Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconInsight

EXCL Makin Dekat Akuisisi LINK, Ini Peta Persaingan Saham Telko

29 Nov 2021, 14:41 WIB
Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Saham telekomunikasi menjadi yang paling gencar melakukan akuisisi dan merger dalam jumlah yang besar pada 2021. Setelah semua akuisisi-merger selesai, kira-kira bagaimana peta persaingan saham telekomunikasi? 


Berita teranyar pada 29 November 2021, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) bakal mencapai tahapan tanda-tangan conditional sales purchase agreement (CSPA) untuk mengakuisisi 66 persen saham PT Link Net Tbk. (LINK). 


Dikutip dari Kontan, rencananya EXCL bakal tanda tangan CSPA dengan pemegang saham LINK pada awal Desember 2021. Nantinya, 66 persen saham LINK bakal dilepas dengan total nilai Rp15 triliun.   


Proses akuisisi LINK oleh EXCL sudah berjalan sejak akhir Juli 2021 ketika perusahaan telekomunikasi milik Axiata Group Bhd. itu melakukan uji tuntas atau due dilligance untuk akuisisi perusahaan milik Grup Lippo tersebut. 


Grup Lippo memang sudah ngebet ingin melepas LINK sejak 2019. Sebelumnya, LINK sempat mau dicaplok oleh PT MNC Vision Networks Tbk. (IPTV) pada akhir 2019. Sayangnya, proses akuisisi batal terjadi karena tidak menemui kesepakatan hingga tenggat waktu 30 April 2020. 


Dari situ, Grup Lippo mengumumkan ada beberapa investor lainnya yang mau akuisisi LINK. Salah satunya, investor asal Malaysia. Ujungnya, ternyata yang masuk ke LINK adalah EXCL bersama induk usahanya Axiata Group Bhd., perusahaan telekomunikasi asal Malaysia. 


Rencana Kolaborasi EXCL dengan LINK


Sejalan dengan rencana akuisisi LINK, EXCL lagi mengembangkan produk 2 in 1 dengan mengombinasikan produk fixed broadband dan mobile. Kini, EXCL sudah memiliki produk fix broadband, yakni XL Home. 


Untuk itu, rencana akuisisi LINK bisa memperkuat rencana bisnis EXCL tersebut. Soalnya, LINK adalah pemiliki provider internet First Media yang memiliki basis pengguna sampai awal 2021 sekitar 859.000 pengguna. Angka itu jelas lebih besar dibandingkan layanan XL Home milik EXCL yang sudah memiliki 116.000 pengguna. 


BACA JUGA: Inovasi Pengembangan Bisnis EXCL


Di sisi lain, bagi LINK, dengan diakuisisi EXCL, perseroan juga bisa ekspansi bisnis ke luar Jawa dengan jaringan XL Axiata. 


Rencana Besar FREN Bisa Saingan dengan EXCL


Di tengah proses akuisisi LINK oleh EXCL, muncul kabar berhembus kalau operator milik Axiata itu juga mau merger dengan FREN. Isu ini sudah lama muncul sejak rencana merger Indosat-Tri muncul ke publik. Alasannya cukup kuat, untuk bisa bersaing, mau tidak mau EXCL dan FREN harus konsolidasi juga. 


Namun, pihak EXCL membantah rumor itu pada 26 November 2021. Manajemen EXCL menjelaskan tidak ada transaksi terkait merger yang dilakukan perseroan dengan FREN.


Di sisi lain, jika melihat peta bisnis FREN, operator seluler milik Sinarmas Grup itu berpotensi menjadi kompetitor kuat EXCL dilayanan kombinasi bisnis layanan internet fix broadband dengan operator seluler. 


Soalnya, FREN juga membuat kombinasi produk antara fix broadband dengan operator seluler. Untuk tahap awal, FREN sudah bekerja sama dengan MyRepublic, provider internet miliki Sinarmas Grup. Sampai Agustus 2021, MyRepublic memiliki sekitar 210.000 pengguna.


Lalu, FREN juga sudah mengakuisisi 20,5 persen saham PT Mora Telematika Indonesia atau Moratelindo, perusahaan penyedia infrastruktur serat optik untuk jaringan telekomunikasi. 


Moratelindo sendiri juga memiliki bisnis provider internet bernama Oxygen yang bakal dikolaborasikan dengan FREN. Lalu, jumlah pengguna Oxygen sekitar 100.000 pengguna. 


Dari kolaborasi FREN dengan Myrepublic dan Oxygen itu, perseroan menargetkan bisa menambah jumlah pengguna seluler perseroan lewat produk yang disebut Quadplay. 


Dua Kubu Sektor Telekomunikasi


Dengan aksi EXCL dan FREN, persaingan saham di sektor seluler terbagi menjadi dua kubu. Pertama, kubu yang mengembangkan jumlah penggunanya lewat kolaborasi layanan internet rumahan. Kedua, yang mengandalkan bisnis operator selulernya. 


Untuk yang mengandalkan bisnis operator selulernya saja bisa dibilang dikuasai oleh dua pemain besar, yakni Telkomsel milik Telkom dengan Indosat Ooredoo Hutchinson (ISAT). Telkomsel dan ISAT menjadi dua operator yang mungkin sulit untuk mengembangkan bisnis seperti EXCL dan FREN. 


Pasalnya, Indihome milik Telkom lebih memilih kombinasikan bisnisnya dengan telepon rumah ketimbang Telkomsel. Untuk ISAT, sebenarnya perseroan memiliki layanan provider Internet bernama G.I.G by Indosat. 


Sayangnya, layanan internet Indosat itu harus ditutup pada 25 November 2021 gara-gara denda Mahkamah Agung kepada anak usaha Indosat IM2 senilai Rp1,3 triliun. Akhirnya, layanan GIG harus ditutup. 


Kasus yang mendera IM2, layanan internet Indosat ini, adalah dugaan korupsi pita frekuensi 3G. Lalu, anak usaha Indosat  itu juga disebut tidak membayar pajak penggunaan pita frekuensi tersebut. 


Merger Indosat-Tri Bisa Bersaing dengan Telkomsel?


Merger Indosat dengan Tri menjadi salah satu aksi konsolidasi terbesar di Indonesia dengan nilai transaksi Rp85,8 triliun pada 17 September 2021. Aksi korporasi itu sudah mendapatkan pengesahan merger dari Kominfo pada November 2021 dengan beberapa syarat. 


Beberapa syarat itu seperti, wajib bangun BTS baru hingga 2025, menyediakan jaringan seluler di desa dan kelurahan yang belum terlayani sampai 2025, dan mengembalikan pita frekuensi radio sebesar 5 Mhz di frekuensi 2,1 Ghz ke negara. 


Namun, banyak yang menilai kalau aksi merger ISAT dan Tri belum cukup untuk bersaing ketat dengan Telkomsel. Salah satunya dengan membandingkan prospek kinerja hasil merger ISAT-Tri dibandingkan dengan Telkomsel. 


Jumlah pengguna hasil merger Indosat-Tri diperkirakan sekitar 100 juta pengguna. Angka itu, masih jauh di bawah jumlah pengguna Telkomsel sampai kuarta  II/2021 tembus 169,2 juta pengguna. Dari segi kinerja keuangan, pendapatan hasil merger Indosat-Tri diperkirakan sekitar Rp42,7 triliun, masih jauh setengahnya dari pendapatan 2020 Telkomsel sekitar Rp87,1 triliun. 


Dengan aksi akuisisi merger yang terjadi sepanjang 2021, persaingan saham telekomunikasi pada 2022 kemungkinan bisa lebih sengit. Adapun, aksi korporasi yang masih berjalan dan berpotensi terjadi ke depannya bisa jadi sentimen yang membuat harga saham sektor itu bergerak fluktuatif. 


Kira-kira, bagaimana strategi trading saham telekomunikasi ke depannya? 


BACA INI: Strategi Trading Saham EXCL


Yuk upgrade VIP user Emtrade untuk belajar dan update tentang strategi trading saham harian. Dengan menjadi VIP user Emtrade, kamu bakal mendapatkan konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, referensi saham, morning dan day briefing setiap hari perdagangan, dan seminar rutin setiap akhir pekan.


Klik di sini untuk upgrade VIP user Emtrade


-SR-


emtrade.id/disclaimer


Bagikan s
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi