Insight
Teknikal
Pemula
Fundamental
Psikologi Trading
Manajemen Risiko
Perencanaan Keuangan
Emtradepedia
premium-iconPemula

Saham Mau Merger dan Akuisisi, Investor Harus Lakukan 3 Hal ini

7 Jul 2021, 14:10 WIB
Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
banner-image

Pasar saham di Indonesia lagi kembali diramaikan oleh aksi merger dan akuisisi. Mulai dari rencana PT XL Axiata Tbk.(EXCL) akuisisi PT Link Net Tbk.(LINK) hingga ada kabar rencana Saratoga menjual PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG). 


Dengan ramainya isu merger, akuisisi, dan penjualan saham ini, apa yang harus dilakukan investor dan trader jika sahamnya di merger dan akuisisi?


Akuisisi adalah salah satu aksi korporasi di mana ada transaksi jual-beli kepemilikan perusahaan hingga bisa mengubah komposisi pemegang saham. Setelah itu, jika dua entitas yang bertransaksi itu melakukan penggabungan, berarti kedua perusahaan itu melakukan merger. 


BACA JUGA: Saham Saratoga Tembus Rekor, Ternyata TBIG Penyebabnya?


Aksi akuisisi dan merger sering direspons positif oleh pasar hingga sering mengangkat harga sahamnya. Namun, ada kalanya juga aksi merger malah berujung anjloknya harga saham seperti yang terjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI)


Ketika saham BBRI itu berencana melakukan rights issue untuk mengambil alih Pegadaian dan PNM. Harga saham BBRI malah terus turun hingga jelang RUPSLBnya. Dalam sebulan terakhir, harga saham BBRI sudah turun sebesar 7,53 persen. 




Sentimen negatif dari rights issue itu muncul akibat ada yang menilai valuasi Pegadaian dan PNM terlalu tinggi. 


Lalu, Apa yang Harus Dilakukan Investor dan Trader Jika Ada Aksi Akuisisi-Merger?


Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan saat sebuah saham mau melakukan akuisisi dan merger, yakni fundamental dan sentimen. 


Fundamental yang dilihat dari segi valuasinya. Apakah, posisi saham itu sudah murah atau masih tinggi. Namun, jika harga saham sudah mahal kalau sentimen yang muncul positif tren harganya pasti akan naik. 


Namun, diperhatikan juga, saat merger dan akuisisi sudah terjadi, investor perlu memperhatikan harga sahamnya. Apakah sudah terlalu tinggi atau tidak. Soalnya, ada kemungkinan jika sudah terlalu tinggi bakal terjadi koreksi karena aksi profit taking. 


Lalu, jika cerita akuisisinya masih belum jelas, harga saham bisa sideways sampai ada kejelasan.


Contoh Kasus Saham BRIS dan ISAT


Masih ingat saham BRIS? bank yang awalnya bernama PT BRI Syariah Tbk. itu kini menjadi Bank Syariah Indonesia setelah merger dengan dua bank syariah milik bank pelat merah lainnya. 


Saat wacana merger bank syariah BUMN kembali mengemuka pada Agustus 2020, harga saham BRIS pun merangkak naik ke level Rp1.000-an per saham dari level rata-rata sebelum isu muncul sekitar Rp400-an per saham. 




Cerita merger bank syariah dengan BRIS menjadi entitas hasil merger semakin jelas hingga harga sahamnya terus melejit hingga sentuh level Rp2.000-an per saham sebelum RUPS LB BRIS pada Desember 2020. 


Puncaknya, harga saham BRIS mampu mencatatkan all time high pada 13 Januari 2021 senilai Rp3.770 per saham. Namun, setelah itu harga saham BRIS terus terkoreksi hingga realisasi merger terjadi pada 1 Februari 2021. 


Koreksi saham BRIS itu terjadi karena banyak trader yang mulai melakukan profit taking. 


Nasib ISAT yang Belum Jelas


Berbeda dengan BRIS, nasib merger ISAT justru membuat harga sahamnya sideways alias jalan di tempat. 


Saham ISAT sempat melejit dari Rp2.000-an per saham menjadi Rp5.000-an per saham pada 30 Desember 2020. Penyebabnya, kabar ISAT lagi bernegosiasi untuk melakukan merger dengan Tri Indonesia milik Hutchinson Hong Kong. 


Kabarnya, Ooredoo maupun Hutchinson sudah melakukan negosiasi. Awalnya, negosiasi ditargetkan beres pada 30 April 2021. Namun, negosiasi harus diperpanjang hingga 3 Juni 2021. 




Sayangnya, tenggat waktu terakhir pun tidak cukup menyelesaikan negosiasi hingga harus diperpanjang sampai 16 Agustus 2021. 


Akhirnya, harga saham ISAT bergerak di kisaran Rp6.100 - Rp7.200 per saham selama sebulan terakhir. Kini, harga saham ISAT berada di level Rp6.100 - Rp6.200 per saham. 


Nah, intinya dalam melihat potensi saham yang lagi di merger dan akuisisi adalah mencermati sentimen dari pasar sekaligus melihat apakah fundamentalnya oke atau tidak, serta update informasi terkait wacana aksi korporasi tersebut. 


Kira-kira saham yang lagi merger dan akuisisi saat ini masuk dalam target inceranmu enggak?


Nah, mau belajar saham lebih intensif dan praktis, yuk gabung VIP user Emtrade. Bersama Emtrade, kamu bakal dapat edukasi, analisis, research report, seminar rutin, webinar morning dan day briefing, serta tanya jawab intensif. 


Yuk langsung gabung jadi VIP user Emtrade dengan klik di sini


-S-


Emtrade.id/disclaimer


Bagikan
whatsapp
Facebook
Twitter
linkedin
telegram
Artikel Lainnya
Video Populer
logo-emtrade

Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek

Instagram
Youtube
Tiktok
Twitter
Facebook
Spotify
Download Aplikasi
appstoreplaystore

Terdaftar dan Diawasi

logo-ojkIzin Usaha Penasihat Investasi : S-34/D.04/2022
kominfoTanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik Nomor :002568.01/DJAI.PSE/04/2022

© 2024, PT Emtrade Teknologi Finansial

Syarat & KetentutanKebijakan Privasi