail seputar penawaran saham ke investor publik termasuk histori bisnis, sektor usaha, prospek bisnis, hingga laporan keuangan perseroan. Biasanya diterbitkan sebelum perusahaan melakukan IPO.

4.       Lakukan riset

Meskipun segala macam informasi penawaran sudah tertuang di prospektus, sebaiknya jangan cuma mengandalkan prospektus saja. Bagaimanapun juga prospektus ditulis oleh pihak perusahaan secara langsung bukan pihak ketiga yang notabene-nya netral.

Prospek pendapatan yang terlalu optimis bisa jadi jebakan. Jadi kamu tetap perlu menggali informasi lebih lanjut dengan melakukan riset secara mandiri. Cari tahu dan pahami apa sih produk dari perusahaan tersebut dan bagaimana pangsa pasarnya? Ke mana saja produknya dijual?

Perhatikan juga proyeksi sumber pendapatannya. Apakah produknya memang dibutuhkan oleh khalayak ramai? Ini akan sejalan dengan potensi pendapatan dan kinerja keuangan perusahaan.

Baca juga: Analisis Laporan Keuangan Perusahaan

Saham IPO = ARA ?

Initial Public Offering Artinya

Sudah ada banyak sekali saham IPO yang ARA di hari pertama listing sepanjang tahun 2021. Di antaranya adalah UVCR, BANK, hingga DCII. Dari sini banyak yang mengira kalau saham IPO selalu ARA. Padahal ada sejumlah faktor yang menentukan apakah saham IPO akan ARA atau tidak.

Harga saham IPO yang mentok ARA biasanya diakibatkan oleh pasokan yang tidak sanggup memenuhi jumlah permintaan. Jadi, banyak investor yang masuk setelah saham itu listing di bursa. 

Apalagi, jika saham yang dilepas ke publik tidak terlalu banyak. Lalu, saham itu termasuk ke papan akselerasi di mana batas ARA dan ARB cuma 10 persen. Lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata ARA yang bisa 25 persen sampai 35 persen. 

Di sisi lain, saham IPO gagal ARA dikarenakan saham yang dilepas ke publik jumlahnya terlalu besar. Selain itu fundamental bisnis dan valuasi yang terlalu mahal jadi penyebab lain.

Misalnya saja saham MTEL bergerak turun pada hari perdana perdagangannya dikarenakan harga saham lebih tinggi dibanding harga rata-rata industri yang artinya tergolong mahal. Penilaian tersebut dilihat dari rasio PER dan EV/EBITDA berdasarkan laporan keuangan terakhir yang disetahunkan.

Ditambah, MTEL juga melepas saham ke publik dengan jumlah yang besar demi menghimpun dana IPO dengan nilai terbesar kedua setelah Bukalapak senilai Rp18 triliun.

Baca juga: Cara Membaca Bid-Offer (Orderbok)

Itu tadi artikel mengenai Initial Public Offering Artinya apa sih?. Mau belajar saham lebih banyak langsung dari ahli praktisi? 

Upgrade ke VIP user untuk menikmati fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP user, kamu bisa menikmati konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir pekan

Klik di sini untuk upgrade VIP user Emtrade

emtrade.id/disclaimer

Setiap saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.

-RE-




Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Telegram
Perusahaan
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi