Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconFundamental

Harga CPO Naik, Sahamnya Juga Meroket Gitu? Cek Jawabannya di Sini

22 Sep 2021, 13:47 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Sektor CPO salah satu andalan komoditas ekspor Indonesia yang sahamnya menjadi salah satu favorite para trader. Namun, dalam realitasnya banyak dari kita yang tidak paham bagaimana menganalisa pergerakan komoditas, karena pada dasarnya harga saham CPO bergerak berdasarkan harga komoditasnya. Tentu saja sebagai perusahaan, pastinya perusahaan CPO rata-rata sudah memiliki laba bersih atau Earnings.


Bagaimana Menganalisa pergerakan harga CPO?

Harga CPO merupakan harga komoditas yang susah dianalisa karena pergerakan harga CPO sangat volatile seperti harga komoditas lainnya. Komoditas CPO diperdagangkan di Bursa Malaysia Derivative (BMD) dengan satuan MYR (Malaysian Ringgit per Ton). Biasanya harga CPO di Malaysia merupakan harga acuan yang dipakai oleh para trader untuk bertransaksi. Tentu saja ada beberapa acuan harga lainnya seperti harga di Rotterdam (US per ton), tapi market paling banyak menggunakan harga acuan di Malaysia.

 

Kenapa Malaysia Bukan Indonesia?

Untuk harga CPO sendiri, para trader dunia menggunakan acuan harga Malaysia bukan harga Indonesia, padahal sebenarnya Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia. Kenapa begitu? Karena di Malaysia memiliki data statistic yang sangat lengkap sehingga bisa menjadi acuan para investor untuk menganalisa pergerakan penawaran dan permintaan dari CPO itu sendiri. Apakah di Indonesia tidak ada? Di Indonesia ada, tetapi konsistensi data serta timing pengeluaran data selalu telat sehingga susah menjadi acuan para trader untuk menganalisa pergerakan harga?

 

Data apa saja yang dilihat?

Sebagai analis komoditas atau investor komoditas, yang dilihat dari pergerakan harga komoditas adalah dinamika penawaran dan permintaan. Apakah yang dimaksud dengan penawaran di komoditas? Adalah jumlah produksi dari sawit tersebut. Sedangkan untuk permintaan adalah ekspor CPO, konsumsi lokal CPO.

Penawaran > Permintaan = kenaikan inventori (dimana masih ada tersisa)

Permintaan > Penawaran = penurunan inventoru (dimana barang sedikit tersisa)

Ketika ada kenaikan inventori, ada kecenderungan harga CPO menurun dan ketika ada penurunan inventori tentu saja ada kenaikan harga. Nah hal ini yang dianalisa oleh para investor dan para analis untuk menentukan kapan mereka harus membeli CPO atau menjual CPO.

 

Untuk data-data inventori, bisa di akses di MPOB (Malaysian Palm Oil Board) website serta data dapat diunduh di GAPKI (Gabungan Assosiasi Kelapa Sawit Indonesia). Dari situ teman-teman bisa mendapatkan bayangan bagaimana dinamika permintaan dan penawaran dari CPO.

 

Contoh statistic di MPOB 


Sumber : MPOB



Sumber : GAPKI


Sumber : RHB Securities

Seperti di table ini, data di bulan agustus menunjukan inventory yang sedang naik terus, jadi ada ekspektasi bahwa supply bertambah signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan jauh diatas level agustus 2020. Melihat data ini, mestinya kita harus memiliki kecenderungan bearish terhadap harga CPO dibandingkan dengan kecenderungan bullish.


Bagaimana cara berinvestasi di emiten sawit, apa saja yang harus diperhatikan?

Seperti saham-saham komoditas, pergerakan harga saham emiten komoditas sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga komditasnya sendiri. Walaupun tidak bisa dipungkiri tetap ada factor fundamental seperti produksi sawit dari emiten serta harga realisasi jual minyak sawit yang akan mempengaruhi kenaikan pendapatan atau laba bersih. Tetapi menurut emtrade, yang paling penting adalah pergerakan harga komoditas. Ketika harga komoditas naik kuat, emiten pasti akan mengalami kenaikan harga signifikan dan sebaliknya. 


Seperti terlihat di chart tersebut, ini harga CPO dalam satu tahun terakhir (candle chart) dan emiten sawit seperti LSIP, AALI, dan DSNG dalam bentuk line chart. Pergerakan harga saham justru mengikuti harga CPOnya.


Terus apakah kita harus FOMO Ketika harga CPO naik, saham Naik?

Dari pengalaman berinvestasi di komoditas, ikut-ikutan FOMO Ketika saham naik cepat merupakan keputusan trading yang memilik probability rendah. Karena kencenderungan saham komoditas, Ketika harga naik kencang biasanya akan terjadi pullback walaupun kondisi harga komoditasnya berada dalam cycle yang sangat bullish. Strategi yang lebih baik biasanya kalau memang dalam cycle yang sangat bullish adalah bisa melakukan Dollar Cost Averaging atau Buy on Weakness. Karena sifatnya saham komoditas adalah saham cyclical, tentu saja volatilitas saham ini akan sangat tinggi jadi memang tidak disarankan untuk FOMO Ketika harga sudah naik terlalu banyak.

BACA JUGA: Mau Tau Analisis Saham CPO dan Sektor Lainnya? Klik di sini


Kalau sudah nyangkut, pasti akan ada alasan, tetapi earnings akan sangat bagus karena harga CPO dan produksi naik?

Ini adalah alasan klasik dari para nyangkuters dimana, pasti earnings naik harga saham naik. Yes, memang earnings akan naik karena harga CPO naik dan produksi naik. Tetapi, hal ini merupakan hal yang diketahui oleh semua orang jadi menurut emtrade, secara psikologi market akan berusaha jual sebelum berita laporan keuangan atau Ketika laporan keuangan sudah dikeluarkan. Selain itu, seperti yang emtrade sudah pernah bahas, bahwa saham CPO lebih dipengaruhi oleh harga sawitnya bukan laporan keuangan.

Contoh sell on news


Teman teman perhatikan setiap ada tanda E (earnings report) hari esoknya saham akan dibuka naik dan akan langsung koreksi. Untuk bulan November 2020 agak sedikit berbeda karena pada saat itu harga CPO sedang naik kencang, jadi laporan keuangan yang bagus ditambah dengan harga CPO naik merupakan suatu combo yang sangat lah bagus. Tetapi teman-teman perhatikan di 3 laporan keuangan selanjutnya. Selalu terjadi sell off Ketika habis laporan keuangan, makannya Ketika laporan keuangan diumumkan, normalnya selalu terjadi koreksi sebelum saham bisa naik lagi.

Valuasi saham-saham CPO

Untuk saham-saham CPO, yang paling banyak digunakan adalah menggunakan Price to Earnings ratio (PE ratio) karena biasanya perusahaan CPO sudah memiliki laba bersih. Cuma ada saatnya Ketika harga CPO turun, kecenderungan PE ratio akan menjadi aneh karena laba yang cukup kecil. Selain itu, saham-saham CPO bisa menggunakan valuasi Enterprise Value / Ha atau yang kita sebut nilai buku dibagi dengan jumlah lahan tertanam. Semakin murah EV/Ha berarti valuasi semakin murah, namun kalau membandingkan setiap perusahaanya EV/Ha kadang memberikan arti yang susah dicerna karena kebetulan hampir setiap perusahaan memiliki cycle tanam yang berbeda sehingga modal investasi yang dikeluarkan juga agak berbeda dan juga lokasi tanam yang berbeda memberikan impact ke harga investasi. 



Lalu, saham sektor CPO apa yang menarik untuk ditradingin atau investasi saat ini? yuk gabung VIP user Emtrade biar update saham CPO yang menarik untuk dikoleksi

Dengan menjadi VIP user, kamu bakal mendapatkan konten edukasi, konten analisis, research report, tanya-jawab saham/crypto intensif, referensi saham/crypto, seminar rutin, sampai webinar morning dan day briefing setiap hari perdagangan. 

Gabung VIP user Emtrade Sekarang dengan klik link ini


-A-

Emtrade.id/disclaimer

investasi saham dan crypto mengandung risiko yang wajib disadari dan diantisipasi masing2. Emtrade tidak bertanggungjawab atas risiko kerugian yang mungkin terjadi.

Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi