Cara Beli Seluruh Saham LQ45 dengan Modal Rp100.000
https://emtrade.id/blog/5481/cara-beli-seluruh-saham-lq45-dengan-modal-rp500000
Modal investasi cuma seuprit alias kecil, tapi pengen beli banyak saham. Terus, maunya saham yang ada di indeks LQ45 atau IDX30, kumpulan saham yang konon paling likuid. Memang bisa gitu?
Begini, kalau dihitung dengan membeli 45 saham di LQ45 dengan volume terkecil, yakni 1 lot. Dibutuhkan modal sekitar Rp25 juta. Jelas itu angka yang tidak sedikit, terutama untuk investor ritel.
Nah, berikut ada jurus agar bisa borong 45 saham di LQ45 dengan modal kecil, yakni lewat exchange trade fund (ETF). Sebenarnya, ETF adalah reksa dana yang mengacu kepada indeks saham tertentu.
Lewat ETF, investor pemula bisa memborong 45 saham yang ada di LQ45 hanya dengan menggelontorkan modal mulai dari Rp100.000
Apa itu ETF?
Bicara soal ETF, Warren Buffett dalam rapat tahunan Berkshire Hathaway pada 2021 pernah bilang kalau lebih aman berinvestasi dalam reksa dana indeks seperti ETF. Alasannya, pasar saham makin dinamis bahkan kini tidak satu pun dari 20 perusahaan paling berharga di dunia pada 1989 berada di saham teratas saat ini.
ETF adalah reksa dana yang diperdagangkan di bursa. Jadi, bentuk ETF itu adalah reksa dana, tetapi transaksinya di bursa seperti trading saham. Jadi, ETF adalah reksa dana yang portofolio investasinya mengacu ke indeks di bursa seperti di BEI ada beberapa indeks, LQ45, IDX30, dan lainnya.
BACA JUGA: Strategi Investasi Saham Untuk Kamu yang Sibuk
Produk ETF ini jelas punya keunggulan dan kelemahannya sendiri, terutama jika dibandingkan dengan reksa dana.
ETF vs Reksa dana
Meskipun bentuknya seperti reksa dana, tetapi ETF benar-benar berbeda dari reksa dana. Perbedaan yang paling mencolok adalah syarat pembelian. Jika reksa dana minimal 1 unit, ETF seperti saham, yakni minimal 1 lot atau 100 unit/lembar.
Di luar itu, gaya pengelolaan dananya juga berbeda. Kalau reksa dana saham skema pengelolaannya aktif. Artinya, seluruh dana akan dikelola oleh manajer investasi akan dikejar untuk bisa mencapai kinerja di atas rata-rata pasar. Lalu, pengelolaan dana di ETF cenderung pasif, yakni bakal mengikuti indeks yang jadi acuannya.
Meskipun begitu, ada satu kesamaan antara reksa dana dengan ETF, yakni dividen yang didapatkan akan diinvestasikan kembali sehingga meningkatkan dana kelolaan. Dari situ, investor berpotensi mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga akibat bertambahnya jumlah dana kelolaan.
Setelah melihat kedua perbedaan itu, kira-kira apa saja keunggukan ETF dibandingkan dengan reksa dana?
Biaya Transaksi Lebih Murah
Biaya transaksi ETF cenderung lebih murah karena akan dikenakan biaya sekuritas seperti ketika trading saham, sedangkan reksa dana harus membayar biaya pembelian dan penjualan yang berkisar 1 persen sampai 3 persen. Biaya yang dikenakan di reksa dana lebih besar karena ada peran aktif dari manajer investasi agar kinerja reksa dana bisa melebihi rata-rata pasar.
Lebih Transparan
Biasanya, produk reksa dana hanya menampilkan 5 portofolio terbesarnya dalam fact fund sheet setiap bulan, sedangkan untuk ETF, investor bisa langsung mengecek saham apa saja yang dimiliki dengan melihat anggota indeks saham yang diacunya.
Ini juga yang disebut Warren Buffett sebagai keunggulan ETF, jika ada perubahan partisipan dalam sebuah indeks, berarti komposisi investasi di dalamnya juga berubah. Jadi, ketika investor berinvestasi jangka panjang di ETF, tidak perlu khawatir dengan disrupsi ekonomi, seperti yang terjadi saat ini. Soalnya, investor bakal tetap memiliki 45 saham paling likuid di BEI sampai kapanpun dan siapapun anggotanya jika mengoleksi ETF LQ45.
Pergerakan Harga Realtime Sesuai Pasar
Harga ETF akan bergerak secara realtime sesuai dengan kondisi pasar. Jadi, investor ETF benar-benar seperti trading saham dan bisa leluasa menentukan kapan waktu masuk dan keluarnya sendiri.
Adapun, reksa dana tidak fleksibel seperti itu. Pergerakan harganya akan dihitung pada akhir perdagangan. Jadi, investor hanya bisa mempercayakan dananya kepada manajer investasi untuk diatur dan dikelola agar bisa memiliki kinerja di atas rata-rata pasar.
Salah Satu Kekurangan ETF di Indonesia
Salah satu kelemahan ETF adalah transaksi masih belum seramai reksa dana tradisional.
Dari data OJK sampai minggu ke-3 Juni 2021, dana kelolaan reksa dana terbesar ada di reksa dana pendapatan tetap senilai Rp137,84 triliun. Lalu, disusul reksa dana saham Rp116,76 triliun, dan reksa dana pasar uang Rp104,19 triliun.
Adapun, ETF hanya senilai Rp14,66 triliun. Angka itu cuma hampir sekitar 10 persen - 15 persen dari total dana kelolaan reksa dana tradisional.
Lalu, apakah transaksi yang tidak terlalu ramai itu membuat ETF menjadi kurang likuid. Untuk pasar sekunder berhubung sistemnya sama seperti saham, sepinya transaksi memang bisa berujung jadi kurang likuid. Namun, jika dilihat dari orderbook beberapa ETF masih cukup aktif, meski tidak terlalu ramai.
Namun, jika investor membelinya di pasar primer, masalah sepi transaksi di pasar sekunder tidak terlalu masalah. Soalnya, di pasar primer, investor membuat kreasi yang berisi 1.000 lot produk ETF yang dipilih. Maksudnya gimana tentang pasar primer dan sekunder? simak di pembahasan selanjutnya
Cara Beli ETF
Jika tadi disinggung kalau cara beli ETF hampir sama dengan beli saham di bursa. Namun, ada dua cara beli ETF, yakni di pasar primer dan sekunder.Pasar primer adalah tempat investor membeli ETF secara langsung melalui dealer partisipan, pihak yang ditunjuk manajer investasi untuk mengelola ETF. Dealer partisipan menangani transaksi jual-beli ETF untuk kepentingannya sendiri maupun investor.
Namun, untuk beli ETF ini, seorang investor harus membeli minimal sebanyak 1 kreasi atau setara 1.000 lot alias 100.000 lembar. Jika ETFnya seharga 50, berarti modal yang harus dikeluarkan untuk beli ETF di pasar primer senilai Rp50 juta. Jelas modal yang cukup besar bagi investor ritel.
Untuk itu, ETF juga bisa dibeli di pasar sekunder dengan pembelian minimal sebanyak 1 lot atau 100 unit. Dengan begitu modal investasinya juga akan lebih terjangkau. Cara beli ETF di pasar sekunder sama seperti trading saham. Soalnya, sistem yang digunakan juga sama. Investor tinggal ketik saja kode ETF dan bisa langsung transaksi
Perbandingan Pergerakan LQ45 vs ETF LQ45
Lalu, bagaimana prospek keuntungan dari produk ETF ini? Untuk itu, kita coba uji melihat tren pergerakan LQ45 secara year to date hingga 5 Juli 2021 dibandingkan dengan produk Premier ETF LQ45 dan Cipta Index LQ45
Sepanjang tahun ini, indeks LQ45 turun sekitar 9,83 persen, sedangkan produk Premier ETF LQ45 turun 7,42 persen. Lalu, produk Cipta Index LQ45 turun senilai 9,18 persen. Artinya, jarak pergerakan harga antara ETF dengan indeks yang diacunya tidak akan terlalu jauh.
Dengan kondisi pasar yang masih sideways, ETF bisa menjadi salah satu alternatif untuk diversifikasi portofolio investasimu. Soalnya, karakter ETF yang mengacu ke indeks saham membuat kamu bisa mengoleksi lebih banyak saham dengan beragam sektor lewat modal yang terjangkau.
Nah, untuk bisa membedakan antara reksa dana dan saham BACA JUGA: Saham vs Reksa dana, mana yang terbaik?
Buat kamu yang ingin belajar saham lebih intensif dan praktis, yuk join user VIP Emtrade. Dengan menjadi user VIP Emtrade, kamu bakal mendapatkan konten edukasi, analisis saham, research report, event khusus member premium, referensi saham, tanya jawab intensif, sampai webinar khusus setiap pagi dan siang saat pasar saham dibuka.
Klik di sini untuk langsung join user VIP Emtrade
-C-
https://emtrade.id/blog/5481/cara-beli-seluruh-saham-lq45-dengan-modal-rp500000
Aplikasi edukasi saham, bisa tanya jawab, dapat referensi saham, praktis, membuatmu bisa langsung praktek
Terdaftar dan Diawasi
© 2023, PT Emtrade Teknologi Finansial