Amonia Jadi Bahan Bakar Masa Depan, Bagaimana Nasib ESSA?

Di tengah upaya menekan pemanasan global, ada satu solusi yang bisa mengurangi jumlah karbon di bumi. Caranya adalah menjadikan amonia sebagai bahan bakar yang bisa menghasilkan zero carbon. Dengan begitu, apakah prospek PT Surya Eka Perkasa Tbk. (ESSA) bisa cerah? 

Amonia itu menjadi senyawa kimia yang biasa digunakan untuk pupuk, bahan baku peledak, komposisi bahan bakar roket, plastik, zat pendingin, dan banyak lagi. Di Indonesia, amonia memang paling banyak untuk membuat pupuk. 

Nah, amonia mulai digadang-gadang sebagai calon bahan bakar ramah lingkungan di masa depan. Soalnya, kandungan hidrogen yang tinggi sehingga dalam proses pembakaran bisa menghasilkan karbon 0 persen. 

Industri perkapalan menjadi yang paling serius untuk menggunakan bahan bakar amonia biru tersebut. Soalnya, industri perkapalan lagi didorong untuk mengurangi jumlah karbon di laut. Salah satu alternatifnya adalah dengan  menggunakan bahan bakar amonia biru. 

Selain itu, Jepang menjadi salah satu negara yang bersemangat menggunakan amonia biru sebagai alternatif bahan bakar untuk pembangkit listrik. Hal itu diharapkan bisa mengurangi ketergantungan terhadap batu bara dalam pembangkit listrik tenaga uap. 

ESSA Kerja Sama dengan Jepang

Indonesia memiliki emiten yang sudah mulai memproduksi amonia biru, yakni ESSA. Perusahaan produsen amonia dan gas itu sudah bekerja sama dengan Jepang untuk memproduksi amonia biru. Pihak Jepang yang bekerja sama dengan ESSA, yakni 

Japan Oil, Gas, and Metals Natioan Corporation (JOGMEC) dan Mitsubishi Corporation. 

Dengan kerja sama itu, ESSA berencana menggunakan teknologi CCUS untuk merealisasikan produksi amonia biru di Pabrik Amonia Banggai di Sulawesi Tengah.

Memang, amonia biru terkesan menjadi jawaban untuk keresahan tingkat karbon bahan bakar fosil saat ini. Namun, ada tantangan besar dari amonia biru ini, yakni produksinya memakan biaya yang tinggi. Banyak yang berharap, jika sudah banyak yang menggunakan amonia biru, biaya produksinya bisa lebih ditekan. 

ESSA bisa dibilang produsen amonia dari swasta yang besar di Indonesia. Apalagi, 85 persen pendapatan ESSA berasal dari Amonia. 

Sampai kuartal I/2021, ESSA mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 8,86 persen menjadi 68,51 juta dolar AS dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu, sedangkan laba bersih ESSA melejit 519,76 persen menjadi 6,4 juta dolar AS. 

Ada 4 faktor yang membuat laba bersih ESSA melejit:

Pertama, pendapatan yang lebih tinggi ketimbang perioda sama pada tahun lalu. 

Kedua, kenaikan pendapatan itu berhubungan erat dengan kenaikan harga amonia sepanjang kuartal pertama kemarin. 

Ketiga, beban pokok pendapatan ESSA turun 3,68 persen menjadi 48,26 juta dolar AS. Lalu, beban pokok penjualan turun 17,93 persen menjadi 94.089 dolar AS. Beban umum dan administrasi turun 17,35 persen menjadi 3,45 juta dolar AS. Terakhir, beban keuangan turun 3,08 persen menjadi 9,35 juta dolar AS

Keempat, keuntungan lain-lain yang naik 730,13 persen menjadi 2 juta dolar AS dibandingkan dengan 241.074 dolar AS pada periode sama tahun lalu. 

Jika melihat laporan keuangan dari pos segmen usaha. Keuntungan lain-lain ini berasal dari bisnis segmen amonia senilai 2 juta dolar AS. Keuntungan itu diluar dari penjualan amonia eksternal maupun antar segmen. 

Dengan begitu, jika amonia biru benar-benar bakal jadi bahan bakar masa depan, termasuk PLTU yang paling banyak digunakan di Indonesia. Apakah pesona ESSA bisa melejit tinggi juga? kita tunggu saja perkembangan dari implementasi penggunaan amonia biru ya. 

BACA JUGA: Analisis Saham ESSA yang Kinerjanya Didongkrak Lonjakan Harga Amonia, Begini Prospeknya

Untuk kamu yang mau belajar saham secara intensif, yuk gabung menjadi VIP user Emtrade. Bersama VIP user Emtrade, kamu bisa mendapatkan konten edukasi, konten analisis, research report, tanya-jawab intensif, referensi saham, seminar rutin, dan webinar setiap pagi dan siang jam perdagangan bursa. 

Yuk gabung VIP user emtrade dengan klik link di sini

-S-

Emtrade.id/Disclaimer